Kesuksesan yang digapai Najua Yanti saat ini merupakan hasil kerja keras dan keseriusannya menapaki karier di dunia fesyen. Ia memfokuskan diri mendesain busana muslimah secara eksklusif untuk kalangan menengah ke atas. Padahal, dia menjalankan usaha di bidang ini secara otodidak. Selain dari bakat dan minat sendiri, dia tidak memiliki latar belakang pendidikan dunia fesyen. "Malah latar belakang pendidikan saya dari ekonomi," ujarnya. Meski begitu, Najua tidak menyia-siakan ilmu ekonomi yang diperolehnya dari bangku kuliah. Dalam mengelola bisnisnya sejak awal tahun 2000, dia selalu menerapkan prinsip-prinsip ekonomi. Misalnya, tentang bagaimana mengatur uang kas, modal, dan sebagainya. Latar belakang Najua melakoni karier sebagai perancang busana muslim berawal dari pengalaman yang dimilikinya. Ia kerap kesulitan mendapatkan busana muslim yang sesuai dengan seleranya. Kebetulan, kala itu, Najua baru memulai menggunakan jilbab. Dia bilang, kebanyakan model baju muslim yang tersedia di pasaran cenderung monoton dan tidak trendi. Ia lalu mencoba mendesain sendiri beberapa model baju muslim dan menyerahkan rancangannya itu ke tukang jahit. Ketika Najua memakai busana itu dalam beberapa kesempatan, banyak teman dan rekannya yang menyampikan pujian. Mereka pun tertarik dan memesan baju muslim kepada Najua. Untuk memenuhi permintaan temannya, dia merogoh uang tabungannya Rp 1 juta. Uang sebesar itu dijadikan modal untuk membeli bahan kain, benang, payet, dan ongkos tukang jahit. Dari situlah Najua mulai merintis usaha busana muslim. Pesanannya pun terus bertambah. Semua promosi dilakukan hanya dari mulut ke mulut. "Waktu itu saya hanya membuat busana muslim ketika ada pesanan saja," imbuh dia. Setelah menyadari busana buatannya diminati banyak orang, Najua mulai percaya diri membuat model busana muslim yang lebih berkualitas. Demi melihat animo pasar, dia kerap mengikuti berbagai perlombaan rancang busana muslim. Menurut Najua, cara itu dilakukan agar baju rancangannya semakin dikenal masyarakat. Sebab, banyak media massa yang yang meliput kegiatan tersebut. Upaya tersebut tak sia-sia. Bukan hanya busana muslimnya semakin terkenal, banyak pihak ikut tertarik bekerja sama. Antara lain, pengelola distro dan factory outlet. Sejatinya, kesuksesan Najua tak lepas dari peran ibu-ibu peserta didik di Balai Latihan Kerja yang tergabung dalam Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UPUP2K) di lingkungannya. Ketika belum banyak memiliki pegawai, dia sering memberdayakan anggota UPUP2K. Awalnya, Najua memang kesulitan memberdayakan mereka. Pasalnya, kualitas bordiran dan pemasangan payet busana muslim dari ibu-ibu UPUP2K masih di bawah standar. Dia butuh waktu untuk mengajarkan cara menjahit yang benar. "Lama-lama kualitas mereka sudah bagus dan bisa diandalkan," imbuhnya. Sejalan dengan itu, mitra bisnis Najua semakin bertambah luas. Selain menitipkan di distro dan factory outlet (FO), dia mendapat tawaran agar menaruh beberapa koleksi busana muslimnya di pusat perbelanjaan. Pada 2001, busana muslim buatannya sudah bisa dibeli di Pasaraya dan Sarinah, Jakarta. Busana muslim hasil rancangannya sempat terpilih sebagai produk terbaik se-Jakarta Timur. Dari prestasi itu, Najua mendapat dukungan pemerintah untuk membuat sebuah badan usaha. Akhirnya, di tahun 2005, dia mendirikan sebuah butik yang diberi nama Moslem's Beauty Inspire. Di butik tersebut, Najua juga menyediakan busana pengantin muslim. Usaha baju pengantin muslim ini adalah warisan dari ibunya. Jadi, saat ini ada tiga divisi usaha Najua. Yakni, busana muslim siap pakai, busana muslim eksklusif, dan busana pengantin muslim. Kini, Najua kerap diminta memberi pelatihan kepada siswa di berbagai sekolah mode. "Sambil berbagi pengalaman, saya juga belajar mode," katanya. (Bersambung).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bisnis Najua, dari kelas rumahan hingga mal (2)
Kesuksesan yang digapai Najua Yanti saat ini merupakan hasil kerja keras dan keseriusannya menapaki karier di dunia fesyen. Ia memfokuskan diri mendesain busana muslimah secara eksklusif untuk kalangan menengah ke atas. Padahal, dia menjalankan usaha di bidang ini secara otodidak. Selain dari bakat dan minat sendiri, dia tidak memiliki latar belakang pendidikan dunia fesyen. "Malah latar belakang pendidikan saya dari ekonomi," ujarnya. Meski begitu, Najua tidak menyia-siakan ilmu ekonomi yang diperolehnya dari bangku kuliah. Dalam mengelola bisnisnya sejak awal tahun 2000, dia selalu menerapkan prinsip-prinsip ekonomi. Misalnya, tentang bagaimana mengatur uang kas, modal, dan sebagainya. Latar belakang Najua melakoni karier sebagai perancang busana muslim berawal dari pengalaman yang dimilikinya. Ia kerap kesulitan mendapatkan busana muslim yang sesuai dengan seleranya. Kebetulan, kala itu, Najua baru memulai menggunakan jilbab. Dia bilang, kebanyakan model baju muslim yang tersedia di pasaran cenderung monoton dan tidak trendi. Ia lalu mencoba mendesain sendiri beberapa model baju muslim dan menyerahkan rancangannya itu ke tukang jahit. Ketika Najua memakai busana itu dalam beberapa kesempatan, banyak teman dan rekannya yang menyampikan pujian. Mereka pun tertarik dan memesan baju muslim kepada Najua. Untuk memenuhi permintaan temannya, dia merogoh uang tabungannya Rp 1 juta. Uang sebesar itu dijadikan modal untuk membeli bahan kain, benang, payet, dan ongkos tukang jahit. Dari situlah Najua mulai merintis usaha busana muslim. Pesanannya pun terus bertambah. Semua promosi dilakukan hanya dari mulut ke mulut. "Waktu itu saya hanya membuat busana muslim ketika ada pesanan saja," imbuh dia. Setelah menyadari busana buatannya diminati banyak orang, Najua mulai percaya diri membuat model busana muslim yang lebih berkualitas. Demi melihat animo pasar, dia kerap mengikuti berbagai perlombaan rancang busana muslim. Menurut Najua, cara itu dilakukan agar baju rancangannya semakin dikenal masyarakat. Sebab, banyak media massa yang yang meliput kegiatan tersebut. Upaya tersebut tak sia-sia. Bukan hanya busana muslimnya semakin terkenal, banyak pihak ikut tertarik bekerja sama. Antara lain, pengelola distro dan factory outlet. Sejatinya, kesuksesan Najua tak lepas dari peran ibu-ibu peserta didik di Balai Latihan Kerja yang tergabung dalam Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UPUP2K) di lingkungannya. Ketika belum banyak memiliki pegawai, dia sering memberdayakan anggota UPUP2K. Awalnya, Najua memang kesulitan memberdayakan mereka. Pasalnya, kualitas bordiran dan pemasangan payet busana muslim dari ibu-ibu UPUP2K masih di bawah standar. Dia butuh waktu untuk mengajarkan cara menjahit yang benar. "Lama-lama kualitas mereka sudah bagus dan bisa diandalkan," imbuhnya. Sejalan dengan itu, mitra bisnis Najua semakin bertambah luas. Selain menitipkan di distro dan factory outlet (FO), dia mendapat tawaran agar menaruh beberapa koleksi busana muslimnya di pusat perbelanjaan. Pada 2001, busana muslim buatannya sudah bisa dibeli di Pasaraya dan Sarinah, Jakarta. Busana muslim hasil rancangannya sempat terpilih sebagai produk terbaik se-Jakarta Timur. Dari prestasi itu, Najua mendapat dukungan pemerintah untuk membuat sebuah badan usaha. Akhirnya, di tahun 2005, dia mendirikan sebuah butik yang diberi nama Moslem's Beauty Inspire. Di butik tersebut, Najua juga menyediakan busana pengantin muslim. Usaha baju pengantin muslim ini adalah warisan dari ibunya. Jadi, saat ini ada tiga divisi usaha Najua. Yakni, busana muslim siap pakai, busana muslim eksklusif, dan busana pengantin muslim. Kini, Najua kerap diminta memberi pelatihan kepada siswa di berbagai sekolah mode. "Sambil berbagi pengalaman, saya juga belajar mode," katanya. (Bersambung).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News