Bisnis kartu kredit tetap jaya di masa sulit



JAKARTA. Selalu ada berkah di masa-masa sulit. Hal ini pula yang dialami bisnis kartu kredit. Aturan ketat pembatasan kepemilikan dan ekonomi yang melambat seakan tak mampu membendung nafsu nasabah menggesek kartu kredit.

Lihat saja kinerja kartu kredit tiga bank besar, yakni Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA) dan Bank Negara Indonesia (BNI). Bank Mandiri mampu mengerek nilai transaksi kartu kredit sebesar 22% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp 15 triliun per Juni 2015.

"Jumlah kartu tetap tumbuh positif lewat beragam program yang ditawarkan," jelas Hery Gunardi, Direktur Konsumer Banking Mandiri.


Kinerja BNI justru lebih kinclong. Meski laba bersih BNI anjlok sebesar 50,8%, bisnis kartu kredit mampu menyumbang Rp 9,40 triliun terhadap baki total kredit konsumer, melesat 62,5% dari periode sama di tahun lalu. Dari sisi nilai transaksi, BNI mampu membukukan Rp 15 triliun. Angka ini tumbuh 50% dari sebelumnya Rp 10 triliunĀ  di periode tahun lalu.

Anggoro Eko Cahyo, Direktur Consumer Banking BNI mengatakan, pertumbuhan bisnis kartu kredit dicapai lewat sederet program promosi. "Kualitas baik dan pertumbuhan tinggi membuat kartu kredit menjadi salah satu fokus BNI untuk menopang perlambatan kredit," jelas Anggoro.

Nilai transaksi kartu kredit BCA pun naik 12% menjadi Rp 25 triliun selama semester I tahun ini. Santoso, Senior GM Consumer Credit Card BCA bilang, kenaikan transaksi tersebut menolong pertumbuhan bisnis kartu kredit BCA meski ada perlambatan penerbitan kartu baru.

Penolong kartu kredit BCA di semester I adalah kerjasama antara BCA dengan Union Pay International dan American Express. Penyaluran pinjaman lewat kartu kredit BCA naik 9,2% menjadi Rp 8,9 triliun hingga Juni 2015.

Kinerja ciamik membuat Bank Mandiri mematok target pertumbuhan bisnis kartu kredit sebesar 21%-23% hingga akhir tahun. BCA membidik pertumbuhan nilai transaksi kartu kredit mencapai 15%-18% di semester II.

Senada, BNI percaya diri bisa membukukan nilai transaksi Rp 32 triliun hingga akhir tahun. "Meski tahun ini digadang-gadang terjadi perlambatan, buktinya tetap tumbuh," tutur Anggoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri