NEW YORK. Krisis rupanya ikut mempengaruhi bisnis minuman anggur atau yang sering dikenal dengan
wine.Buktinya, pada lelang bertajuk Zachys “best of the best”
evening auction yang dihelat minggu lalu di New York, tidak ada satu pun kolektor yang berhasil membawa pulang salah satu
wine paling ternama dunia: Chateau Mouton-Rothschild keluaran tahun 1945. Harga wine ini diestimasi sekitar US$ 185.000 hingga US$ 300.000. Pada lelang yang dihadiri puluhan kolektor wine dunia itu, anggur legenda tersebut gagal terjual.
Memang, sejak bulan lalu, krisis finansial global terus menggerus daya beli pada lelang
wine di Amerika Serikat (AS) pada bulan lalu. Asal tahu saja, pada 7 November lalu, acara lelang serupa juga digelar. Namun, dari 236 lot anggur yang ditawarkan Zachys, hanya 45 lot saja yang berhasil terjual. Sisa barang lelang lain, terjual dengan harga yang jauh dari perkiraan. Misalnya saja, anggur jenis Romanee Conti 1971 berisi enam liter, diperkirakan akan terjual dengan kisaran US$ 50.000 hingga US$ 80.000. Namun nyatanya, anggur ini hanya laku seharga US$ 42.000. Padahal beberapa tahun lalu, satu botol anggur jenis ini terjual seharga US$ 101.000. “Banyak isu yang beredar mulai dari isu likuiditas, mata uang atau pendapatan perusahaan. Hal ini menambah tekanan terhadap harga anggur kualitas terbaik,” jelas
wine adviser Kevin Swersey.
Selain itu, ada pula faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi bisnis lelang
wine. Sedikitnya kolektor yang melakukan penawaran, menguatnya nilai dolar, suplai yang sedikit dan krisis finansial yang melanda dunia merupakan beberapa diantaranya. Untuk mengukur baik buruknya pasar
wine, dapat dilihat dari persentase jumlah
wine yang terjual dalam setiap lelang. NYWinesChristie, misalnya, menyentuh penjualan terendah pada 30 Oktober lalu dengan penurunan penjualan mencapai 35%. Zachys berhasil membukukan penjualan
wine dengan lebih baik. Pada penjualan
wine selama tiga hari, 89% diantaranya berhasil terjual. Kinerja terbaik dalam satu bulan belakangan adalah lelang Hart Davis Hart di Chicago pada 1 November yang berhasil membukukan penjualan mencapai 99,3%. Meski demikian, resesi ekonomi terus menggerus harga
wine menjadi semakin murah saja.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie