Bisnis pakan ternak menjadi andalan Japfa



JAKARTA. Rupiah masih terkapar. Bahkan, kemarin (5/3), nilai mata uang Garuda di pasar spot sempat menyentuh Rp 13.052 per dollar AS, level terendah sejak Agustus 1998. Pelemahan rupiah turut menekan industri yang menggantungkan bahan bakunya pada produk impor, termasuk mereka yang memiliki utang valuta asing. Salah satu contohnya adalah produsen pakan ternak, PT Japfa Comfeed Indonesia, Tbk (JPFA).

Analis Buana Capital Michael Ramba menilai, pelemahan rupiah bisa mempengaruhi laba bersih JPFA. Maklum, emiten ini memiliki utang dollar AS lumayan gede. Dia mencatat, saat ini JPFA memiliki utang obligasi sebesar US$ 225 juta.

"Kami memperkirakan, kondisi ini dapat berpengaruh terhadap margin JPFA karena biaya bunga akan naik," kata Michael kepada KONTAN. Sebagai produsen pakan ternak, JPFA juga tertekan. Sebab, bahan baku pakan ternak masih impor. Tapi penguatan dollar AS dibarengi penurunan harga bahan baku lantaran harga komoditas global turun.


Alhasil, ia memperkirakan, pengaruh impor bahan baku tak terlalu signifikan. Andre Varian, analis Ciptadana Securities, dalam risetnya pada 3 Maret 2015, menilai, penurunan rupiah menyebabkan margin usaha JPFA cenderung tertekan, terutama pada kuartal I 2015.

Margin laba bersih JPFA sudah tertekan pada tahun 2014. Sepanjang tahun lalu, laba bersih Japfa menyusut 44% year on year (yoy) menjadi Rp 332,39 miliar.

Meski demikian, analis RHB OSK Securities Norman Choong optimistis, pada kuartal pertama tahun ini kinerja JPFA lebih baik daripada kuartal IV 2014. Proyeksi itu seiring kenaikan harga ayam usia sehari (DOC) dan broiler.

"Sejak akhir Januari 2015, harga broiler dan DOC pulih masing-masing ke Rp 18.000 dan Rp 4.000," tulis Norman dalam riset pada 2 Maret 2015. Michael menambahkan, segmen pakan ternak justru berprospek bagus tahun ini. Sebab, harga pakan ternak terus naik.

Margin JPFA di segmen ini berpotensi lebih tinggi dibandingkan segmen lain. Tahun lalu harga jual pakan ternak antara Rp 6.500 hingga Rp 7.00 per kg. Andre mengatakan, di tahun ini segmen pakan ternak ini dapat mengompensasikan penurunan segmen peternakan dan produk konsumer.

Mengenai ekspor produk ayam olahan JPFA, Andre berpendapat, hal itu bisa menjadi katalis positif. Tapi tahun ini kontribusinya masih minim, yakni 4%-5% terhadap total pendapatan. JPFA juga terus menjaga ekspansi. Tahun ini, Japfa mengucurkan dana belanja modal sekitar Rp 900 miliar. Dana itu antara lain dialokasikan untuk meningkatkan produksi pakan ternak, meningkatkan lahan peternakan, memperluas akuakultur serta ekspansi bisnis pertanian komersial.

Andre memproyeksikan, pendapatan JPFA tahun ini mencapai Rp 26,22 triliun dengan laba bersih Rp 344 miliar. Norman memperkirakan, JPFA mengantongi pendapatan 2015 senilai Rp 26,76 triliun dan laba bersih Rp 667 miliar.

Michael dan Andre merekomendasikan hold JPFA dengan target harga wajar masing-masing Rp 970 dan Rp 950 per saham. Adapun Norman merekomendasikan neutral di harga Rp 1.000. Kemarin, harga saham JPFA menurun 1,69% menjadi Rp 870 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie