Bisnis kopi tetap nyaman dan harum



MINUMAN berwarna hitam pekat dan memiliki rasa pahit  sekaligus manis, jika ditambah gula, ini menjadi teman akrab bagi sebagian besar masyarakat. Tidak hanya dijajakan di warung- warung pinggir jalan, kini kopi populer dijajakan di booth-booth hingga berkonsep kedai kopi ekslusif di mall-mall. Ya, menyeruput kopi kini memang sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat metropolitan.

Jangan heran saat ini banyak kedai kopi bermunculan. Berikut perkembangan sejumlah bisnis kedai kopi dengan pola kemitraan yang pernah KONTAN ulas seperti Frosty Blend Coffee, On The Spot Coffee dan Bangi Kopitiam.  

Frosty Blend Coffee


Berdiri sejak tahun 2009 di bawah bendera PT Tatacipta Mega Pelangi, Frosty Blend Coffee menjual aneka minuman kopi. Ketika KONTAN mengulas usaha ini pada Februari 2011, Frosty sudah menawarkan kemitraan sejak 2010. Kala itu, Frosty sudah memiliki 10 mitra. Dan pada Oktober  2012, mitra Frosty sudah bertambah menjadi 20 mitra.

Berselang setahun lebih, mitra Frosty berkembang dan kini telah memiliki 40 outlet yang dimiliki mitra. Outlet tersebut tersebar di Jabodetabek, Bandung, Solo, Semarang, Makasar, Medan, dan Samarinda.

Henny Tan, pemilik Frosty mengatakan, perkembangan ini tak lepas dari inovasi yang terus dilakukan  oleh manajemen. Seperti menambah varian menu. Setahun terakhir, Frosty telah menambah 5 varian menu minuman. Selain itu, pertumbuhan jumlah mitra Frosty juga didukung oleh strategi pemasaran yang dilakukan melalui internet dan media massa.

Kekuatan Frosty Blend Coffee ada pada varian es kopi yang mereka tawarkan seperti cookies and cream, java chocochip, hazelnut chocochip, dan tiramisu. Selain es kopi, Frosty juga menyediakan kopi hangat seperti espresso, tiramisu latte, dan caramel latte, serta menawarkan makanan berupa pancake, sosis bakar serta spaghetti carbonara.

Harga jual aneka kopi dan makanan  yang ditawarkan frosty tahun lalu berkisar Rp 9.000 hingga Rp 25.000 per porsi. Kini, harga jual telah mengalami kenaikan sebesar 30%, lantaran kenaikan bahan baku.

Sementara untuk paket kemitraan, belum ada perubahan. Frosty masih menawarkan tiga paket investasi yakni tipe konter Rp 28 juta, tipe booth Rp 38 juta dan tipe bar seharga Rp 58 juta.  Henny bilang, tantangan yang dihadapi frosty saat ini adalah persaingan yang semakin tinggi. Untuk menghadapi persaingan tersebut, pihaknya terus gencar melakukan pemasaran dan inovasi dalam produk. Henny optimis Frosty akan terus berkembang. Tahun ini, Frosty menargetkan bisa menggandeng 10 mitra baru.

On The Spot Coffee

Kedai kopi ini di rintis oleh Eko Junaedi tahun 2006 di Bekasi. Untuk mengembangkan usahanya, ia membuka tawaran kemitraan di tahun 2010. Hingga tahun ini, On The Spot Coffee masih mengalami pertumbuhan usaha.

KONTAN pernah mengulas usaha kedai kopi ini awal tahun 2013. Tercatat sudah ada 23 gerai mitra yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Jawa, hingga Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Setahun berselang, Eko mampu menggaet lima mitra baru. Sehingga, total gerai yang dimilikinya 28 gerai. Dia bilang, lokasi usahanya makin meluas hingga ke Bandung, Tasikmalaya dan Sumatera Utara. "Kompetitor lain sudah banyak, jadi perkembangannya tak terlalu pesat," keluhnya.

Eko bilang, untuk bisa bersaing dengan kompetitor, dia memiliki strategi dengan cara mengikuti selera konsumen. Ia mengklaim, cara ini mampu memfokuskan usahanya. Salah satunya adalah dengan merampingkan paket tawaran kemitraan.

Sebelumnya, On The Spot Coffee memiliki tiga paket kemitraan, yaitu paket bazar senilai Rp 4,9 juta, paket mini booth sebesar Rp 10 juta, dan paket mini kafe senilai Rp 50 juta. Sekarang, hanya tersisa satu paket kemitraan, yaitu mini booth dengan besaran investasi Rp 10 juta. "Kami melihat, permintaan kopi pada paket mini kafe tidak terlalu tinggi, makanya ditutup. Sedangkan, paket bazar juga terlalu kecil. Jadi, pilihan yang paling pas adalah mini booth," paparnya.

Sejak tahun lalu, ia juga sudah mengurangi beberapa varian rasa kopi. Menurutnya, saat ini Eko tidak lagi memproduksi varian rasa yang kurang di gemari masyarakat, seperti peppermint. Ia mengklaim, pengurangan varian rasa bisa menekankan biaya produksi. "Dulu ada 15 varian rasa, sekarang cuma ada 9 rasa," terangnya.

Tahun ini juga terjadi perubahan pada harga jual produk, lantaran inflasi. Satu cup kopi sekarang dibanderol seharga Rp 9.000, dari sebelumnya hanya Rp 7.000 per cup. Eko mengaku, tidak memasang target terlalu muluk untuk penambahan jumlah gerai pada tahun ini.

Tetapi saat ini ia masih gencar menjaring kemitraan. Menurutnya, sekarang ia akan lebih selektif mencari mitra. Pasalnya, berdasarkan pengalaman sebelumnya, banyak calon mitra yang tidak memiliki niat kuat untuk memajukan usaha On The Spot Coffee. Targetnya, gerai-gerai milik mitra bisa balik modal dalam waktu tiga bulan.

Bangi Kopitiam

Bisnis kopi Bangi Kopitiam pernah diulas KONTAN pada November 2012 lalu. Saat itu cabang Bangi Kopitiam mencapai 34 cabang. "Kini, jumlah cabang sekitar 40,” ujar Peter Halim, Director Of Franchise Bangi kopitiam Indonesia.

Dari 40 cabang tersebut, sebanyak 70% cabang merupakan milik mitra. Sedangkan 30%  cabang sisanya merupakan milik sendiri.  Usaha yang berdiri tahun 2006 di Malaysia ini resmi masuk Indonesia tahun 2011 lalu.

Bisnis ini adalah rumah makan yang memadukan konsep restoran dan kedai kopi dalam satu tempat. Bangi Kopitiam menawarkan sekitar 100 variasi menu makanan dan minuman.

Beberapa menu makanan  di kedai Bangi Kopitiam di antaranya cuttle fish nasi lemak, reddish chicken white rice, chicken chop rice, dan mak teh daging rice. Dulu harga menu-menu ini dibanderol seharga Rp 20.000 hingga Rp 30.000 per porsi. Adapun menu minuman  yang ditawarkan seperti aunty yee ice white coffee, cholled coffee special dan ice milo yang tahun lalu dibanderol mulai Rp 10.000 hingga Rp 20.000 per gelas.

Namun kini, akibat kenaikan harga bahan baku, kedai ini terpaksa menaikkan harga menu makanan maupun minuman sebesar 10% dari tahun lalu. Peter mengklaim sekitar 90% bahan baku yang digunakan berasal dari domestik.

Meskipun ada kenaikan di harga menu, namun paket waralaba Bangi Kopitiam belum ada perubahan hingga kini. Harga investasi bisnis ini masih sama, yaitu Rp 1,4 miliar. Selain dana itu, mitra juga harus menyiapkan lokasi seluas 200 m². Biaya investasi sebesar tersebut sudah termasuk kontrak kerjasama selama lima tahun, perlengkapan restoran seperti meja dan kursi, peralatan masak, izin usaha, dan lain-lain.

Sejauh ini, Peter mengatakan tidak ada kendala berarti dalam menjalani bisnis kopi miliknya. Tahun ini dia berharap penyelenggaraan Pemilu bisa berjalan lancar sehingga bisnis kedai kopi Bangi Kopitiam tidak terganggu.

Peter menargetkan bisa membuka lima hingga 10 cabang baru pada tahun ini. Jumlah tersebut adalah gabungan cabang milik pusat dan mitra. Peter berharap cabang yang baru bisa merambah kota-kota yang baru, seperti Malang dan Jambi.       

Pengamat waralaba Erwin Halim menilai, minat pengusaha tertarik mendirikan gerai kopi lantaran potensi bisnis yang masih cukup menarik. Masih banyak lokasi-lokasi yang belum terjamah dan bisa menjadi target usaha kopi yang potensial. Apalagi, konsumen kelas menengah adalah pasar empuk yang masih bisa digarap karena pasarnya masih besar di Indonesia.

Lokasi yang dipilih sebaiknya di dekat hotel dan meeting point, karena saat ini kedai kopi tidak hanya digunakan sebagai tempat minum kopi semata. "Kini kedai kopi juga digunakan sebagai tempat bertemu rekanan bisnis," kata dia.

Sehingga, para pengusaha kopi harus memberikan suasana yang nyaman dan menarik untuk konsumen. Fasilitas tambahan seperti wifi juga bisa menjadi senjata untuk mengundang konsumen dan duduk berlama-lama disana. “Para pemilik kedai sebenarnya tidak perlu terlalu fokus menawarkan rasa kopi yang bermacam-macam, yang penting adalah suasana yang nyaman” tuturnya.

Memang ada sebagian pengusaha yang mengincar untuk mendapatkan mitra dalam jumlah banyak. Kebanyakan yang melakukan hal tersebut adalah perusahaan yang masih baru memulai bisnis dan itu sah-sah saja. Yang jelas, titik jenuh bisnis kopi rasanya masih akan lama.                                    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini