KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Geliat industri insurance technology alias insurtech di Tanah Air tampak menarik. Hal ini seiring dengan berkembangnya digitalisasi yang pesat sehingga memungkinkan industri ini memiliki prospek menarik ke depan. Rey Insurtech misalnya, membukukan klaim sebesar Rp 1,4 miliar per Agustus 2023. Di sisi lain, terkait harga premi, perusahaan yang baru berdiri dua tahun tersebut belum mengalami peningkatan. “Peningkatan (harga) premi sampai sekarang belum ada karena seperti yang kami sudah jelaskan bahwa Rey merupakan platform teknologi untuk mendistribusikan akses terhadap membership kesehatan holistik yang di dalamnya ada sisi proteksinya,” ujar CEO dan Co-Founder Rey Evan Wijaya Tanotogono kepada Kontan.cco.id, Kamis (19/10).
Baca Juga: Rey Insurtech Catat Klaim Rp 1,4 Miliar per Agustus 2023 Evan menjelaskan, pihaknya saat ini baru saja melakukan penyesuaian biaya membership kepada nasabah yang terkait langsung dengan platform Rey. Menurutnya, ini sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas layanan ke pelanggan. “Di sini kami menambahkan service seperti telenutrisi gratis (ReyFit Nutri) dan kuota tebus obat gratis menjadi sepuasnya. Dengan menjalankan bisnis secara berkelanjutan, kami berharap dapat terus memberikan pelayanan yang lebih baik kepada member Rey,” jelasnya. Lebih lanjut, Evan bilang, sejak September 2022 hingga September 2023 penjualan membership meningkat lebih dari 10 kali lipat. Rey juga telah menyiapkan target dan strategi yang bakal digagas ke depan. “Kami tetap berkonsentrasi pada 90% market Indonesia yang belum terjamah oleh sistem proteksi kesehatan swasta. Tentunya, dengan target utama berada di usia milenial,” tandasnya. Igloo Insurtech mencatat, sejak 2019 hingga 2022 mengalami pertumbuhan
Gross Written Premium (GWP) tiga kali lipat, sementara di tahun ini dan di tahun 2024 mendatang perusahaan juga menargetkan pertumbuhan yang sama.
Baca Juga: Fuse Insurtech Cetak Lebih dari 150 Juta Polis Sepanjang 2022 “Berarti kalau dari 2019 ke 2024 nanti sudah lebih dari 100 kali lipat pertumbuhannya. Jadi betul pertumbuhan insurtech itu sangat-sangat pesat di Indonesia,” kata Country Lead Indonesia Igloo insurtech, Henry Mixson, saat ditemui di Jakarta, Kamis (19/10). Henry mengungkapkan bahwa pihaknya tidak bisa membagikan besaran nilai premi perusahaan, dan hanya bisa memberikan kepada para investor Igloo yang kebanyakan berada di Singapura. Namun, Henry menyatakan bahwa Igloo insurtech terus membuka investasi untuk perkembangan perusahaan. Dari berdiri hingga saat ini Igloo telah mencetak ratusan juta premi. “Jumlah polis kita lebih dari 300 juta polis hingga saat ini,” ungkapnya. Henry menambahkan, pihaknya sudah menyiapkan strategi yang bakal dilancarkan di tahun mendatang.
Baca Juga: Punya Potensi Menarik Ke Depan, Pangsa Pasar Insurtech Belum Besar Menurutnya, masyarakat Indonesia masih nyaman dengan adanya agen asuransi, untuk itu pihaknya bekerja sama dengan para mitra dalam menawarkan asuransi salah satunya lewat aplikasi Ignite. “Makanya kita punya mitra-mitra Ignite yang memang bisa menjelaskan kepada mereka baiknya membeli asuransi yang mana. Kita masih terus berkembang, contohnya aplikasi Ignite itu tadinya lebih simpel sekarang kita buat lebih oke, salah satunya bisa lihat invoice asuransi secara langsung,” tambahnya. Sebelumnya, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyebut industri insurtech di Indonesia memiliki potensi yang menarik ke depan. Pasalnya, industri asuransi Indonesia tengah mengalami kemajuan digitalisasi yang signifikan. Ketua Umum AAUI, Budi Herawan menyampaikan bahwa digitalisasi menyediakan produk asuransi yang terjangkau dan mudah diakses bagi pelanggan di seluruh Indonesia. Dengan begitu, kehadiran insurtech bisa menjangkau potensi ini. “Insurtech di Indonesia diperkirakan akan tumbuh empat kali lipat selama 2021-2026 dan mencapai ukuran premi bruto yang bernilai miliaran dolar,” ujarnya di acara Indonesia Rendezvous 2023, di Nusa Dua, Bali, Kamis (12/10). Budi menjelaskan, pasar insurtech di Indonesia memiliki potensi pertumbuhan yang signifikan didorong peningkatan kesadaran akan meningkatnya digitalisasi, penawaran harga yang kompetitif dan saluran distribusi yang efisien.
Baca Juga: AAUI: Insurtech di Indonesia Akan Tumbuh Empat Kali Lipat hingga 2026 “Sektor ini diproyeksikan mengikuti tren pertumbuhan yang kuat dari tingkat penetrasi yang relatif rendah sekitar 3% dari populasi akibat perubahan demografis di Indonesia,” jelasnya. Sementara itu, Pengamat Investasi Keuangan dan Asuransi, Wahju Rohmanti menyatakan bahwa insurtech merupakan cara atau konsep distribusi produk asuransi, dari konvensional menjadi digital. “Saya kira insurtech ini pangsa pasarnya belum besar, karena baru tumbuh dan perkembangannya mengikuti pertumbuhan industri keuangan digital,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto