Bisnis perhotelan itu lebih pada seasonality



Bisnis perhotelan memang cukup kental dengan pasang surut. Ada kalanya tamu yang menginap cukup ramai, tetapi bisa juga tiba saatnya sepi. Kepada jurnalis KONTAN Putri Werdiningsih, Christofer Wibisono, Chief Executive Officer PT Menteng Heritage Realty Tbk berbagi cerita soal rencananya mendiversifikasi bisnis di sektor lain demi menyeimbangkan pemasukan.

PT Menteng Heritage Realty Tbk ini adalah perusahaan di bawah Wijaya Wisesa Group. Salah satu proyeknya adalah mengembangkan kembali bangunan kuno (heritage) di kawasan Menteng. Makanya, kami memakai nama PT Menteng Heritage Realty Tbk.

Saya bergabung di Wijaya Wisesa Group di tahun 2003. Posisinya saat itu awalnya sebagai manajer pengembangan bisnis. Dengan berjalannya waktu, kemudian ada proyek Menteng Heritage ini dan akhirnya saya ditunjuk sebagai CEO di tahun 2009.


Amanat yang diberikan waktu itu adalah bagaimana menjaga nilai-nilai historis karena properti yang kami miliki ini masih memiliki nilai historis. Pada saat melakukan pengembangan untuk menjadi The Hermitage Hotel yang sekarang, kami musti patuh terhadap rambu-rambu yang supaya tidak melanggar nilai-nilai historis tadi.

The Hermitage Hotel sebelumnya adalah gedung yang dibangun tahun 1920-an. Di tahun 1923, bangunan ini sempat menjadi pusat telekomunikasi zaman kolonial Hindia Belanda. Setelah di bawah pemerintah Indonesia, gedung ini menjadi kantor pemerintahan Departemen Pendidikan dan Pengajaran dan kantor Ditjen Kebudayaan. Di tahun 1999, kemudian difungsikan menjadi Universitas Bung Karno (UBK). Tahun 2008, bangunan ini resmi kami akuisisi.

  Diversifikasi bisnis

Sebenarnya, proyek ini menunjukkan bahwa bangunan historis pun bisa dinikmati untuk berbagai kalangan. Biasanya, bangunan historis itu hanya akan menjadi pusat sejarah, seperti museum. Kalau dibuat sebagai hotel, hal ini bisa dinikmati oleh masyarakat dan masih bisa difungsikan. Kita hanya perlu berhati-hati agar nilai historis tetap terjaga dan secara fungsional bisa berjalan dengan baik.

Setelah mendapat amanat tersebut, saya langsung menerjemahkannya dengan menunjuk arsitek, mencari desainer, membuat perencanaan, hingga menunjuk kontraktor. Proses pengembangan ulang (redevelop) ini memakan waktu kurang lebih dua tahun. Setelah melewati masa renovasi, The Hermitage Hotel ini mulai beroperasi di tahun 2014.

Sebenarnya, rencana perusahaan untuk masuk bursa (IPO) belum terpikir dari awal. Sambil jalan, kami melihat, kalau hanya memiliki hotel ini sendiri, kami tidak akan berkembang lebih jauh. General Manager The Hermitage Hotel bilang ke saya, dia sudah tidak mungkin lagi meningkatkan pertumbuhan karena sudah cukup optimal. Dari sisi operasional, pasti ada peningkatan, tapi secara kapasitas tidak bisa kembangkan lebih jauh.

Kami melihat, PT Menteng Heritage Realty Tbk harus bisa meningkatkan pertumbuhan. Caranya dengan IPO. Ide IPO ini muncul di pertengahan tahun 2017, tetapi baru diseriusi di pertengahan 2018. Akhirnya kami resmi IPO pada 12 April 2019 silam.

Setelah IPO, kami memakai perolehan dana untuk mengakuisisi dua perusahaan lain. Satu berupa hotel bintang 3 di kawasan Patra Kuningan, yaitu Pamelotel Hotel dan satu lagi adalah perusahaan pelayaran PT Global Samudera Nusantara.

Kenapa masuk ke industri pelayaran? Banyak yang tanya seperti itu ke saya. Namun, saya melihat perhotelan ini lebih pada seasonality. Semester I agak lambat dibanding semester II. Saya memasukkan pelayaran ini supaya pendapatannya bisa rata tidak terlalu njomplang. Yang kami akuisisi ini perusahaan pelayaran pengangkutan batubara.

Memang dalam 23 tahun terakhir, kondisi bisnis pelayaran cukup parah. Tetapi, saat ini sudah membaik dan mulai berebut kapal. Kita hanya harus memilih kerjasama yang baik, yang kontraknya bagus dan panjang.

  Tetap fokus di perhotelan

Meski begitu, bisnis utama kami perhotelan. Saat IPO kemarin, kami sampaikan bahwa PT Menteng Heritage Realty Tbk ini fokusnya di hospitality, pariwisata, dan investasi. Ke depan, tetap akan kami lihat opportunity mana yang bisa dikembangkan lebih jauh.

Meskipun andalan kami adalah hotel bintang lima, tetapi kami juga mau memiliki hotel di kelas yang lain. Saat ini, kami memiliki 3 hotel, The Hermitage Jakarta, The Royal Beach Seminyak Bali yang merupakan hotel bintang 5, dan Pamelotel Hotel merupakan hotel bintang 3.

Yang membedakan hospitality kami dan yang lain adalah keunikan dan keindahan bangunan. Saat mengembangkan aset, kami tetap harus melihat kearifan lokal dan sisi regulasi. Saat ini, The Hermitage memiliki keunikan dari keindahan bangunan dan cukup populer untuk menyelenggarakan acara pernikahan. Bangunan hotel kami di Bali bergaya balinese. Di Kuningan, lantai atas hotel kami buat etnik dengan agak miring kamarnya.

Bisnis hotel saat ini cukup selektif. Persaingan bisnis pasti ada, karena ada banyak hotel baru yang dibuka. Kami saat ini bersaing saja dengan mengandalkan keunikan dan kerja keras tim pemasaran.

Di tahun ini, kami masih dalam tahap pembicaraan untuk melakukan akuisisi selanjutnya. Hotel kami di Bali masih memiliki peluang untuk dikembangkan lebih jauh. Kemungkinan akan ada mitra lain.

Menikmati kebersamaan dalam car free day

Di tengah kesibukan mengelola bisnis perhotelan, Christofer Wibisono rupanya memiliki hobi unik untuk melepas penat setelah bekerja. Rupanya, Chief Executive Officer PT Menteng Heritage Realty Tbk ini lebih memilih menghilangkan penat dengan bersantai bersama keluarga di area car free day kawasan Sudirman-Thamrin.

Bagi keluarga kecilnya, car free day sudah menjadi rutinitas wajib yang dilalui setiap akhir pekan. Boleh dibilang, ia jarang sekali absen menyambangi car free day. "Sebulan bisa 3-4 kali. Kapan lagi bisa menikmati jalanan kosong Jakarta?" dalihnya.

Dengan datang ke car free day, Chris, begitu ia biasa disapa, mengaku cukup menikmati waktu bersama istri dan kedua anaknya. Tak perlu berlari kencang di area car free day, cukup hanya berjalan-jalan saja sudah bisa menikmati kebersamaan dengan keluarga.

Biasanya sekitar jam 08.00 pagi, Chris sudah tiba di kantornya di kawasan Senayan untuk menitipkan mobil. Setelah itu, baru selama sekitar 1,5 jam sampai 2 jam berikutnya mulai menikmati jalanan ibukota. "Biasanya, saya jalan dari Ratu Plaza, kalau tidak sampai Senayan ya sampai Semanggi," paparnya.

Sebenarnya selain datang ke car free day, Chris juga hobi mengoleksi prangko. Walaupun hobi ini sudah jarang ditekuninya, koleksi prangko pria kelahiran 10 Juli 1975 itu masih tersimpan rapi.

Menurut Chris, hobi filateli ini merupakan warisan dari orangtua. Hanya saja, waktu itu prangko yang diwariskan masih belum tersusun rapi. Lantas, ia merapikan dan membuat indeks.

Salah satu koleksi kebanggaannya adalah prangko SEA Games tahun 1960. Chris mengklaim, koleksinya cukup lengkap. Seperti ayahnya dulu, rencananya prangko-prangko miliknya juga akan diwariskan pada anaknya kelak. "Mungkin suatu saat bisa menjadi barang yang berharga," tutupnya.♦

Putri Werdiningsih

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi