Bisnis liga sepakbola Eropa makin subur



LONDON. Sepakbola menjadi ladang bisnis yang subur di Eropa. Laporan Deloitte mengenai bisnis sepakbola di Eropa menyebutkan, total pendapatan liga sepakbola di Eropa pada musim kompetisi 2015-2016 mencapai £ 22 miliar atau setara dengan € 25 miliar. 

Jumlah tersebut meningkat 13% dari musim 2014-2015. Kenaikan tersebut didorong pendapatan hak siar di sejumlah liga terbesar Eropa dan efek pelaksanaan Piala Eropa 2016. Kenaikan pendapatan liga sepakbola di lima negara. Seperti Inggris, Italia, Jerman, Spanyol dan Prancis. Jika ditotal, pendapatan dari liga di lima negara itu pada musim 2015-2016 naik 12% ke rekor tertinggi yakni sebesar € 13,4 miliar.

Di periode yang sama, Deloitte juga memaparkan total nilai transaksi pemain mencapai £ 1,3 miliar. Angka ini melampaui rekor musim sebelumnya atau tumbuh 20% dari periode 2014-2015.


Liga Premier Inggris menjadi liga dengan pendapatan terbesar. Di musim kompetisi 2015-2016, pendapatan liga utama sepakbola Inggris ini naik 9% ke rekor tertinggi menjadi £ 3,6 miliar. Pendapatan tersebut berasal dari pendapatan hak siar £ 1,9 miliar yang menyumbang lebih dari setengah dari total pendapatan klub papan atas ini. 

Catatan Deloitte, kenaikan pendapatan tersebut karena pendapatan hak siar dari TV lokal sepanjang tahun lalu tumbuh cukup kuat. Bahkan laba operasional gabungan klub Inggris mencapai £ 500 juta. Meski jumlah gaji yang harus dibayar juga naik 12% menjadi £ 2,3 miliar. "Di akhir tahun kontrak siaran Premier League periode lalu menghasilkan pendapatan tertinggi," ujar Dan Jones, partner Deloitte di bidang bisnis olahraga seperti dikutip BBC.

Kinerja Premier League

Pada periode 2017-2018, Jones memproyeksikan, Premier League masih akan menuai keuntungan besar. Pasalnya, kenaikan hak siaran, iklan dan perluasan stadion ikut menopang kinerja liga Inggris ini. Deloitte memprediksi pendapatan Liga Premier pada musim 2017-2018 lebih dari £ 4,5 miliar. 

Tapi pada periode tersebut, Premier League juga membukukan kenaikan utang bersih sebesar £ 125 juta menjadi £ 2,2 miliar. Akibatnya, klub Premier League menderita kerugian sebelum pajak. 

Bukan cuma Liga Premier, liga divisi kedua Inggris yakni liga Championship juga membukukan kenaikan pendapatan ke rekor tertinggi yakni sebesar £ 556 juta pada musim kompetisi 2015-2016. Angka tersebut meningkat 74%. 

Tapi klub di Championship menghabiskan lebih banyak uang untuk membayar gaji ketimbang menghasilkan pendapatan. Dus, klub dividi Championship ini menderita kerugian operasional sebesar £  261 juta. 

Deloitte mengingatkan akan berbahaya jika klub Championship terus tergoda membelanjakan uang untuk membayar gaji pemain. Ini seperti dilakukan Aston Villa yang mendatangkan eks kapten Chelsea, John Terry. Aston Villa harus menggaji  Terry senilai £ 60.000 per minggu.

Editor: Wahyu T.Rahmawati