KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek ekonomi global tahun ini cukup suram. Toh begitu, para bankir masih yakin bisnis internasional perbankan akan terus meningkat di 2023. Harga komoditas unggulan yang masih relatif tinggi menjadi faktor pendorong bisnis internasional perbankan. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk misalnya optimistis bisnis internasional akan sejalan dengan proyeksi kredit Bank Nandiri di kisaran 10% sampai 12% year on year (yoy). Direktur Treasury & International Banking Panji Irawan mengatakan, outstanding portofolio Bank Mandiri di luar negeri ada sekitar US$ 8 miliar hingga akhir 2022. Nilai itu mencakup kredit, trade finance, pasar uang, dan surat utang.
“Tahun ini bisnis internasional Bank Mandiri akan tetap tumbuh karena landasannya adalah dolar AS. Selama kami memiliki likuiditas dolar AS dan permintaan dari nasabah untuk kredit, pasti kita akan tumbuh,” papar Panji kepada Kontan.co.id pada pekan lalu. Ia menambahkan, banyak pelaku impor maupun ekspor yang membutuhkan valuta asing (valas) untuk melakukan bisnis. Nah, bisnis yang mereka lakukan itu memerlukan berbagai produk bank yang bersifat internasional. Ia melihat, proyeksi pertumbuhan bisnis internasional 10% hingga 12% bahkan bisa lebih tinggi lagi. Namun, ia menyebut Bank Mandiri belum ada rencana untuk menambah kantor cabang baru di luar negeri. “Belum ada rencana, Bank Mandiri lebih mengoptimalkan dan mengefisienkan kantor cabang luar negeri yang sudah ada saat ini. Lalu kami tingkatkan dengan menghadirkan layanan digital Kopra dan cash management di kantor cabang luar negeri itu,” tambahnya.
Baca Juga: Perbankan Menambah Pundi Bisnis dari Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Tak mau kalah dengan sang induk, PT Bank Syariah Indonesia Tbk juga akan mengoptimalkan kantor cabang perwakilan yang sudah ada di Dubai untuk memperkuat bisnis internasional. Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyatakan BSI tengah berencana mendapatkan izin agar bisa naik kelas menjadi kantor cabang penuh. Izin itu harus diperoleh dari regulator keuangan Dubai dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Saat ini, BSI sudah mengantongi izin kantor cabang penuh dari OJK. Sedangkan dari regulator Dubai baru kantor cabang perwakilan. “Izin penuh dari OJK itu BSI gunakan untuk mengurus izin penuh dari otoritas Dubai. Kita sedang menyelesaikan tahap akhir untuk izin ini. Doakan saya dalam waktu dekat agar BSI bisa mendapatkan izin kantor cabang penuh,” jelas Hery. Menurut Hery, ketika BSI mendapatkan izin usaha kantor cabang penuh maka akan leluasa untuk menjalankan bisnis trade finance seperti LC ekspor dan impor. Dengan lisensi cabang penuh ini, Hery bilang, ada beberapa bisns yang kita BSI kerjakan. Seperti, trade finance seperti letter of credit (LC) ekspor dan impor tergantung keberadaan nasabah. Lalu transaksi foreign exchange (fx), kemudian pembiayaan sindikasi yang bagus untuk internasional. “Lisensi ini juga untuk desk capital market, seperti selling sukuk global. Yang lainnya seperti bisnis perbankan ritel bagi para tenaga kerja, diaspora, pengiriman uang, remitansi, lalu pembiayaan KUR para perawat dari Indonesia yang kerja di UEA,” tuturnya. Direktur Corporate & International Banking BNI Silvano Winston Rumantir juga meyakini bisnis internasional akan berlanjut tumbuh tahun ini. Meskipun ia sadar potensi perlambatan dan dinamika ekonomi global masih akan terus terjadi. Optimisme ini lantaran harga komoditas masih relatif tinggi diiringinya pelonggaran perbatasan yang dilakukan oleh mitra dagang utama Indonesia seperti China. Oleh sebab itu, BNI akan memperkuat kolaborasi berbagai bisnis di internal bank untuk pelayanan bisnis internasional. Lalu peningkatan bisnis ke segmen diaspora melalui program Diaspora Invest, Diaspora Lending, dan Diaspora Saving. Juga pengembangan layanan cash management di kantor luar negeri serta peningkatan ekspor melalui program BNI Xpora. Silvano menyatakan transaksi ekspor impor BNI di 2022 tumbuh hampir 55% yoy. Ia menyatakan peningkatan ekspor dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas unggulan seperti sawit, bahan bakar, mineral, batu bara, dan besi baja.
Sementara melalui BNI Xpora, total kredit ekspor telah menembus Rp26,72 triliun, naik dari 2021 yang tercatat Rp19,05 triliun. Volume trade ekspor tercatat Rp66,21 triliun, naik dari 2021 yang tercatat Rp24,36 triliun. Adapun volume transaksi remittance BNI naik 29,1% yoy menjadi US$ 108 miliar pada akhir tahun lalu. Penyaluran kredit yang dilakukan oleh kantor cabang luar negeri BNI mencapai US$ 1,7 miliar hingga akhir 2022, dengan pertumbuhan paling besar dari Singapura dan New York.
Baca Juga: Melongok Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham Perbankan di 2023 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat