KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mendengar akuarium pasti yang terbesit dalam benak kita adalah taman air beserta ikan yang menari-nari di dalam wadah yang biasanya terbuat dari kaca. Namun, kini tren akuarium sudah mulai berubah. Yang menjadi bahan pajangan utama justru bukan lagi warna-warni jenis ikan, tapi tanaman air dan segala pernak-perniknya seperti pasir, bebatuan, kayu dan ornamen lainnya yang ditata sedemikian rupa. Biasanya ornamen berbentuk pemandangan alam yang hijau. Nah, ikan yang tadinya jadi menu utama, di konsep
aquaspace justru hanya menjadi pelengkap saja.
Menurut Cecep S, penjual dan pembuat
aquascape di Jalan Sumenep, Jakarta Pusat tren bisnis
aquaspace bakal berumur panjang. Ini jika dibandingkan dengan tren lain di bisnis ikan hias, ambil contoh ikan louhan. Kalau misalnya tren ikan louhan yang hanya tahan sampai tahunan saja, sedangkan
aquaspace bisa lebih dari itu. Sebab tampilan dari
aquaspace yang menyerupai pemandangan alam yang hijau dan teduh bisa disukai kapan pun. "
Aquascape ini istilahnya melukis secara alami di akuarium, dan trennya bisa abadi," katanya kepada KONTAN (4/3). Sejak 12 tahun yang lalu, tren
aquascape masih berjalan hingga saat ini. Artinya masih ada permintaan terhadap jenis akuarium tersebut. Memang dalam dua tahun terakhir ini, permintaan akuarium alam tersebut tidak sedahsyat tahun-tahun sebelumnya. Semisal enam tahun atau 12 tahun yang lalu. "Kalau sekarang standar permintaannya," ucapnya. Hal senada juga diungkapkan Abun H, pembuat dan penjaja
aquaspace di sentra ikan hias Gunung Sahari Jakarta Utara. Malah ia sampai beralih bisnis dari dagang ikan hias menjadi
aquascape sejak tiga tahun lalu. Sebagai penjaja serta pembuat, Abun menjual beragam jenis akuarium alam. Mulai dari yang kecil berukuran panjang 30 cm yang dilego Rp 200.000 per buah, hingga jutaan rupiah. Seperti yang komplit dengan pemandangan alam dan bahan-bahan berkualitas premium. "Kalau kelas elite harganya berkisar Rp 6 juta sampai Rp 8 juta per unitnya," jelasnya.
Hasilnya, dalam sebulan, Abun sanggup meraup pendapatan antara Rp 8 juta sampai Rp 10 juta, tapi ia tidak merinci jumlah unitnya. Namun, ia pernah menjual
aquaspace termahal yakni seharga Rp 15 juta untuk ukuran panjang 1,5 meter. Sedangkan Cecep bisa mendapatkan omzet hingga Rp 15 juta per bulannya. Untuk bisa membuat akuarium alam tersebut, baik Cecep maupun Abun sepakat, bahwa butuh sentuhan seni untuk bisa mewujudkan ide atau gagasan ke dalam akuarium. Supaya bisa banyak mendapat ide, Cecep kerap kali pergi ke luar kota atau daerah pegunungan. "Untuk mendapat ide dan langsung saya tuangkan ke dalam akuarium," jelasnya. Adapun hal yang tersulit dalam berbisnis
aquaspace ini adalah dari sisi perawatannya. Maklum, a
quaspace sarat dengan tanaman air. Dan tanaman tersebut rentan busuk kalau tidak dirawat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon