Bisnis klinik membuat prospek KAEF lebih sehat



JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) memperkuat bisnis kesehatan dengan menambah jumlah klinik dan apotek. KAEF menargetkan dapat membangun 100 klinik tahun ini dengan dana investasi Rp 300 miliar. Ini untuk memenuhi target KAEF memiliki 1.000 klinik di 2018.

Analis BNI Securities, Ankga Adiwirasta bilang, ekspansi ini akan menguatkan bisnis KAEF. Pasalnya, KAEF tengah berupaya menjadikan bisnis klinik sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang ditunjuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Jika kerjasama ini terlaksana, maka masyarakat peserta program BPJS kesehatan dapat memeriksakan diri ke klinik KAEF.

Analis Trimegah Securities, Sebastian Tobing dalam risetnya, 14 April 2014, menyebutkan, 51% pendapatan KAEF berasal dari gerai farmasi yang terdiri dari apotek, klinik, dan puskesmas. Sedangkan, 45% pendapatan dari jaringan distribusi obat-obatan yang mencapai 24.000 gerai di 2013.


KAEF mempunyai visi menjadi penyedia layanan kesehatan terintegrasi. Oleh karena itu, KAEF terus membangun klinik yang terintegrasi dengan apotek.

Menurut Sebastian, KAEF telah memperluas jaringan apotek dan jaringan distribusi di 2013. Dia menambahkan, meski ekspansi cukup pesat KAEF masih mampu mempertahankan neraca sehat.

Selain menambah klinik, tahun ini KAEF juga berencana membangun pabrik obat di Banjaran, Bandung, Jawa Barat. Perusahaan ini berencana melakukan ground breaking pada semester II tahun ini.

Tapi, Ankga belum bisa menghitung kontribusi pabrik  baru itu kelak terhadap pendapatan KAEF. “Harus dilihat dulu setelah pabrik mulai berproduksi,” ujar dia.

Namun, Ankga yakin, ekspansi KAEF akan meningkatkan kinerja perusahan di masa depan. Tahun lalu, kapasitas produksi obat KAEF mencapai 1,4 miliar tablet dan 249 juta kapsul. Tahun ini, target produksi obat KAEF belum berubah.

William Suryawijaya, analis Asjaya Indosurya Securities menambahkan, KAEF akan diuntungkan karena kebutuhan masyarakat akan kesehatan akan terus meningkat.  Ini terlihat semakin banyaknya rumahsakit dan klinik kesehatan. “Masyarakat yang masih didominasi oleh kalangan menengah ke bawah akan lebih memilih obat generik daripada obat paten,” kata dia.

Nah, ini akan memberi angin segar bagi KAEF. maklu, selama ini, KAEF fokus pada bisnis obat generik.

Cuma, di tahun ini, industri farmasi masih menghadapi tantangan pelemahan rupiah. Padahal, bahan baku obat masih impor. “Jika rupiah melemah, mereka biasanya akan mengimbanginya dengan menaikkan harga,” kata Ankga.

Sebastian memperkirakan, pendapatan KAEF tahun ini akan tumbuh 18,6% menjadi Rp 51,1 triliun. Sedangkan laba bersih KAEF bisa tumbuh 16,7% menjadi Rp 251 miliar.

Sementara, Ankga memproyeksikan, pendapatan KAEF  tahun ini bisa sebesar Rp 5,12 triliun dengan laba bersih Rp 220 miliar. Sedangkan, William menduga, pendapatan KAEF akan tumbuh 28%  dan laba bersih akan naik 7,5%.

Ketiga analis, yakni, Sebastian, Ankga dan William meromendasikan buy saham KAEF, masing-masing dengan target harga Rp 1.000, Rp 995 dan Rp 1.400 per saham. Rabu (14/5), harga KAEF naik 0,52% ke Rp 975 per saham.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana