Bisnis mobil Astra mulai menginjak pedal gas



JAKARTA. Bisnis otomotif mulai menderu. Kinerja keuangan PT Astra Internasional Tbk (ASII) tahun ini diprediksi bakal didorong bisnis otomotif, terutama kendaraan roda empat. Seusai peluncuran dua produk low cost green car (LCGC) di bulan Agustus, penjualan mobil ASII mulai menginjak pedal gas.

Selama periode Januari hingga Agustus 2016, ASII mencatatkan penjualan mobil sebanyak 368.000 unit. Jumlah ini tumbuh 10% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Leonardo Henry Gavaza, analis Bahana Securities, dalam risetnya menyebutkan, salah satu pemicu peningkatan penjualan adalah peluncuran dua produk barunya, Toyota Calya dan Daihatsu Sigra. Dua produk tersebut berhasil mencatatkan penjualan masing-masing Toyota Calya sebanyak 9.241 unit dan Daihatsu Sigra sekitar 5.734 unit.


Dari pangsa pasar, di bulan Agustus tadi, pangsa pasar ASII mencapai 59,2%. "Kami berharap pangsa pasar ASII meningkat dari 50% pada 2015 menjadi kisaran 58% di 2017, yang didukung permintaan kuat untuk model baru," ungkap Leonardo, Selasa (20/9).

Stefanus Darmagiri, analis Danareksa Sekuritas, menambahkan, selain pangsa pasar, peluncuran produk baru juga turut mengerek laba divisi otomotif. Di semester I-2016, margin lini otomotif meningkat menjadi 2,7% daripada semester I-2015 sebesar 1,1%.

Di tengah persaingan yang sengit, untuk bertahan di pasar mobil nasional, maka harus didukung diskon yang kuat. Diskon rata-rata produk otomotif ASII naik dari 7,3% pada Agustus menjadi 7,9% di September ini. Sebagian besar diskon dialokasikan untuk produk low MPV, SUV rendah dan LCGC.

Namun, peningkatan penjualan kendaraan roda empat tak diikuti penjualan kendaraan roda dua. Mengacu data Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI), secara umum penjualan motor di bulan Agustus hanya 528.000 unit, atau menurun 9,7% dibanding periode sama tahun lalu.

Penurunan terendah terjadi pada Juli lalu yang hanya 305.153 unit. "Honda tetap memimpin pangsa pasar domestik," papar Stefanus.

Prospek ASII

Khusus segmen kendaraan roda dua, volume penjualan di paruh kedua tahun ini diprediksi bisa terjaga pada kisaran 500.000 unit per bulan. Oleh karena itu, hingga akhir tahun penjualan motor ASII bisa mencapai 6 juta unit atau turun 7,4% year-on-year (yoy).

Meski ditopang bisnis otomotif, Stefanus masih merekomendasikan hold saham ASII dengan target harga Rp 8.400 per saham berdasarkan price earning ratio (PER) 2017 sebesar 18 kali. Ini karena ASII memiliki tingkat kredit macet atau non performing loan (NPL) tinggi di Bank Permata, anak usaha ASII.

Dalam jangka panjang, analis Minna Padi Investama, Christian Saortua, meyakini peluncuran produk baru di segmen LCGC mampu mengerek penjualan ASII sampai akhir tahun nanti. Tapi saat ini ia masih merekomendasikan hold ASII dengan target harga Rp 8.400-Rp 8.500 per saham hingga akhir tahun ini.

Sedangkan Leonardo masih merekomendasikan buy saham ASII dengan target harga Rp 9.100 per saham. Menurut dia, prospek ASII akan terdorong membaiknya kondisi makro Indonesia.

Indikasinya, tingkat suku bunga yang lebih rendah dan pengeluaran pemerintah cukup tinggi ke depan disokong program pengampunan pajak. Harga saham ASII kemarin ditutup meningkat 0,91% menjadi Rp 8.300 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie