Bisnis kartu perdana dan misteri robot registrasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anda masih ingat, sebelum pemerintah menetapkan kewajiban registrasi, ada pedagang kartu perdana yang membakar barang dagangan mereka.  Mereka tidak menolak kewajiban registrasi, tapi pembatasan satu orang maksimal boleh memiliki tiga kartu SIM prabayar dinilai merugikan.  Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akhirnya mengambil jalan tengah, konter-konter bisa melakukan registrasi. Tapi kepada Kontan.co.id, Kesatuan Niaga Cellular Indonesia (KNCI) merasa belum dilibatkan dalam proses registrasi prabayar yang diselenggarakan oleh Kominfo.

Kontan.co.id mencoba melakukan penelusuran terkait bisnis kartu perdana ini dan mengapa akhirnya sampai ada dugaan pemakaian robot atau mesin dalam proses registrasi. Seorang sumber Kontan.co.id menyebutkan, operator biasa memberikan target penjualan kartu perdana. Misalnya 5.000 kartu perdana harus habis dalam sekian bulan.  Jika pedagang sukses menggapai target, bonus menanti. Mulai  uang, sepeda motor bahkan mobil. Ada yang dihargai Rp 5.000 setiap kartu perdana terjual, atau sepeda motor seharga Rp 25 juta misalnya, bisa ditebus cuma Rp 15 juta. Untuk pedagang besar, hadiahnya bisa mobil. Seperti Avanza yang dipasaran seharga RP 175 juta bisa ditebus Rp 110 juta saja. Maka, demi menggapai target para pedagang besar gerilya ke konter-konter kecil. Mereka bahkan berani memberikan utangan, dalam arti baru dbayar ketika kartu itu laku.

Oh ya para pedagang itu memang bisa melakukan aktivasi kartu perdana. Ini untuk mencegah kartu itu menjadi hangus. Saat aktivasi kartu, belum terhitung sebagai pelanggan. "Tapi komputer Dukcapil dan sentral operator adalah dua sistem yang totally beda, absolutely terpisah. Nah, sebab itulah di pasaran nusantara tercinta, sampai kini Anda bisa mendapatkan kartu SIM perdana prabayar yang sudah aktif. Belum teregistrasi, tidak bisa untuk voice dan SMS, tapi maknyus untuk data dan internetan. Harga? 50% diskon," terang Garuda Sugardo, Anggota Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional, Kamis (15/3).


Lalu di mana peran robot yang melakukan registrasi? Kewajiban registrasi akan menngembalikan hitungan pelanggan ke jumlah yang sebenarnya. Rupanya di industri telekomunikasi  bukan cuma laba dan partumbuhan yang menjadi patokan kinerja, tapi juga jumlah pelanggan. "Dengan patokan pelanggan kita bisa melakukan monetize produk," kata seorang sumber di kalangan operator. 

Sejatinya robot-robot itu sudah ada sejak lama.  "Mesin ini bisa diperoleh dengan harga sekitar Rp 30 juta serta mampu memasukkan data NIK serta kartu keluarga (KK) plus nomor operator sebanyak 32 kali dalam waktu satu menit. Tak cuma itu, robot tersebut mampu menjadikan registrasi menjadi customer base operator," bisiknya. Maksud menjadi customer  base adalah, setelah registrasi, mesin tersebut ternyata bisa mengirimkan satu SMS atau akses data 0,1 kilobyte. Ini syarat sebuah nomor sah dihitung menjadi pelanggan operator, bukan sekadar teregistrasi. Seharusnya pemakaian robot-robot ini dihentikan pada saat proses registrasi, agar industri telekomunikasi bisa  lebih sehat dari sisi hitungan jumlah pelanggan.

Berdasarkan penelusuran Kontan.co.id sebelumnya, operator merasa mereka tidak menggunakan robot. Di sisi lain, KNCI merasa tidak dilibatkan. Menjadi PR bagi regulator dan pemerintah untuk memecahkan misteri robot registrasi ini.  

       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ahmad Febrian