KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri komponen otomotif menjadi salah satu segmen emiten yang punya kinerja moncer sepanjang tahun lalu. Sejumlah analis memprediksi kinerja keuangan maupun pergerakan saham emiten komponen otomotif masih punya ruang untuk tumbuh pada tahun ini. Investment Advisor Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang mengamati, kinerja emiten komponen otomotif akan sejalan dengan prospek industri otomotif secara keseluruhan. Terutama dari tingkat produksi dan penjualan kendaraan, yang menjadi katalis penting untuk membuka peluang pertumbuhan permintaan. Katalis penting lainnya datang dari stabilitas kondisi ekonomi dan insentif pemerintah, termasuk untuk pengembangan kendaraan listrik. "Sehingga prospek bisnis komponen otomotif pada tahun 2024 terlihat cukup positif dan masih memiliki ruang untuk melanjutkan pertumbuhan," ujar Alrich.
Junior Research Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya melirik insentif terbaru yang diberikan pemerintah untuk menggenjot populasi kendaraan listrik. Yakni berupa pembebasan bea masuk dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), dengan syarat-syarat tertentu.
Baca Juga: Otomotif Ngegas, Komponen Ngekor Insentif untuk impor mobil listrik secara
completely built up (CBU) dan
completely knocked down (CKD) bisa memberi ruang bagi perusahaan di industri otomotif untuk mengembangkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) menjadi minimal 40%, yang ditargetkan tercapai pada tahun 2026. "Dengan adanya insentif ini dapat menguji pasar serta menstabilkan harga mobil listrik," kata Arinda. Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menambahkan, pertumbuhan industri kendaraan listrik bakal menjadi katalis positif bagi emiten komponen otomotif. Kendaraan listrik membutuhkan beberapa komponen yang berbeda dari kendaraan konvensional, sehingga membuka peluang bagi para emiten onderdil ini untuk berinovasi mengembangkan produk baru. "Kami menilai prospek industri otomotif di tahun 2024 masih cukup cerah Hal ini didukung oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan permintaan kendaraan di Indonesia kami lihat masih akan berlanjut," ungkap Khaer.
Baca Juga: Pasar Lesu, Penjualan Mobil Nasional Turun pada 2023 Analis Panin Sekuritas Andhika Audrey sepakat, diversifikasi emiten ke arah kendaraan listrik bakal menjadi katalis positif bagi emiten komponen otomotif ke depannya. Hanya saja, dengan porsi penjualan yang masih terbilang mini, dampaknya saat ini belum menjadi
game changer. Andhika pun lebih menyoroti sentimen dari potensi pemangkasan suku bunga The Fed, yang berpeluang diikuti oleh Bank Indonesia (BI). Dengan mekanisme pembelian otomotif yang kebanyakan melalui kredit, penurunan suku bunga diharapkan bisa menstimulasi pembelian kendaraan dengan bunga yang lebih rendah. Selain itu, Andhika mengingatkan bahwa industri komponen otomotif bukan hanya memasok unit kendaraan baru. Namun juga untuk suku cadang kendaraan bekas, dengan pertumbuhan pasar yang cukup prospektif. Soal momentum, Andika mengamati sentimen jangka pendek untuk bisnis suku cadang kendaraan, yakni permintaan selama musim Lebaran. "Secara historis biasanya penjualan otomotif akan pick up menjelang Lebaran," imbuh Andhika.
Baca Juga: Saham Komponen Otomotif Masih Melaju, Mana yang Menarik Dikoleksi Tahun Ini? Sebagai pilihan utama
(top pick), Andhika menjagokan saham PT Astra Otoparts Tbk (
AUTO) dengan target harga di Rp 3.250. Selain itu, investor juga bisa mempertimbangkan untuk buy PT Dharma Polimetal Tbk (
DRMA) dengan target harga di Rp 1.700. Bernaung di bawah Grup Astra, saham AUTO menjadi jagoan analis lainnya. Seperti Khaer, yang menilai AUTO punya
intrinsic value di kisaran harga Rp 3.797. Arinda ikut merekomendasikan anak usaha PT Astra International Tbk (
ASII) tersebut dengan target jangka panjang di Rp 3.790. Alrich turut memilih AUTO dengan rekomendasi
trading buy dengan target harga di Rp 2.700 - Rp 2.750, dan
stop loss jika turun ke level Rp 2.340. Di samping itu, secara valuasi Alrich melihat saham DRMA dan PT Selamat Sempurna Tbk (
SMSM) juga masih menarik dengan peluang pertumbuhan harga di 9,62% dan 6,10%.
Baca Juga: Sektor Otomotif Diselimuti Sentimen Positif, Analis Kompak Jagokan Saham ASII Technical Analyst Sinarmas Sekuritas, Mayang Anggita menyebut, saham AUTO berpotensi melanjutkan penguatan menuju
resistance selanjutnya di 2.750 - 2.770. Sejak Agustus 2023 lalu AUTO bergerak
downtrend di dalam
parallel channel, maka investor disarankan untuk
trading jangka pendek. Perhatikan
support di Rp 2.380-Rp 2.370 dan
resistance pada Rp 2.750-Rp 2.770. Selanjutnya, Mayang memandang saham DRMA bergerak
sideways, dengan
support pada rentang 1.260. Investor sebaiknya mempertimbangkan
buy on weakness DRMA di sekitar area ini, dengan harapan DRMA mampu
rebound menuju MA10 di Rp 1.380 sampai dengan
resistance minor di angka Rp 1.445.
Sedangkan untuk saham komponen otomotif yang baru melantai (IPO) pada tahun 2023, PT Anugerah Spareparts Sejahtera Tbk (
AEGS) dan PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (
VKTR), Mayang menyoroti secara fundamental investor masih hanya bisa menganalisanya berdasarkan prospektus. "Sementara untuk analisa teknikal masi terbatas, mengingat kedua emiten ini
listed di Bursa Efek Indonesia belum ada setahun, pergerakan harga historis terbatas," kata Mayang. Dus, investor bisa mempertimbangkan strategi jangka pendek dan disiplin dalam penerapan
money management, supaya rasio
risk to reward bisa lebih optimal. Mayang menilai
resistance terdekat saham AEGS ada di Rp 106 - Rp 107, dan sebaiknya mewaspadai aksi
profit taking. Sementara VKTR bergerak sideways di dalam pola
triangle, resistance terdekat pada MA10 dan MA50 di Rp 119 - Rp 121. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati