Bisnis nutrisi turut mengangkat kinerja KLBF



JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KlBF) menggeber penjualan produk-produk nutrisi. Perusahaan farmasi papan atas ini akan meluncurkan empat produk nutrisi baru dan memperluas jangkauan pasar.

Kalbe Farma menargetkan, kontribusi dari produk nutrisi bisa mencapai 26% dari total pendapatan pada tahun ini. "Perluasan pasar dan tambahan produk bisa meningkatkan kontribusi divisi nutrisi," jelasĀ  Vidjongtius, Direktur dan Sekretaris Perusahaan KLBF, kepada KONTAN, Selasa (15/7) pekan lalu.

Tahun ini, KLBF menargetkan pendapatan Rp 18,4 triliun, atau tumbuh 15% dari pendapatan tahun lalu Rp 16 triliun. Itu artinya, kontribusi produk nutrisi bisa mencapai Rp 4,78 triliun. Tahun lalu, kontribusi divisi nutrisi sebesar 24% total pendapatan.


KLBF juga bakal meningkatkan kapasitas produksi untuk produk susu dengan membangun pabrik susu baru senilai Rp 450 miliar. Pabrik tersebut berlokasi di Cikarang dan Sukabumi.

Analis Credit Suisse Ella Nusantoro, dalam risetnya, mengatakan, margin laba dari divisi nutrisi KLBF jauh lebih tinggi daripada margin laba divisi lainnya. Ella juga memproyeksikan pendapatan KLBF bisa tumbuh 15% sepanjang tahun ini dan bakal terus tumbuh menjadi 18% di tahun depan. Ella memperkirakan, kontribusi dari divisi nutrisi sebesar 25% dari pendapatan konsolidasi KLBF pada tahun ini. Sebelumnya, kontribusi produk nutrisi masih 22%.

Selain dari divisi nutrisi, Kalbe Farma juga diuntungkan dari penjualan divisi obat resep, yang berkontribusi sebesar 24% ke total penjualan. Keduanya mempunyai margin laba sekitar 69%, lebih tinggi daripada margin laba divisi produk kesehatan dan divisi distribusi, yang masing-masing sebesar 53% dan 29%.

Di tahun ini, KLBF juga membidik akuisisi perusahaan makanan dan minuman kesehatan. Kalbe Farma menganggarkan Rp 500 miliar di luar dana belanja modal untuk rencana akuisisi perusahaan di dalam negeri.

Manajemen mengharapkan, di akhir tahun nanti, ada satu perusahaan yang bisa diakuisisi. "Ada banyak perusahaan, mungkin lebih dari 10 perusahaan, yang memang sedang kami jajaki," ungkap Vidjongtius.

KLBF juga masih terus berekspansi secara regional, khususnya di Myanmar dan Vietnam. Di kedua negara itu, KLBF mencari mitra strategis untuk membentuk joint venture dalam produksi dan pemasaran produk.

Untuk akuisisi di kawasan regional, KLBF menyiapkan dana sekitar Rp 200 miliar. Vidjongtius mengaku, beberapa produk obat bebas sudah banyak dipasarkan di negara itu.

Credit Suisse yakin prospek KLBF dalam jangka panjang masih menarik. Ella memperkirakan, pendapatan KLBF tahun ini mencapai Rp 18,4 triliun dengan laba bersih Rp 2,21 triliun.

Pada penutupan perdagangan Jumat (18/7) lalu, harga saham KLBF turun 0,86% menjadi Rp 1.720 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sandy Baskoro