KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri jasa logistik merupakan salah satu industri yang terkena cipratan efek masifnya pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Mahendra Rianto mengatakan, potensi jasa logistik pada tahun 2024 akan terus mengikuti perdagangan pada sektor riil. “Logistic will always follow the trade, jadi aktivitas atau kegiatan logistik itu sangat tergantung dari kegiatan perdagangan. Kalau bicara secara makro, tergantung dengan economic growth dari Indonesia (kalau pasar domestik)”, ungkap Mahendra kepada Kontan.co.id, Kamis (14/12). Pada proses logistik, terdapat beberapa tahapan yang perlu dilalui agar barang sampai kepada konsumen. Di antaranya adalah first mile yaitu tahap pengiriman pertama atau distribusi raw material. Selanjutnya terdapat mid mile yaitu tahapan barang sampai di gudang penyimpanan. Terakhir, last mile yaitu pengangkutan barang dari gudang pengiriman ke destinasi akhir/konsumen. Baca Juga: Ini Kata Pengusaha Soal Rencana Pembatasan Angkutan Barang Saat Libur Nataru Asosiasi Logistik Indonesia melihatnya potensi first mile dan mid mile perlu dikembangkan pada industri logistik di Indonesia. Menurut Mahendra, kegiatan tidak melulu berfokus pada tahap last mile. Oleh karena itu, perlu digali lebih dalam potensi yang berada pada first mile dan mid mile. “Walaupun banyak kompetitor asing pada tahap last mile, seharusnya, industri jasa logistik di Indonesia tidak perlu takut. Potensi di first mile ini masih besar, karena setiap ada produksi. Apabila terdapat produksi dari impor, maka potensinya ada di cross border atau kegiatan jasa yang berada di pelabuhan-pelabuhan internasional, baik darat maupun udara.” jelas Mahendra. Menurut Mahendra, ramainya potensi pasar e-commerce pada tahun 2024 dapat mendorong industri jasa logistik tumbuh. Akan tetapi, belum tentu dapat berdampak pada industri logistik lokal. Hal ini karena pasar jasa logistik untuk e-commerce jika dibandingkan dengan pasar logistik pada sektor yang lain pertumbuhannya masih kecil di kisaran 10%.
Bisnis Jasa Logistik Miliki Potensi Besar, Asosiasi Logistik Indonesia Ingatkan Ini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri jasa logistik merupakan salah satu industri yang terkena cipratan efek masifnya pertumbuhan e-commerce di Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Mahendra Rianto mengatakan, potensi jasa logistik pada tahun 2024 akan terus mengikuti perdagangan pada sektor riil. “Logistic will always follow the trade, jadi aktivitas atau kegiatan logistik itu sangat tergantung dari kegiatan perdagangan. Kalau bicara secara makro, tergantung dengan economic growth dari Indonesia (kalau pasar domestik)”, ungkap Mahendra kepada Kontan.co.id, Kamis (14/12). Pada proses logistik, terdapat beberapa tahapan yang perlu dilalui agar barang sampai kepada konsumen. Di antaranya adalah first mile yaitu tahap pengiriman pertama atau distribusi raw material. Selanjutnya terdapat mid mile yaitu tahapan barang sampai di gudang penyimpanan. Terakhir, last mile yaitu pengangkutan barang dari gudang pengiriman ke destinasi akhir/konsumen. Baca Juga: Ini Kata Pengusaha Soal Rencana Pembatasan Angkutan Barang Saat Libur Nataru Asosiasi Logistik Indonesia melihatnya potensi first mile dan mid mile perlu dikembangkan pada industri logistik di Indonesia. Menurut Mahendra, kegiatan tidak melulu berfokus pada tahap last mile. Oleh karena itu, perlu digali lebih dalam potensi yang berada pada first mile dan mid mile. “Walaupun banyak kompetitor asing pada tahap last mile, seharusnya, industri jasa logistik di Indonesia tidak perlu takut. Potensi di first mile ini masih besar, karena setiap ada produksi. Apabila terdapat produksi dari impor, maka potensinya ada di cross border atau kegiatan jasa yang berada di pelabuhan-pelabuhan internasional, baik darat maupun udara.” jelas Mahendra. Menurut Mahendra, ramainya potensi pasar e-commerce pada tahun 2024 dapat mendorong industri jasa logistik tumbuh. Akan tetapi, belum tentu dapat berdampak pada industri logistik lokal. Hal ini karena pasar jasa logistik untuk e-commerce jika dibandingkan dengan pasar logistik pada sektor yang lain pertumbuhannya masih kecil di kisaran 10%.