Bisnis Mark Dynamics Indonesia (MARK) terdongkrak kebijakan pelonggaran LTV



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) membangun pabrik kloset diyakini bakal meningkatkan kinerja perseroan. Apalagi sektor properti sedang mengeliat siring relaksasi loan to value (LTV) untuk kredit perumahan.

Ridwan, Presiden Direktur MARK mengatakan, trend positif pasar properti saat ini bakal berdampak bagi pada industry sanitary ware (produk saniter). "Apalagi beberapa merek luar sudah mulai membuka pabrik di Indonesia," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (24/9).

Menurut Ridwan, setiap tahunnya pertumbuhan bisnis saniter secara global berada pada kisaran 5%. Dengan potensi tersebut, manajemen MARK melihat peluang untuk mulai berbisnis produk kloset yang khususnya menyasar segmen menengah dan menengah ke bawah.


Lebih lanjut ia menerangkan, dengan rencana pemerintah melakukan pelonggaran LTV, maka hal ini merupakan kebijaksanaan yang berpengaruh positif terhadap sektor properti secara umum karena akan meningkatkan daya beli konsumen properti. "Kebijaksanaan ini berpeluang menjadi faktor makin meningkatnya permintaan akan produk sanitary ware nantinya," sebut Ridwan.

Perusahaan diketahui tengah memproses pembelian lahan seluas 10 hektare (ha) di Tanjung Morawa, Sumatra Utara, yang akan digunakan sebagai cikal bakal pabrik kloset milik MARK.

Berdasarkan rancang bangun, pabrik produk sanitasi itu bakal memiliki kapasitas terpasang 80.000 unit produk sanitasi per bulan. Pengembangannya akan berlangsung secara bertahap hingga rampung di 2020 nanti. MARK bakal menyediakan dana investasi senilai Rp 150 miliar untuk pabrik tersebut.

Perseroan awalnya akan mencoba mempenetrasi pasar produk saniter di area Sumatera, tempat pabrik berada. Dikenal sebagai produsen cetakan sarung tangan (mole), pabrik akan memanfaatkan sisa produksi mole untuk mencetak kloset.

Menilik laporan keuangan semester I-2018, MARK membukukan kenaikan pendapatan 47% menjadi Rp 155 miliar, dimana periode yang sama tahun lalu Rp 105 miliar. Menurut Ridwan, 97% dari penjualan diisi oleh pasar ekspor.

Dengan pendapatan yang besar, meski beban pokok penjualan naik 25% yoy menjadi Rp 90,6 miliar di paruh pertama tahun ini namun laba kotor masih tercatat melonjak. Laba kotor MARK naik 43% menjadi Rp 64,7 miliar.

Alhasil MARK berhasil memetik laba bersih senilai Rp 36,5 miliar di semester I-2018, naik dua kali lipat atau 132% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 15,7 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .