JAKARTA. Hingga tujuh bulan pertama 2016, industri pembiayaan nasional masih lesu darah. Hal ini terlihat dari pertumbuhan total atau outstanding pembiayaan yang masih berjalan lambat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai Juli 2016 mencatat, piutang perusahaan pembiayaan sebesar Rp 371 triliun, atau naik tipis 2,1% dari posisi di akhir 2015, yang sebesar Rp 363,2 triliun. Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan, kondisi bisnis sejumlah sektor industri yang tumbuh negatif menjadi salah satu penyebabnya. Faktor utamanya adalah di sektor industri pertambangan. Bisnis tambang hingga kini masih melemah seiring dengan harga komoditas yang masih rendah. Alhasil, permintaan alat berat turun. "Hal ini sejalan dengan ekspansi pelaku usaha, jadi tersendat," kata Suwandi.
Bisnis lesu, total pembiayaan hanya naik 2,1%
JAKARTA. Hingga tujuh bulan pertama 2016, industri pembiayaan nasional masih lesu darah. Hal ini terlihat dari pertumbuhan total atau outstanding pembiayaan yang masih berjalan lambat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai Juli 2016 mencatat, piutang perusahaan pembiayaan sebesar Rp 371 triliun, atau naik tipis 2,1% dari posisi di akhir 2015, yang sebesar Rp 363,2 triliun. Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menjelaskan, kondisi bisnis sejumlah sektor industri yang tumbuh negatif menjadi salah satu penyebabnya. Faktor utamanya adalah di sektor industri pertambangan. Bisnis tambang hingga kini masih melemah seiring dengan harga komoditas yang masih rendah. Alhasil, permintaan alat berat turun. "Hal ini sejalan dengan ekspansi pelaku usaha, jadi tersendat," kata Suwandi.