Bisnis obat generik ternyata untung tipis



JAKARTA. Kalangan industri farmasi menyambut positif kenaikan harga obat generik oleh Kementerian Kesehatan akhir pekan lalu. Para pelaku bisnis farmasi ini mengklaim, pemerintah tahun lalu sengaja menekan harga jual obat generik supaya tidak naik. Padahal biaya produksi obat ini sudah merangkak tinggi.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) Johannes Setijono mengatakan, harga berbagai komponen untuk memproduksi obat generik memang sudah melesat. Terlebih sekitar 95% bahan baku obat generik masih impor.

Untuk menaikan harga, produsen farmasi harus mengikuti aturan pemerintah. Imbasnya marjin keuntungan industri farmasi dari penjualan obat generik kian tipis. "Kalau tidak dinaikkan perusahaan farmasi malah bakal kerepotan, " kata Johannes kepada KONTAN, Senin (19/3).


Asal tahu saja, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah menaikkan harga jual obat generik sekitar 6%-9% akhir pekan lalu. Kenaikan ini mulai berlaku sejak 22 Februari 2012 dengan alasan terjadi kenaikan biaya produksi dalam membuat obat generik.

PT Kalbe Farma Tbk sendiri sudah menaikkan harga jual obat generik bulan ini. Menurut Johannes, yang juga merupakan Presiden Komisaris PT Kalbe Karma, kenaikan harga jual obat generik Kalbe bakal mengikuti aturan yang Kemenkes terapkan.

Indofarma optimis

Sedangkan PT Indofarma Tbk juga sudah menaikkan sebagian harga obat generik sejak 12 Maret lalu. Perinciannya adalah dari sekitar 200 obat generik Indofarma, sekitar 92 jenis atau sekitar 46% dari total produk obat generik Indofarma mengalami kenaikan berkisar antara 10% -15%. "Jadi sekitar 46% dari total produk obat generik Indofarma kami naikkan harganya," kata Suyatno, Manager Supply Chain PT Indofarma.

Senada dengan Johannes, keputusan pemerintah menaikkan harga obat sudah berada di jalur yang tepat. Pasalnya, kenaikan ini bisa menolong produsen farmasi untuk terus memproduksi obat generik. Padahal ada beberapa produk obat yang sudah membukukan marjin negatif.

Misalnya, produk Indofarma erythromycin 500 miligram. Suyatno mengklaim, Indofarma membukukan rugi sebesar 25% dalam memproduksi obat pencegah infeksi saluran nafas bagian atas ini. Adanya kenaikan harga ini ia harap bisa memperbaiki kinerja perusahaan plat merah ini.

Tapi jangan salah, ada juga obat generik Indofarma yang tidak naik. Yakni sekitar 46% nya lagi atau ada 92 jenis obat generik Indofarma yang masih berbanderol harga lama. Malah ada sekitar 16 obat generik yang justru mengalami penurunan harga.

Saat ini Indofarma memiliki kapasitas produksi obat generik sebanyak 2,3 miliar tablet per tahun. Mulai tahun ini, Indofarma juga bakal membangun pabrik obat generik baru di Cibitung yang mampu menggenjot kapasitas produksi hingga 4,5 miliar tablet per tahun.

Maklum, obat generik adalah pasar utama Indofarma. Ahdia Amini, Sekretaris Perusahaan Indofarma pasang target penjualan obat generik tahun ini bisa mencapai Rp 1,2 triliun - Rp 1,27 triliun atau sekitar 80%-85% dari target penjualan Indofarma yang dipatok sekitar Rp 1,5 triliun tahun ini. Target ini melesat 36,3% ketimbang hasil penjualan tahun lalu yang sebesar Rp 1,1 triliun.

Meski target naik, Indofarma belum bisa memperbesar pangsa pasar obat generik di pasar lokal yang sekitar 20%. Pasalnya pemain lain di bisnis ini makin banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri