KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis bank di sektor ritel bisa mendulang untung besar hingga tahun depan. Hal ini seiring langkah perpanjangan uang muka 0% Bank Indonesia untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit pemilikan rumah (KPR) hingga Desember 2022. Bank CIMB Niaga menyambut baik langkah bank sentral untuk merangsang konsumsi masyarakat ini. Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan bilang perpanjangan relaksasi ini pasti sangat membantu untuk pertumbuhan KPR dan KKB lebih lanjut. “Sampai September 2021, KPR kami tumbuh 8%
year on year (yoy) dan KKB kami di anak perusahaan CIMB Niaga Auto Finance tumbuh 17% yoy. Kami harapkan terus baik sampai akhir tahun,” ujar Lani kepada Kontan.co.id, Rabu (20/10).
Dia menambahkan, perpanjangan relaksasi ini yang dibarengi dengan semakin kondusifnya situasi pandemi serta pelonggaran PPKM, bisnis KPR dan KKB akan tetap terus membaik. Ia mengakui kinerja dua segmen ini di kuartal ketiga lebih baik dibandingkan kuartal kedua 2021 lantaran bantuan relaksasi dari bank sentral.
Baca Juga: Coldwell: Perpanjangan DP 0% untuk KPR bakal bantu konsumen dan pengembang Kendati demikian, CIMB Niaga tidak memberikan
down payment (DP) hingga 0% secara umum kepada calon debitur KPR dan KKB. Lani bilang pemanfaatan
loan to value (LTV) itu hanya kepada calon debitur tertentu saja. “Karena ada ada korelasi kuat antara kesehatan portfolio debitur yang DP-nya 0%. Ini terkait rasio kredit macet, karena bank juga harus bertanggung jawab memberikan pinjaman, hanya kepada nasabah yang bisa membayar cicilan dengan baik,” paparnya. Sementara itu, Bank Tabungan Negara (BTN) mengakui relaksasi bank sentral bakal sangat membantu bisnis bank ke depan. Bank dengan portofolio terbesar di sektor properti ini, optimistis KPR bisa tumbuh dobel digit di 2022.
“Kami berharap pertumbuhan kredit KPR tahun depan bisa 10% hingga 12%. Itu Lebih baik dibanding tahun ini yang naik 8% hingga 9%,” kata Wakil Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu kepada Kontan.co.id. BTN hingga Agustus 2021 berhasil menyalurkan total kredit senilai Rp 268,66 triliun. Nilai itu naik 6,02% yoy dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 253,41 triliun.
BBTN Chart by TradingView
Editor: Herlina Kartika Dewi