Bisnis kedai kopi masih semerbak



JAKARTA. Belakangan ini semakin banyak masyarakat yang memiliki kebiasan nongkrong sambil kongko. Imbasnya, bisnis kafe dan rumah kopi semakin digandrungi, karena ditempat inilah masyarakat menghabiskan waktunya dan bercengkerama.

Tak heran, kini kedai kopi pun makin menjamur. Hampir setiap jalan, Anda pasti menemui rumah kopi ini. Menjamurnya kedai kopi ini tak lepas dari gencarnya tawaran kemitraan usaha kedai kopi.

Maklumlah, guna mengembangkan usahanya, banyak pemain usaha ini yang menawarkan kemitraan atau waralaba. Nah, untuk mengetahui perkembangan usaha ini, KONTAN kembali mereview beberapa tawaran kemitraan kedai kopi yang sebelumnya sudah pernah diulas.


Beberapa di antaranya adalah Coffeeland Indonesia, Wake Cup Coffeeshop dan Kedai Kopi Saring. Beberapa usaha kemitraan kedai kopi ini masih mencatat pertumbuhan bisnis yang cukup baik. Bagaimanakah kondisi usaha mereka saat ini? Berikut ulasannya.

Coffeeland Indonesia

Kedai kopi satu ini berdiri sejak tahun 2009 lalu di Bandung, Jawa Barat. KONTAN sempat mengulas kemitraan usaha ini di tahun 2015 lalu. Saat itu, jumlah gerai yang aktif ada sekitar 18.

Nah, selang dua tahun, usaha besutan Micko Irawan ini berhasil menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Saat ini, total gerai yang beroperai sudah ada 30 yang tersebar dibeberapa kota dan kabupaten, seperti Cirebon, Kerinci, Kalimantan, Flores dan Cianjur.

Micko mengaku, perkembangan bisnisnya ini tak lepas dari berbagai perubahan konsep yang dilakukannya. Antara lain perubahan paket kemitraan. Awalya usaha ini  menawarkan paket kemitraan dengan investasi mulai Rp 35 juta sampai Rp 145 juta.

Nah, sejak dua tahun lalu paket kemitraan telah diubah. Kini paket paling murah dihargai Rp 72,5 juta untuk mini cafe, Rp 92,5 juta untuk coffee shop dan Rp 145 juta untuk coffee house.

Sedangkan, untuk harga produknya sendiri disesuaikan dengan lokasi masing-masing. " Seperti di daerah Cirebon itu mitra menjual kopi dengan harga Rp 10.000 sampai Rp 15.000," katanya pada KONTAN, Jumat (2/6).

Untuk varian kopinya sendiri saat ini semakin beragam. Total ada sekitar 100 macam varian kopi yang ditawarkan kepada konsumen. Micko mengaku, dalam sehari omzet rata-rata mitranya bisa mencapai Rp 3 juta sampai Rp 5 juta. Setelah dipotong biaya produksi dan operasional, porsi keuntungan bersih yang didapatkan mitra masih sekitar 40%.

Masih sama seperti sebelumnya, untuk standarisasi rasa, mitra wajib mengambil semua bahan baku utama baik bubuk kopi dan sirup ke pusat. Lainnya, untuk mendukung usaha mitra, tim manajemen telah menyiapkan jasa training untuk karyawan mitra lengkap tanpa dipungut biaya alias sudah termasuk dalam modal awal.

Wake Cup Coffeeshop

Manisnya laba bisnis kedai kopi juga dirasakan oleh Wake Cup Coffeeshop. Meski tidak banyak, jumlah mitra terus bertambah. Omzet mitra juga terus meningkat. Kini satu gerai mitra bisa meraup omzet Rp 200 juta dalam satu bulan.

Wake Cup Coffeeshop didirikan tahun 2013 dan berpusat di Jakarta. Usaha ini baru dimitrakan pada tahun 2014. Sempat diulas KONTAN pada tahun 2015, Wake Cup Coffeeshop sudah memiliki 6 gerai yang tersebar di Surabaya, Purwokerto, Jakarta, dan Balikpapan.

Kini Wake Cup Coffeeshop sudha memiliki 8 gerai. “Bulan depan kami akan buka dua gerai lagi,” tutur Desy Wibowo, Areal Manager Wake Cup Coffeeshop. Targetnya tahun ini Wake Cup Coffeeshop bisa menambah 10 hingga 15 gerai baru.

Dessy mengklaim, setelah empat tahun berjalan, penjualan produk di Wake Cup Coffeeshop terus mengalami peningkatan. Mitra kini bisa  meraup omzet melebihi target awal yang ditentukan. “Mitra itu sekarang minimal bisa dapat Rp 200 juta per bulan,” tutur Desy.

Dari sisi paket kemitraan dan harga produk, ada yang berbeda dari tahun lalu. Melakukan inovasi dari segi keragaman menu dan kualitas produk, kini harga menu kopi dan makanan di Wake Cup Coffeeshop berkisar Rp 25.000 hingga Rp 60.000 per porsi.

Paket investasi yang ditawarkan pun tidak lagi banyak. “Kini kami membuka peluang untuk paket coffee cafe,” tutur Desy. Paket ini dihargai sekitar Rp 650 juta.

Sebelumnya, selain paket coffee cafe senilai Rp 650 juta, usaha besutan Kama Sulaiman ini juga menawarkan sua paket investasi lainnya. Yakni, paket coffee booth senilai Rp 175 juta dan paket coffee shop senilai Rp 425 juta.

Sejauh ini, Desy bilang tak ada kendala berarti yang dihadapi. Ke depannya Wake Cup Coffeeshop masih terus akan berjalan dengan misi menyajikan kopi yang berkualitas. “Tentunya kami juga ingin punya gerai dan mitra yang lebih banyak,” ujar Desy.

Varian menu kopi yang ditawarkan mulai dari kopi hitam, espresso, iced blended, minuman cokelat, latte, aneka teh, serta jus. Untuk makanan pendukung tersedia pasta, croissant, nasi goreng dan lainnya.

Kedai Kopi Saring

Berbeda dengan pelaku usaha lain, kedai kopi saring justru menutup kemitraan sementara. Kedai Kopi Saring asal Lembang, Bandung, Jawa Barat ini berdiri sejak 2012 lalu. Usaha besutan Jimmy Sagin ini mulai membuka kemitraan di awal tahun 2016.

Namun, usaha di bawah payung Masbro Group ini pun tidak berkembang sehingga tawaran kemitraan dihentikan sementara. Jimmy bilang, tawaran kemitraan diberhentikan  sementara karena adanya aktivitas yang tengah dijalankan, sehingga bentrok dengan kemitraan Kedai Kopi Saring.

“Kemitraan berhenti di tengah jalan dan saya tunda dulu programnya,” ujarnya.

Saat diulas KONTAN pada Juni 2016, mitra yang bergabung belum ada. Hingga saat ini mitra yang bergabung juga belum ada. Sementara kedai kopi pusat masih beroperasi di Bandung. “Kebanyakan bekerja di luar kota jadi tidak sempat melayani mitra baru,” ungkap Jimmy.

Sebelumnya, Jimmy menawarkan dua paket investasi, yakni paket senilai Rp 6 juta dan Rp 8 juta. Dengan modal tersebut, mitra akan mendapat fasilitas set up lokasi usaha, peralatan lengkap (kompor, tungku, mesin giling kopi manual dan lainnya), pelatihan karyawan selama dua minggu, media promosi (x-banner dan wall banner), supervisor, dua seragam karyawan, dan bahan baku awal 200 porsi.

Yang membedakan kedua paket hanya fasilitas booth. Paket Rp 6 juta tidak menggunakan booth, sedangkan paket Rp 8 juta mendapatkan booth. Khusus mitra di luar kota Bandung, biaya akomodasi dan transportasi set up lokasi usaha sekaligus biaya pelatihan karyawan ditanggung oleh mitra.

Tidak ada biaya manajemen atau biaya royalti. Mitra cukup membeli bahan baku dasar, seperti bubuk kopi dan kemasan dari pusat. Menurut Jimmy, tidak ada kendala yang dihadapi dalam menjalankan kedai kopi. Hanya saja, butuh persiapan yang matang untuk mengelola usaha maupun kemitraan.

Rencananya, Jimmy akan membuka lagi tawaran kemitraan Kedai Kopi Saring. Tetapi, waktunya belum ditentukan karena ia akan menyempurkan lagi sistem kemitraan ini. Antara lain menyangkut program dan fasilitas yang akan didapatkan mitra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri