Bisnis Pariwisata Terkena Dampak Penurunan Daya Beli Masyarakat



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sektor bisnis rekreasi dan pariwisata turut terdampak akibat penurunan daya beli masyarakat yang terjadi belakangan ini.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah perjalanan yang dilakukan wisatawan domestik (wisnus) pada bulan Agustus 2024 tercatat sebanyak 75,88 juta perjalanan.

Angka ini turun 1,77% dibandingkan dengan Juli 2024 yang mencapai 77,24 juta perjalanan.


Baca Juga: Mengejar Target Pertumbuhan Ekonomi 8% Lewat Percepatan Transisi Energi

Sekretaris Jenderal DPP Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), Budi Ardiansyah, menjelaskan bahwa penurunan ini terkait dengan deflasi yang berlangsung selama lima bulan berturut-turut, yang dipicu oleh daya beli masyarakat yang stagnan bahkan cenderung melemah.

"Daya beli yang stagnan dan cenderung turun jelas berdampak pada bisnis pariwisata. Ada potensi penurunan pembelian paket wisata, baik untuk destinasi dalam negeri maupun luar negeri," kata Budi kepada Kontan.

Biasanya, menurut Budi, menjelang libur akhir tahun, masyarakat sudah mulai menyiapkan anggaran untuk berwisata.

Namun, dengan adanya pengurangan pendapatan dan banyaknya kasus PHK di berbagai sektor, anggaran tersebut kemungkinan akan terpakai untuk kebutuhan lain.

"Memang biasanya orang sudah siap-siap untuk jalan-jalan di akhir tahun. Tapi kalau ada pengurangan pendapatan, bisa jadi anggaran tersebut terpakai lebih dulu," tambahnya.

Baca Juga: Kemenparekraf Klaim Moratorium di Bali Selatan Tidak Akan Halangi Bisnis Hotel

Meskipun begitu, Budi tetap optimistis bahwa kondisi ekonomi akan membaik di akhir tahun 2024. Ia berharap adanya pemulihan baik dari segi ekonomi makro maupun mikro mulai bulan Oktober ke depan.

"Saya harap ekonomi Indonesia bisa membaik, baik di tingkat mikro maupun makro, mulai bulan Oktober," katanya.

Di sisi lain, PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA), pengelola kawasan rekreasi terbesar di Indonesia, juga merasakan dampak dari pelemahan daya beli ini.

Corporate Communication PJAA, Ariyadi Eko Purnomo, mengakui bahwa perusahaan mengalami penurunan pendapatan sekitar 2% pada kuartal III-2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Pendapatan kami turun sekitar 2% dibandingkan dengan Q3 tahun lalu, tapi kami melihat kebutuhan masyarakat untuk rekreasi masih ada, meski tidak setinggi tahun sebelumnya," ungkap Ariyadi.

Namun demikian, PJAA tetap optimis dan menargetkan kenaikan pendapatan sekitar 10% dengan target jumlah pengunjung sebanyak 12 juta orang hingga akhir tahun.

Baca Juga: Rekognisi Bali dan Pariwisata Berkelanjutan

Sementara itu, PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) juga mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 31,34% pada semester I-2024, dari Rp 74,6 miliar pada semester I-2023 menjadi Rp 51,22 miliar.

Meski demikian, pendapatan PANR justru meningkat 8,67%, dari Rp 1,38 triliun pada semester I-2023 menjadi Rp 1,5 triliun pada semester I-2024.

Corporate Secretary PANR, AB Sadewa, menyebutkan bahwa pasar pariwisata segmen corporate incentive masih menunjukkan potensi yang cukup menjanjikan, meski jumlahnya belum besar.

"Kami melihat ada peningkatan permintaan dari segmen corporate incentive, walaupun skalanya belum besar," ujar Sadewa.

Corporate incentive sendiri merupakan perjalanan yang diberikan oleh perusahaan kepada distributor, karyawan, atau pelanggan VIP sebagai bentuk penghargaan.

Selanjutnya: DP World Mengaku Akan Melanjutkan Investasi di Pelabuhan London

Menarik Dibaca: Simak Promo Danamon x Ace Hardware, Cashback Rp 30.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto