Bisnis olahan jamur masih menjamur



Makanan berbahan baku utama jamur sempat menjadi tren beberapa tahun lalu. Hal itu ditandai dengan munculnya aneka camilan jamur di pasar, seperti jamur goreng tepung dan lain-lain. Selain menjadi camilan, banyak juga yang mengolahnya sebagai campuran makanan lain, seperti burger jamur, pizza jamur, bahkan nasi goreng jamur. Aneka olahan jamur ini ternyata memikat banyak pelanggan.Alhasil, banyak pebisnis kuliner memilih jamur sebagai ladang usaha. Bahkan, banyak dari mereka menawarkan kemitraan atau waralaba. Di tengah ketatnya persaingan, tentu tidak semua pemain bisa berkembang. Hanya mereka yang gencar melakukan inovasi dalam mengolah jamur yang bisa bertahan. Begitulah hasil review beberapa tawaran kemitraan makanan olahan jamur yang sebelumnya sudah pernah diulas KONTAN. Beberapa di antaranya adalah Jamur Crispy, Jamur Kriuk, dan Jamur Crunchy.Bagaimana kondisi usaha mereka saat ini? Berikut ulasannya.• Jamur CrispyJamur Crispy merupakan brand asal Bandung, Jawa Barat yang bernaung di bawah bendera usaha CV Haweka Media. Berdiri 2006, usaha jamur ini mulai menawarkan kemitraan di tahun 2007. KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan jamur ini pada Juli 2011. Saat itu, jumlah gerai Jamur Crispy sudah ada 200 gerai. Dari jumlah itu, dua gerai diantaranya milik pusat. Nah, sekarang, gerai Jamur Crispy makin mengambang dan sudah mencapai 300 gerai. Gerai milik si pemilik kemitraan tetap dua gerai."Penambahan gerai paling banyak masih di Jabodetabek dan Jawa, seperti di Semarang, Surabaya, Yogyakarta dan Solo," ujar Anto Sastrowidjojo, pemilik CV Haweka Media. Selain di dalam negeri, gerai Jamur Crispy juga sudah hadir di Malaysia. Anto mengaku, perkembangan usahanya ini sangat memuaskan. "Kami berkembang karena rajin inovasi menu," ujarnya.Menu baru itu diantaranya burger jamur, sop jamur, sate jamur, pizza jamur, lumpia jamur, spaghetti jamur, hingga steak jamur. Untuk jamur crispy sendiri, ia sudah memiliki 15 varian bumbu dari sebelumnya hanya delapan varian bumbu.Selain inovasi menu, ia juga rajin merilis paket kemitraan baru. Bila awalnya, hanya ada empat paket kemitraan, kini mereka menawarkan 10 paket kemitraan. Paket-paket lama terdiri paket gerobak senilai Rp 8,8 juta, paket kios Rp 15,5 juta, paket hemat Rp 5,7 juta, dan paket mini resto sebesar Rp 39 juta. Setiap paket mendapatkan booth, peralatan masak, dan pelatihan. Khusus paket kios dan resto, mitra akan mendapat meja dan kursi untuk konsumen. Soalnya, kedua paket ini mengusung konsep makan di tempat dengan tambahan menu nasi. Bahkan, untuk mini resto, pilihan menunya jauh lebih lengkap.Adapun pilihan paket barunya; pertama, paket tanpa gerobak senilai Rp 3 juta. Paket ini khusus diberikan bagi mitra yang sudah memiliki gerai. Kedua, paket master dengan harga Rp 25 juta. Mitra yang mengambil paket ini akan mendapat lima paket gerobak senilai Rp 44 juta, dan bebas menjualnya kepada mitra baru. Paket master juga akan menjadi induk usaha untuk satu wilayah tertentu. Ketiga, paket sepeda seharga Rp 7,9 juta. Pada paket ini mitra akan mendapat gerobak sepeda untuk berjualan.Pilihan keempat adalah paket motor dengan harga Rp 22 juta. Dalam paket ini, si mitra akan mendapatkan sepeda motor dengan skema kredit. "Uang muka Rp 9 juta, pelunasannya bisa dengan cicilan setiap bulan, seperti cicil motor," ujar Anto. Kelima, paket mobil senilai Rp 52 juta. Paket ini menyediakan fasilitas mobil Carry. Terakhir, paket resto senilai Rp 69 juta. Paket ini merupakan pengembangan dari mini resto.• Jamur KriukJamur Kriuk merupakan bisnis makanan olahan jamur tiram putih dari Purwokerto, Jawa Tengah. KONTAN pernah mengulas kemitraan jamur milik Fatoni ini pada Juli 2011.Saat itu, Jamur Kriuk sudah memiliki 200 mitra. "Sekarang mitra kami sudah ada 260 mitra," kata Toni yang mendirikan usaha sejak Juni 2009. Ia mengaku, selalu berupaya memuaskan para mitra usahanya. Dari situ, bisnisnya semakin berkembang. "Akhirnya mereka yang mempromosikan bisnis ini ,” katanya.Selain pelayanan, ia juga terus memperbaiki kualitas produk jamurnya dan mengusahakan agar harganya tetap terjangkau onsumen. Sejak dipasarkan, harga Jamur Kriuk memang masih sama. Setiap satu kantong Jamur Kriuk berukuran 100 gram dijual dengan harga Rp 4.000 di Jawa Tengah, dan Rp 5.000 untuk luar Jawa Tengah. Kendati harga belum berubah, rencana menaikkan harga jual tetap ada. "Tinggal menunggu momen yang tepat," katanya. Untuk pilihan paket investasinya juga tetap. Sejak awal, Toni hanya menyediakan dua paket investasi. Khusus untuk wilayah Jawa Tengah sebesar Rp 5,75 juta, sedangkan di luar Jawa Tengah senilai Rp 6,8 juta.Toni juga menawarkan sistem keagenan untuk mitra dengan biaya investasi sebesar Rp 30 juta. Saat ini, Jamur Kriuk sudah memiliki 20 agen yang tersebar di wilayah Jawa Tengah, Jakarta, dan Pekanbaru. Kata Toni, setiap agen membawahi dan berhak mengelola enam gerai, dengan dua gerai diantaranya diberikan gratis untuk agen. Selain itu, fasilitas seperti bahan baku juga digratiskan untuk agen dengan jangka waktu kerja sama mencapai lima tahun. Dari segi menu olahan jamur tidak mengalami banyak perubahan. Ia masih menawarkan menu antara lain barbeque, balado, dan keju. “Kalau variasinya terlalu banyak, mitra malah kerepotan. Jadi, kami fokus pada menu yang paling banyak disukai, yakni tiga varian itu,” ucapnya. • Jamur CrunchyKONTAN pernah mengulas tawaran kemitraan Jamur Crunchy asal Sukolilo, Surabaya pada Maret 2010. Jamur Crunchy sendiri telah berdiri sejak tahun 2008 dan mulai menawarkan kemitraan pada akhir tahun 2008. Saat itu, Jamur Crunchy telah memiliki 30 mitra yang tersebar di Surabaya, Malang, Sidoarjo, dan Jakarta. Beda dengan kompetitornya yang mencatat pertumbuhan usaha, Jamur Crunchy justru gulung tikar alias bangkrut.Satrio Utomo, pemilik Jamur Crunchy mengatakan, kemitraan Jamur Crunchy sudah dihentikan sejak tahun 2011. Tak lama setelah itu, ia juga menutup usaha Jamur Crunchy. "Jadi kami sudah tidak mengelola Jamur Crunchy lagi," ujarnya.Penutupan dilakukan lantaran ia tidak begitu fokus mengelola usaha ini. Satrio bilang, sebenarnya Jamur Crunchy didirikan bertiga dengan dua rekannya yang lain. Namun karena masing-masing diantara mereka memiliki bisnis lain yang lebih menjanjikan, maka Jamur Crunchy ditinggalkan. Alhasil, tim pengelola usaha Jamur Crunchy sudah tidak solid lagi. Jadinya mereka tidak bisa mengelola usaha ini secara maksimal.Selain karena alasan itu, usahanya juga tutup karena kurangnya inovasi produk. "Harusnya produk itu selalu diinovasi sesuai selera konsumen," katanya.Mitra usaha Jamur Crunchy saat ini sudah dibebaskan dari kontrak kerjasama dan mengelolah sendiri usaha mereka. Sebelumnya, Jamur Crunchy menawarkan kemitraan dengan biaya investasi Rp 7 juta. Dengan biaya tersebut, mitra akan mendapat segala perlengkapan penjualan, seperti booth, peralatan masak, branding, dan bahan baku.Jamur Crunchy tidak memungut biaya royalti. Jadi, mitra hanya perlu menyediakan tempat yang cocok untuk berjualan. Mitra juga tak harus membeli jamur dan tepung darinya. Tapi bumbunya tetap dipasok oleh pusat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Tri Adi