JAKARTA. Bisnis pembiayaan alat berat masih suram hingga pengujung paruh pertama tahun ini. Beberapa perusahaan multifinance mengeluhkan sejumlah faktor penghambat yang menjadi biang keladi lesunya pembiayaan alat berat. Faktor penghambat itu antara lain, harga komoditas pertambangan yang rendah, terutama batubara. Imbasnya, permintaan alat berat minim. Kondisi tersebut makin diperberat oleh aturan pemerintah yang melarang ekspor barang tambang mentah. Menghadapi kondisi berat seperti itu, sejumlah perusahaan pembiayaan alat berat memasang target konservatif. Buana Finance salah satunya, mematok target penyaluran pembiayaan di kisaran Rp 1,4 triliun sampai akhir Juni nanti atau selama semester I tahun ini. Angka tersebut tumbuh tipis 7,69% dari pencapaian pada periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,3 triliun.
Bisnis pembiayaan alat berat masih lesu
JAKARTA. Bisnis pembiayaan alat berat masih suram hingga pengujung paruh pertama tahun ini. Beberapa perusahaan multifinance mengeluhkan sejumlah faktor penghambat yang menjadi biang keladi lesunya pembiayaan alat berat. Faktor penghambat itu antara lain, harga komoditas pertambangan yang rendah, terutama batubara. Imbasnya, permintaan alat berat minim. Kondisi tersebut makin diperberat oleh aturan pemerintah yang melarang ekspor barang tambang mentah. Menghadapi kondisi berat seperti itu, sejumlah perusahaan pembiayaan alat berat memasang target konservatif. Buana Finance salah satunya, mematok target penyaluran pembiayaan di kisaran Rp 1,4 triliun sampai akhir Juni nanti atau selama semester I tahun ini. Angka tersebut tumbuh tipis 7,69% dari pencapaian pada periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,3 triliun.