JAKARTA. Pro dan kontra lesu ekonomi masih saja terjadi. Tapi data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas kenaikkan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) atas kredit pemilikan ruko bisa jadi salah satu indikasi: ekonomi memang lesu. OJK mencatat, hingga Mei 2017, kredit NPL ruko mencapai 4,58%. Ini adalah angka tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Tingginya NPL ruko ini diduga merupakan imbas turunnya bisnis pemilik ruko. Transaksi e-commerce yang memangkas jalur distribusi juga membuat pebisnis tak perlu adanya toko fisik. Aslan Lubis, Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis OJK mengatakan, NPL ruko merupakan tertinggi diantara sektor konsumsi lain. "Memang ada indikasi, usaha dan bisnis ruko melambat," tandas Aslan kepada KONTAN, Senin (7/8).
Bisnis lesu, NPL kredit ruko membengkak
JAKARTA. Pro dan kontra lesu ekonomi masih saja terjadi. Tapi data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas kenaikkan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) atas kredit pemilikan ruko bisa jadi salah satu indikasi: ekonomi memang lesu. OJK mencatat, hingga Mei 2017, kredit NPL ruko mencapai 4,58%. Ini adalah angka tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Tingginya NPL ruko ini diduga merupakan imbas turunnya bisnis pemilik ruko. Transaksi e-commerce yang memangkas jalur distribusi juga membuat pebisnis tak perlu adanya toko fisik. Aslan Lubis, Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis OJK mengatakan, NPL ruko merupakan tertinggi diantara sektor konsumsi lain. "Memang ada indikasi, usaha dan bisnis ruko melambat," tandas Aslan kepada KONTAN, Senin (7/8).