JAKARTA. Bisnis kredit pemilikan rumah (KPR) perbankan tetap menggiurkan, meskipun Bank Indonesia (BI) telah mengatur besaran penetapan loan to value (LTV) sebesar 70% untuk tipe rumah 70 meter persegi ke atas. Sejak aturan itu berlaku efektif selama dua pekan terakhir, bankir-bankir yakin, bisnis KPR tahun ini tetap tumbuh besar.Mansyur S. Nasution, EVP Coordinator Consumer Finance Bank Mandiri, mengatakan pertumbuhan KPR bisa mencapai 30%31% tahun ini. Dengan realisasi kredit rumah per Maret 2012 telah tumbuh 23,6% menjadi Rp 22,5 triliun dan rasio kredit bermasalahnya atau non-performing loan (NPL) sekitar 2,4%. "Pertumbuhan KPR tengah tahun ini sudah mencapai sekitar 28% year on year," kata Mansyur, Kamis (28/6).Agar mencapai target, bank pelat merah ini memperbesar pasar kredit rumah bertipe kurang dari 70 m² mulai semester II−2012 ini. Manajemen Bank Mandiri akan mengubah komposisi KPR tipe di bawah dan di atas 70 m² menjadi 50:50. Selama ini, porsi rumah bertipe di atas 70 m² mencapai sekitar 70%.Mansyur menambahkan, debitur yang mengajukan kredit rumah di atas 70 m² itu sekitar 50% untuk tujuan investasi dan mereka menyetor uang muka atau down payment minimal 30% bahkan 50%. Sedangkan tipe rumah di bawah 70 m², mayoritas untuk rumah pertama atau tempat tinggal. "Kalau ada kesempatan pasar akan kami ambil kredit itu," tambahnya.Bank Tabungan Negara (BTN) juga membidik pertumbuhan KPR sebesar 30% dan NPL kurang dari 3% tahun ini. Saut Pardede, Direktur Keuangan BTN, menjelaskan, bisnis KPR akan tetap sehat meskipun banyak yang menyebutkan ada potensi bubble di sektor properti. "KPR masih bisa tumbuh tinggi karena market share bisnis ini terhadap produk domestik bruto tidak sampai 2%," jelasnya.Amankan likuiditasSaut menambahkan, untuk mendukung pencapaian target, perusahaannya harus menyediakan dana cukup. Manajemen BTN juga telah menyiapkan strategi mengamankan likuiditas.BTN memfokuskan pencairan dana berjangka panjang dengan menerbitkan obligasi berkelanjutan dan sekuritisasi aset. Sekuritisasi aset adalah penerbitan efek dengan mengumpulkan aset-aset tagihan kredit seperti KPR.Saat ini, porsi surat utang masih lebih besar dibandingkan sekuritisasi. Mei lalu, perseroan menerbitkan obligasi berkelanjutan tahap I senilai Rp 2 triliun. Ke depan, obligasi akan terbit lagi dengan hingga mencapai Rp 4 triliun."Dana dari sekuritisasi masih sedikit, tapi akan kami perbanyak pada periode mendatang," tambah Saut. Misalnya, jika dalam setahun perseroan akan menyalurkan kredit sebesar Rp 30 triliun, maka manajemen akan menggunakan untuk sekuritisasi antara Rp 4 triliun sampai Rp 5 triliun. Saat ini, BTN baru mendapatkan dana sekitar Rp 1 triliun dari sekuritisasi aset.Di Mandiri, untuk menyalurkan KPR, bank ini mengandalkan dana simpanan masyarakat. Hingga bulan Maret 2012, simpanan masyarakat di Bank Mandiri sekitar Rp 403 triliun. "Likuiditas kami aman," kata Mansyur. n Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bisnis KPR tak terpengaruh aturan LTV
JAKARTA. Bisnis kredit pemilikan rumah (KPR) perbankan tetap menggiurkan, meskipun Bank Indonesia (BI) telah mengatur besaran penetapan loan to value (LTV) sebesar 70% untuk tipe rumah 70 meter persegi ke atas. Sejak aturan itu berlaku efektif selama dua pekan terakhir, bankir-bankir yakin, bisnis KPR tahun ini tetap tumbuh besar.Mansyur S. Nasution, EVP Coordinator Consumer Finance Bank Mandiri, mengatakan pertumbuhan KPR bisa mencapai 30%31% tahun ini. Dengan realisasi kredit rumah per Maret 2012 telah tumbuh 23,6% menjadi Rp 22,5 triliun dan rasio kredit bermasalahnya atau non-performing loan (NPL) sekitar 2,4%. "Pertumbuhan KPR tengah tahun ini sudah mencapai sekitar 28% year on year," kata Mansyur, Kamis (28/6).Agar mencapai target, bank pelat merah ini memperbesar pasar kredit rumah bertipe kurang dari 70 m² mulai semester II−2012 ini. Manajemen Bank Mandiri akan mengubah komposisi KPR tipe di bawah dan di atas 70 m² menjadi 50:50. Selama ini, porsi rumah bertipe di atas 70 m² mencapai sekitar 70%.Mansyur menambahkan, debitur yang mengajukan kredit rumah di atas 70 m² itu sekitar 50% untuk tujuan investasi dan mereka menyetor uang muka atau down payment minimal 30% bahkan 50%. Sedangkan tipe rumah di bawah 70 m², mayoritas untuk rumah pertama atau tempat tinggal. "Kalau ada kesempatan pasar akan kami ambil kredit itu," tambahnya.Bank Tabungan Negara (BTN) juga membidik pertumbuhan KPR sebesar 30% dan NPL kurang dari 3% tahun ini. Saut Pardede, Direktur Keuangan BTN, menjelaskan, bisnis KPR akan tetap sehat meskipun banyak yang menyebutkan ada potensi bubble di sektor properti. "KPR masih bisa tumbuh tinggi karena market share bisnis ini terhadap produk domestik bruto tidak sampai 2%," jelasnya.Amankan likuiditasSaut menambahkan, untuk mendukung pencapaian target, perusahaannya harus menyediakan dana cukup. Manajemen BTN juga telah menyiapkan strategi mengamankan likuiditas.BTN memfokuskan pencairan dana berjangka panjang dengan menerbitkan obligasi berkelanjutan dan sekuritisasi aset. Sekuritisasi aset adalah penerbitan efek dengan mengumpulkan aset-aset tagihan kredit seperti KPR.Saat ini, porsi surat utang masih lebih besar dibandingkan sekuritisasi. Mei lalu, perseroan menerbitkan obligasi berkelanjutan tahap I senilai Rp 2 triliun. Ke depan, obligasi akan terbit lagi dengan hingga mencapai Rp 4 triliun."Dana dari sekuritisasi masih sedikit, tapi akan kami perbanyak pada periode mendatang," tambah Saut. Misalnya, jika dalam setahun perseroan akan menyalurkan kredit sebesar Rp 30 triliun, maka manajemen akan menggunakan untuk sekuritisasi antara Rp 4 triliun sampai Rp 5 triliun. Saat ini, BTN baru mendapatkan dana sekitar Rp 1 triliun dari sekuritisasi aset.Di Mandiri, untuk menyalurkan KPR, bank ini mengandalkan dana simpanan masyarakat. Hingga bulan Maret 2012, simpanan masyarakat di Bank Mandiri sekitar Rp 403 triliun. "Likuiditas kami aman," kata Mansyur. n Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News