JAKARTA. PT Hotel Sahid Jaya International Tbk (SHID) akhirnya menyelesaikan kuasi reorganisasi pada Desember 2011. Langkah ini bertujuan untuk mempercantik laporan keuangannya. Direktur Utama SHID, Hariyadi Sukamdani, mengatakan, setelah berhasil melakukan kuasi reorganisasi, SHID ingin saldo defisit yang tersisa sebesar Rp 260 miliar. "Setelah ini kami berharap kinerja SHID bisa lebih baik lagi," ujarnya, kemarin (24/2). Saldo defisit terjadi lantaran perseroan ini menderita rugi sepanjang 1994-1995. Saldo rugi membengkak lantaran SHID mengalami rugi selisih kurs tahun 1998 silam. Meski sudah mulai mencatatkan keuntungan kembali, butuh waktu lama untuk menghapus seluruh saldo defisit tersebut. Itulah sebabnya, langkah kuasi reorganisasi dijalankan oleh emiten ini.
Kini, SHID bisa lebih leluasa melakukan ekspansi usaha. Saat ini, SHID merampungkan renovasi hotel yang berjalan sejak akhir tahun lalu. "Paling lambat akhir Mei ini renovasi kamar hotel kami sudah selesai," kata dia. Target jumlah kamar hotel yang direnovasi sebanyak 721 kamar. Setelah itu, SHID akan menaikkan tarif sewa kamar sekitar 40%-50%. Sebelum renovasi, rata-rata tarif sewa sebesar Rp 650.000 per malam. Setelah ini, tarif sewa rata-rata Rp 900.000 hingga Rp 1 juta per malam. Konsolidasi hotel Tak hanya itu, melalui anak usahanya, yakni PT Sahid International Hotel Management, emiten ini berekspansi dengan mengambil alih pengelolaan sejumlah hotel di berbagai daerah. Hingga pertengahan Februari 2012, SHID telah mengambil alih sebanyak enam hotel. Jumlah keseluruhan kamar di enam hotel itu adalah 517 ruang. Hotel-hotel ini berlokasi di Semarang, Surabaya, Blitar, Padang, dan Bali. Sepanjang tahun ini, SHID akan mengambil alih pengelolaan 12 hotel lagi. Umumnya, SHID mengambil alih hotel berbintang dua dan tiga. Target pengelola SHID, hingga tahun 2013, total pengambilalihan hotel di daerah ini mencapai 6.000 kamar. Anak usaha SHID ini pun dipercaya untuk mengelola dua kondominium hotel (kondotel) bintang empat yang akan dibangun Sahid Group. "Tahun ini Sahid Group akan membangun dua kondotel berbintang empat, yang berlokasi di Yogyakarta dan Surabaya," tutur dia. Setelah renovasi dan ekspansi ini, manajemen SHID optimistis tahun ini mampu membukukan pendapatan sekitar Rp 215 miliar. Selama sembilan bulan pertama tahun lalu, SHID membukukan pendapatan Rp 98,70 miliar. Untuk jangka panjang, SHID berencana melakukan konsolidasi seluruh hotel Sahid di bawah kendali Grup Sahid. Harapannya, setelah semua hotel telah terkonsolidasi, aset dan laba grup bisa terdongkrak. "Yang jelas, langkah ini untuk optimalisasi kinerja grup," ujarnya.
Kelompok usaha yang dikendalikan keluarga Sukamdani itu, memiliki 14 hotel di beberapa daerah, antara lain Solo, Yogyakarta, Surabaya, Makassar, serta Toraja. Rencana konsolidasi itu sejatinya sudah digagas pada 1997 silam. Kala itu, Grup Sahid siap menyatukan aset seluruh hotelnya ke SHID. Namun hantaman krisis moneter, menggagalkan rencana besar tersebut. Belajar dari pengalaman itu, proses penyatuan tak akan tergesa-gesa. Targetnya, proses konsolidasi ini untuk jangka waktu lima tahun ke depan. Meski begitu, tak dipungkiri tantangan bisnis hotel bakal makin sengit di tengah pertumbuhan pasar yang makin pesat. Toh, pengelola SHID tak khawatir, lantaran permintaan jasa hotel khususnya di ibukota dan kota-kota besar lainnya masih tinggi. "Semoga kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tidak akan berpengaruh terhadap bisnis kami," ujar Hariyadi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Asnil Amri