Bisnis pemeringkatan obligasi anjlok



JAKARTA. Kondisi politik yang sempat bergejolak dan kenaikan suku bunga membuat penerbitan surat utang alias obligasi lesu. Alhasil, bisnis pemeringkatan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) pada 2014 ikut meredup.

Ronald T. Andi Kasim, Direktur PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengatakan, jumlah mandat yang diterima turun 25,53% di sepanjang tahun lalu jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "Hal ini disebabkan faktor eksternal, seperti peningkatan suku bunga dan pemilu," katanya, akhir pekan lalu.

Per Desember 2014, Pefindo mengantongi mandat surat utang dari 36 perusahaan yang nilainya mencapai Rp 35 triliun. Sementara itu, untuk periode Januari hingga Desember 2013, Pefindo memperoleh mandat surat utang senilai Rp 47 triliun dari 55 perusahaan.


Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah penerbitan obligasi korporasi selama tahun lalu turun 17,96% menjadi Rp 48,04 triliun. Pada tahun 2013, nilai obligasi yang diterbitkan mencapai Rp 58,56 triliun.

Memasuki tahun 2015, Ronald memproyeksikan jumlah penerbitan surat utang akan sama seperti tahun lalu atawa flat. Walaupun demikian, dia masih berharap bisnis Pefindo tahun 2015 ini membaik seiring dengan aturan Bank Indonesia (BI), yaitu mewajibkan perusahaan lokal yang punya utang luar negeri untuk melakukan pemeringkatan.

"Ini akan menjadi peluang bisnis baru bagi Pefindo," imbuh Ronald.

Selain berkat aturan baru tersebut, peluang Pefindo menambah pendapatan tahun ini terbuka lebar karena banyak obligasi yang bakal jatuh tempo. Setidaknya ada 74 perusahaan pembiayaan atawa multifinance dengan total nilai obligasi Rp 23,9 triliun akan jatuh tempo tahun ini. Nah, Ronald bilang, sekitar 80% dari nilai obligasi itu akan dilunasi lewat penerbitan kembali surat utang refinancing).

Salah satu multifinance yang berencana merilis obligasi adalah PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. Anak usaha Bank Danamon ini sedang mengkaji penerbitan surat utang senilai Rp 4 triliun. Lalu, PT Astra Sedaya Finance juga berencana merilis obligasi pada tahun 2015 ini.

Namun, gonjang-ganjing spekulasi kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) membuat perusahaan menahan diri untuk merilis obligasi. Jika bank sentral AS mengerek suku bunga maka akan berdampak pula ke dalam negeri sehingga mengerek bunga obligasi.

Di sisi lain, Pefindo mengincar pangsa pasar 80% pada 2015. Jumlah itu lebih besar ketimbang pencapaian tahun 2013 yang sebesar 70%. Tapi, pangsa pasar pemeringkatan obligasi Pefindo tahun 2014 tersebut lebih rendah dari tahun 2013 yang mencapai 84%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan