Bisnis obat generik INAF menurun



JAKARTA. Grafik bisnis obat generik PT Indofarma Tbk (INAF) menurun. Satu indikasinya, INAF gagal memenangi tender obat generik secara signifikan dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Elfiano Rizaldi, Direktur Riset dan Pemasaran INAF, menuturkan, INAF mungkin hanya mengantongi tender obat generik senilai Rp 100 miliar di sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut menurun 58,33% dibandingkan perolehan tender pada tahun lalu yang mencapai Rp 240 miliar.

Manajemen beralasan, penurunan perolehan tender lantaran kebijakan desentralisasi pengadaan obat di Kemenkes. Pemerintah pusat tidak mengendalikan seluruh pengadaan obat pada tahun ini. "Itu diserahkan kepada dinas kesehatan masing-masing daerah, pusat hanya sedikit," tutur Elfiano di Jakarta, akhir pekan lalu.


Kebijakan tersebut menyebabkan INAF tak bisa memacu perolehan tendernya. Perseroan merasa terlalu berat jika harus memenangi tender di setiap daerah. Pasalnya, INAF sulit menjangkau seluruh kabupaten dan kota di Indonesia karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki.

Apalagi, anggaran kesehatan di masing-masing daerah bervariasi. "Banyak daerah yang hanya punya dana kurang dari Rp 1 miliar, padahal kami hanya bisa menerima tender minimal Rp 2,5 miliar," imbuh Elfiano.

Meski begitu, INAF yakin penurunan perolehan tender pemerintah tidak akan mengganggu pendapatan pada tahun ini. Sebab, perseroan terus memacu penjualan dari sektor bisnis reguler. Di semester pertama tahun ini, sektor reguler menjadi penyumbang terbesar yaitu 77% dari total penjualan yang mencapai Rp 323,85 miliar. Adapun sektor tender hanya menyumbang 23% dari total pendapatan.

INAF menargetkan penjualan hingga akhir tahun ini mencapai Rp 1,47 triliun, atau tumbuh 40% dibandingkan penjualan tahun lalu senilai Rp 1,05 triliun.

Untuk mencapai target itu, manajemen sudah menempuh beberapa stategi, antara lain pengelompokan (clustering) produk. Caranya dengan mengelompokkan produk-produk INAF berdasarkan permintaan pasar dan biaya produksi. INAF fokus menggarap produk yang permintaannya besar, tapi biaya produksinya minim, seperti antibiotik, amoxicilin dan obat-obat penyakit parah seperti jantung.

Strategi ini bertujuan meningkatkan margin keuntungan. Di semester I-2011, INAF masih mencatatkan kerugian bersih Rp 23,33 miliar. Jumlah ini lebih rendah 43,62% ketimbang rugi bersih pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 41,38 miliar. Harga saham INAF tetap di posisi Rp 74 per saham pada Jumat lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini