Bisnis Laksa Cibinong Omah Oong Terbantu Pemasaran Digital



MOMSMONEY.ID - Santi Teofilus, pemilik usaha Omah Oong  masih tampak sibuk mengatur dekorasi rumah makan yang baru dibuka di kawasan Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Belum genap sebulan, Santi membuka cabang baru rumah makannya itu.

“Satu demi satu mimpi kami terwujud di masa-masa pandemi, termasuk mimpi untuk punya cabang,” ujar ibu dua anak itu. Omah Oong merupakan rumah makan yang menyajikan olahan khas yaitu laksa cibinong. Rumah makan pertamanya ada di Jl. Mayor Oking, Cibinong, Bogor.

Rumah makan ini sudah dirintis Santi dan suaminya, Michael Yung sejak tahun 2011. Berbekal resep laksa dari sang mama, Michael Yung menyewa tempat sederhana yang berukuran kecil di kawasan Cibinong. Usaha itu dirintis tanpa karyawan. Santi dan Michael bahu membahu memperkenalkan laksa cibinong pada khalayak.


Baca Juga: 7 Bahasa Tubuh untuk Terlihat Positif di Hadapan Orang Lain, Yuk Terapkan

Asal tahu saja, laksa merupakan salah satu kuliner khas Cibinong. Saat ini, sudah tak banyak rumah makan yang menyajikan menu ini. Hanya hitungan jari rumah makan di Cibinong yang menyajikan menu ini. Dan salah satunya adalah Omah Oong.

“Saya memang ingin mengangkat kuliner khas tempat saya besar ini, Cibinong. Sejak awal saya sudah bertekad mengangkat laksa cibinong sebagai menu utama rumah makan saya,” terang Michael. Selain laksa ada menu lain yang ditawarkan Omah Oong, seperti empal penyet, soto, sop, ikan dan ayam goreng ataupun bakar.

Sejatinya ada beberapa daerah yang di Indonesia yang memiliki menu laksa sebagai kuliner khas mereka. Misalnya laksa betawi, laksa banjar, laksa palembang, dan laksa bogor. Nah, sekalipun Cibinong berada di kawasan Bogor namun olahan laksanya berbeda.

                                                                                            

Laksa bogor antara lain menggunakan oncom dan parutan kelapa dalam sajiannya. Sementara laksa cibinong tidak menggunakan keduanya. Laksa cibinong isiannya ketupat, kecambah, bihun, telor rebus, daun kemangi, taburan bawang merah goreng, dengan kuah santan yang pekat.

Kelezatan laksa cibinong Omah Oong perlahan tapi pasti mulai mendapatkan tempat di hati pelanggan. Dari warung kecil dengan omzet Rp 300.000 sampai Rp 500.000 per hari, Omah Oong terus berkembang. Beberapa tahun kemudian, Omah Oong mampu menyewa lokasi usaha yang lebih luas masih di dekat lokasi lama.

Baca Juga: Panas! Ini 4 Film Dewasa yang Dibintangi Aktris Scarlett Johansson

“Akhirnya bisa menyewa tempat yang bisa menampung pembeli buat makan di tempat. Meski tak begitu luas,” terang Santi. Saat itu, Santi pun memberanikan diri merekrut karyawan. Awalnya hanya 3 orang.

“Kami tak hanya mempertahankan dan inovasi menu tapi juga layanan pembayaran. Kami sediakan layanan pembayaran digital salah satunya lewat Gopay,” ujar Santi. Santi bilang, selain memudahkan konsumen, dengan dompet digital itu juga membantunya dalam laporan keuangan.

“Di tahun 2016-2017 itu kan orang sudah mulai malas bawa uang tunai, jadi kami ikuti gaya belanja konsumen juga kan mau tak mau,” ujar Santi.

Di saat usaha sedang berkembang, ternyata di tahun 2020 pandemi menyerang. Sama seperti pelaku usaha lain, Santi dan Michael itu khawatir usahanya bakal surut.

Namun Santi tak hilang akal. Dia memaksimalkan penjualan melalui merchant-merchant aplikasi pengantar makanan. Salah satunya GoFood. Tak disangka, sekalipun ada aturan tak boleh makan di tempat kala itu, tapi Omah Oong terus mendapatkan orderan secara online.

“Semua orang takut dan tak boleh keluar rumah, makan di luar rumah. Mereka semua belanja pakai aplikasi online. Kami pun tak mau ketinggalan gaya belanja ini,” ujar Santi.

Santi bilang, rating Omah Oong terus meningkat hingga akhirnya pihak GoFood menawarkan aneka bentuk promosi dan maintenance Omah Oong. Dengan promosi ini tentu meningkatkan penjualan Omah Oong sekaligus menguntungkan pelanggan karena dapat potongan harga.

Dari sisi pembayaran digital pun makin berkembang. Jika sebelumnya mengandalkan banyak QR dompet digital, Omah Oong cukup gunakan aplikasi Gopay karena bisa melayani banyak pembayaran dari berbagai aplikasi pembayaran.

Baca Juga: Penuh Teka-Teki, Ini Rekomendasi Tontonan Misteri Netflix Bikin Mikir

“Dulu ribet juga karena laporannya masing-masing dari dompet digital. Lalu saya pakai Gopay saja, satu pintu untuk banyak pembayaran. Laporan keuangan saya juga jadi lebih mudah,” ujar Santi.

Meski tak menyebut angka, Santi mengaku bisa mendapatkan omzet jutaan rupiah per hari hanya dari pesanan aplikasi online. “Salah satu pesanan terbesar memang datang dari GoFood, satu abang gojek bisa pick up di kami 4 kali orderan kala itu,” terang Santi.

Dari satu aplikasi ojek online saja, ada 60 driver yang pick up makanan di Omah Oong. Tak heran jika di masa pandemi, omzet Omah Oong meledak. Di saat yang lain memecat karyawan, Omah Oong justru merekrut karyawan kala itu. Dari tiga orang jadi enam orang karyawan.

“Harus saya akui, berkat ojek online Omah Oong bisa berkembang seperti sekarang,” terang Santi. Di tahun 2022, Santi dan Michael bersyukur karena bisa membeli rumah dan mobil baru dari usaha Omah Oong.

Tak cuma itu, mereka juga berhasil mewujudkan impian membuka cabang baru. “Di rumah makan yang di Cibinong memang bisa menampung pembeli makan di tempat tapi kurang nyaman karena tak ada lahan parkir. Nah di cabang yang Cimanggis ini tempatnya lebih luas, dan ada parkiran,” ujar Santi.

Pelan tapi pasti, Omah Oong mulai mendapatkan pelanggan di cabang yang baru. Selain makin banyak yang makan di tempat, pesanan untuk katering pun mulai berdatangan. Maklum lokasi usahanya ada di kawasan kantor layanan masyarakat seperti rumah sakit dan kantor kepolisian.

“Ya yang penting usaha itu harus ikutin jaman, sekalipun menu kita legendaris tapi layanan harus kekinian, serba digital,” pungkas Santi yang kini punya 11 karyawan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Fransiska Firlana