JAKARTA. Kebijakan pemerintah menunda pelaporan data transaksi kartu kredit nasabah bank ke Direktorat Jenderal Pajak sedikit saja membawa efek ke pasar. Kebijakan tersebut hanya mampu mendorong pertumbuhan jumlah kartu kredit. Mengutip data Bank Indonesia (BI), sejak kebijakan penundaan pelaporan data kartu kredit diumumkan awal Juli lalu, jumlah kartu terus bertambah hingga menjadi 17,11 juta kartu per September, dari posisi akhir Juni di level 16,97 juta. Meski demikian, volume memang terlihat menurun dari 25,74 kali menjadi 24,74 kali. Di sisi lain, nilai transaksi tergerus menjadi Rp 22,39 triliun dari sebelumnya Rp 23,93 triliun.
Jika dibandingkan dengan posisi September 2015, jumlah kartu kredit per September 2016 naik 2,21% dan volume transaksi tumbuh 6,70%. Sedangkan nilai transaksi, jumlahnya masih turun sebanyak 2,15%. Direktur Konsumer Bank CIMB Niaga Lani Darmawan optimistis, pihaknya masih akan mencatat pertumbuhan tinggi bisnis kartu kredit meskipun secara industri masih lambat. Pada tahun ini, CIMB Niaga menargetkan nilai transaksi kartu kredit tumbuh di atas 20% menjadi Rp 7,64 triliun. Nyatanya, target itu pun telah terlampaui. Sebab per September, transaksi kartu kredit CIMB Niaga sudah naik 33,2% menjadi Rp 7,83 triliun. Menurut Lani, bisnis kartu kredit bisa tumbuh dua digit karena CIMB Niaga fokus pada
cross selling dan menyasar semua segmen, terutama kelas menengah. “Kami juga menargetkan menerbitkan 2,3 juta kartu kredit tahun ini,” ucap Lani, Jumat (4/11). Meski ada aturan pembatasan jumlah kepemilikan kartu berbasis pendapatan nasabah, CIMB Niaga sukses merilis 2,17 juta kartu hingga September 2016. Angka ini naik 13,2% dari setahun lalu. Sementara itu, Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Santoso Liem menjelaskan, BCA membidik pertumbuhan nilai transaksi kartu kredit tahun ini sebanyak 10% menjadi Rp 10,43 triliun.
Santoso mengakui, bisnis kartu kredit melambat karena kelas menengah atas mulai membatasi pemakaian kartu kreditnya. BCA mencatat pertumbuhan nilai transaksi sebesar 8,6% menjadi Rp 9,67 triliun per September 2016. “Sedangkan jumlah kartu kredit akan mencapai tiga juta di akhir tahun ini dari posisi 2,9 juta per September,” ujar Santoso. Tak jauh beda, Direktur Ritel Bank Mandiri Tardi bilang, bisnis kartu kredit masih akan lesu sepanjang tahun ini. Meski ada penundaan laporan ke Ditjen Pajak, para pemegang kartu kredit masih terlihat enggan bertransaksi. Bank Mandiri membidik transaksi kartu kreditnya naik 3%–5% menjadi sekitar Rp 9,23 triliun–Rp 9,41 triliun di tahun 2016. Sementara hingga September 2016, transaksi kartu kredit Mandiri turun 11% menjadi Rp 8,67 triliun walaupun jumlah kartu kredit tumbuh 9,5% menjadi 4,26 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini