JAKARTA. Pelaku industri makanan dan minuman tak puas dengan pencapaian semester I 2017. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menilai, lesu daya beli yang menjadi biang keladi. Menurut catatan internal Gapmmi, momentum Ramadan tidak bisa lagi menjadi andalan. Indikator mereka, pola belanja masyarakat pada bulan puasa tahun ini semakin mundur mendekati hari H Lebaran. Biasanya, momentum itu menjadi masa panen pelaku industri makanan dan minuman dalam setahun. Jika menengok momentum Ramadan pada tahun-tahun yang sebelumnya, masyarakat sudah berbelanja jauh-jauh hari sebelum Lebaran. "Ini sebagai indikator kemampuan belanja masyarakat benar-benar mengandalkan pendapatan atau gaji dan tunjangan hari raya (THR)," ungkap Adhi S. Lukman, Ketua Umum Gapmmi, saat dihubungi KONTAN, Senin (17/7).
Bisnis lesu, target Gapmmi tak berubah
JAKARTA. Pelaku industri makanan dan minuman tak puas dengan pencapaian semester I 2017. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menilai, lesu daya beli yang menjadi biang keladi. Menurut catatan internal Gapmmi, momentum Ramadan tidak bisa lagi menjadi andalan. Indikator mereka, pola belanja masyarakat pada bulan puasa tahun ini semakin mundur mendekati hari H Lebaran. Biasanya, momentum itu menjadi masa panen pelaku industri makanan dan minuman dalam setahun. Jika menengok momentum Ramadan pada tahun-tahun yang sebelumnya, masyarakat sudah berbelanja jauh-jauh hari sebelum Lebaran. "Ini sebagai indikator kemampuan belanja masyarakat benar-benar mengandalkan pendapatan atau gaji dan tunjangan hari raya (THR)," ungkap Adhi S. Lukman, Ketua Umum Gapmmi, saat dihubungi KONTAN, Senin (17/7).