Bisnis jagal sapi hasilkan berkah saat Lebaran



CILACAP. Berkah Lebaran bukan hanya soal tunjangan hari raya alias THR. Tapi, berkah Lebaran juga bisa datang dari bisnis sapi potong.

Seperti Suseno misalnya. Pemilik bisnis jasa sapi potong kebanjiran pesanan daging sapi selama momen Lebaran seperti ini.

Jika hari-hari biasa, dalam sehari Suseno hanya memotong dua ekor sapi miliknya dengan harga sekitar Rp10 juta per ekor. Tapi, jika sedang momen lebaran seperti ini, dia beserta keluarga bisa memotong hingga sepuluh ekor sapi. "Rentang harganya juga lebih tinggi, sekitar Rp15 juta sampai Rp25 juta per ekor," imbuhnya, Sabtu (10/8).


Artinya, selama hari-hari biasa, Suseno hanya meraup omzet sekitar Rp20 juta per hari. Tapi, selama momen Lebaran ini, omzet yang didapat lompat 650%-1.150% menjadi sekitar Rp150 juta hingga Rp250 juta dalam sehari.

Suseno bilang, daging sapi potongnya nanti dipasarkan di pasar setempat dan banyak dibeli oleh para tukang bakso. Memang, berdasarkan pengamatan KONTAN, banyak tukang bakso di Kabupaten Cilacap, khususnya Kecamatan Gandrungmangu dan Kecamatan Kawunganten yang sepi pelanggan.

Di manapun mereka berada, baksonya pasti laku dibeli masyarakat. Maklum, tukang bakso menjadi tempat jajanan paling favorit di sini. Tempat ini tidak pernah sepi dari pelanggan, entah itu hanya keluarga yang sekadar mengajak anaknya berekreasi atau muda-mudi yang sedang mabuk cinta dan ingin bertemu dengan pasangannya.

Lebih jauh Suseno menjelaskan, dia mengambil sapi bisa dari pasar lokal, pasar hewan setempat, atau pun dari penduduk setempat untuk kemudian dijadikan sapi potong. Tapi, jika sapi sedang langka, maka tidak menutup kemungkinan jika dia mencari sapi hingga ke daerah Jawa Timur.

Jika sapi yang diinginkan sudah diperoleh, maka sapi tersebut langsung ditaksir berat daging bersihnya sekitar berapa kuintal. Nah, proses penaksiran inilah yang menjadi penentu apakah Suseno bisa untung besar atau justru gigit jari karena merugi.

"Soalnya, proses penaksiran itu sangat sulit, mas. Yang enggak jago sering dibohongi. Tapi, karena ini bisnis keluarga dari zamannya kakek saya dulu, saya jadi seperti punya bakat alam untuk menaksir sapi, dan 99% taksiran saya pasti pas. Kalau pun meleset, itu pun melesatnya justru dapat daging bersih yang lebih berat, jadi keuntungan saya bisa bertambah," jelasnya.

Nah, namanya juga bisnis keluarga. Jadi, semua pengerjaannya dilakukan bersama-sama dengan anggota keluarga lainnya. Proses penaksiran dilakukan oleh Suseno sementara masalah pemasaran dilakukan oleh istrinya, Noor Rohmah.

Noor memiliki strategi untuk menjual sapi dengan harga tertentu dan harga tersebut sudah termasuk ongkos giling. Hal ini tidak dilakukan oleh pedagang sapi potong lainnya di sini. Mereka menjual harga sapi belum termasuk ongkos gilingnya.

Padahal, untung tukang bakso itu tipis. Sementara kalau beli daging belum termasuk ongkos giling sehingga operasional mereka semakin besar. "Jadi, kami juga sekalian memberikan servis," imbuh Noor.

Dengan taksiran jitu dan servis yang diberikan itulah bisnis yang dijalankan pasutri ini kian menggiurkan. Kendati demikian, baik Suseno dan Noor belum berniat untuk melakukan ekspansi. Pasalnya, mereka masih memikirkan faktor risiko bisnis sapi potong yang tidak kecil.

Namun, mereka tidak menutup pintu jika ada klien yang ingin memesan sapi potong miliknya yang hampir semuanya merupakan sapi lokal. "Ekspansi besar belum, lah. Tapi, kami sebentar lagi mau buka rumah makan soto jeroan dan biar anak kami yang mengelolanya," pungkas Noor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri