Bisnis pembibitan sapi belum dilirik



JAKARTA. Bisnis pembibitan sapi masih belum dilirik sebagai usaha yang menjanjikan keuntungan bagi pengusaha di dalam negeri. Selama ini, bisnis pembibitan sapi dicap sebagai usaha padat modal dengan imbal hasil lama. Juan Permata Adoe, Wakil Ketua Bidang Industri Pengolahan Makanan dan Peternakan Kamar Dagang dan Industri (Kadin), mengatakan bahwa usaha pembibitan sapi ini merupakan bisnis jangka panjang. "Investasi untuk pembibitan ini juga mahal," kata Juan, Kamis (7/2).Setidaknya, bibit sapi usia 12 bulan-18 bulan harganya sekitar US$ 2.000 per ekor-US$ 2.500 per ekor. Impor bibit sapi tersebut biasanya didatangkan dari negara-negara bebas penyakit mulut dan kuku (PMK), seperti sapi dari Australia.Dengan modal besar, risiko pengusaha pembibitan sapi potong juga cukup tinggi. Berdasarkan hitungan ideal usaha tersebut, setiap impor satu ekor sapi setidaknya harus dapat menghasilkan minimal sebanyak lima ekor sapi. Menurut Juan, tersendatnya produktivitas sapi dalam negeri juga disebabkan minimnya para pelaku di sektor pembibitan sapi. "Kalau untuk bibit tidak ada permainan, ini lebih disebabkan hitungan bisnis," kata Juan.Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Daging dan Feedlot Indonesia (Apfindo), Johny Liano mengatakan, usaha pembibitan sapi juga dilakukan perusahaan penggemukan sapi atau feedlot.Johny menyatakan, dari 25 perusahaan feedlot anggota Apfindo, semuanya juga punya usaha pembibitan meski persentasenya kecil. Karena itu, "Pemerintah harusnya memberikan insentif kepada pengusaha dan kredit berbunga rendah," katanya.Salah satu perusahaan yang lama menggeluti usaha pembibitan sapi adalah PT Santosa Agrindo (Santori). Perusahaan ini punya Austasia Breeding Centre di Lampung dengan kapasitas 20.000 ekor. Saat ini populasi sapi pembibitan Santori sebanyak 14.000 ekor, terdiri dari 8.000 ekor sapi induk dan 6.000 ekor sapi bakalan.Selain itu, Santori juga memiliki dua feedlot di Lampung berkapasitas 40.000 ekor dan satu feedlot di Jawa Timur berkapasitas 15.000 ekor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini