Bisnis jamu semakin jos selama pandemi corona berlangsung



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis jamu termasuk yang tengah naik daun di tengah pandemi virus korona. Khasiatnya sebagai penjaga daya tahan tubuh menjadi salah satu faktor utama yang membuat produk tradisional ini terus orang cari selama pandemi berlangsung.

Malah, saat banyak bisnis lain berguguran akibat pandemi Covid-19, usaha jamu tradisional makin eksis. Tak sedikit yang membuka usaha jamu tradisional. Sebut saja, Lina Tanuwijaya, pemilik Kawan Rempah yang berbasis di Jakarta.

Memulai usaha pada April 2020 lalu, Lina memfokuskan usaha pada pembuatan minuman jamu tradisional yang populer dengan sebutan empon-empon. Soalnya, produk ini jadi buruan orang di masa pandemi.


Beragam minuman jamu tradisional Lina buat. Mulai dari lemon sereh, kunyit asem, sari asam, bir pletok, wedang jahe, hingga kopi jahe. Harga jamu tradisional bikinannya berkisar Rp 15.000 sampai Rp 65.000 per botol tergantung ukuran.

Baca Juga: Penjualan gerai jamu melonjak berlipat kali imbas corona

Hasilnya, saban bulan Lina sanggup menjual 1.500 botol sampai 2.500 botol, dengan omzet sekitar Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. "Tidak cuma orangtua saja, saat ini anak muda juga mulai menyukai empon-empon atau jamu," ungkapnya kepada KONTAN, Jumat (9/10).

Padahal, Lina hanya mengandalkan penjualan secara online, baik lewat media sosial ataupun melalui marketplace semacam Tokopedia dan GoFood.

Salah satu faktor yang membuat produknya cepat  mendapat pasar adalah karena Lina menjaga kualitas bahan dan pembuatannya secara tradisional. Misalnya, ia memakai panci stainless steel untuk menjaga kebersihan dari produknya.

Dengan strategi tersebut, Lina pun optimistis, bisnisnya bakal terus berjalan, bahkan setelah pandemi berakhir. Sambil berharap, terjadi lonjakan pertumbuhan penjualan ke depan.

Sedangkan bagi pemain yang sudah berkecimpung lama di bisnis jamu tradisional seperti Ahmad Nashran Humaidi, pemilik Njamoe, pandemi semakin mendongkrak penjualan produknya hingga 50% dibanding sebelum wabah.

Ahmad menjual beragam produk olahan jamu tradisional dalam bentuk bubuk. Ada jamu merah, kunyit putih, temulawak, kunyit asem, mengkudu, dan lainnya. 

Produk tersebut Ahmad dapatkan dari beberapa produsen jamu rumahan yang kebanyakan kaum ibu di sekitar Jombang, Jawa Timur. Lantas, ia tinggal memberi label Njamoe dan memasarkannya. "Jadi, ibu-ibu kami gandeng untuk mengolah dan membuat jamu secara tradisional," tuturnya kepada KONTAN. 

Sama seperti Lina, Ahmad juga mengandalkan penjualan online untuk memasarkan produknya. Jangkauan pasarnya sudah mencapai Jakarta hingga Aceh. Rata-rata omzet per bulan yang bisa dia dapatkan sekitar Rp 10 juta. Dan, ia mengharapkan, bisa meningkat lagi hingga 50% di akhir tahun ini dan tahun depan.

Selanjutnya: Gara-gara corona, kaum millenial kini jadi doyan minum jamu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Markus Sumartomjon