Bisnis Pertamina EP terpapar efek virus corona dan koreksi harga minyak mentah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus corona di Indonesia menjadi perhatian tersendiri bagi perusahaan kontraktor minyak dan gas (migas) PT Pertamina EP.

Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan, virus corona sedikit banyak mempengaruhi aktivitas bisnis Pertamina EP mengingat adanya pemberlakuan Work From Home dan Physical Distancing.

Kondisi ini berefek pada kelangsungan kegiatan perusahaan seperti pengeboran, survei seismik, maupun pembangunan fasilitas produksi yang notabene melibatkan banyak orang. "Kegiatan seperti ini bisa diikuti ratusan atau bahkan ribuan orang dan harus melalui pengaturan ketat dan melibatkan tenaga medis," ungkap dia, Selasa (24/3).


Baca Juga: Pertamina: Pelemahan rupiah belum berdampak ke perubahan harga BBM

Selain antisipasi virus corona, Pertamina EP sedang mengkaji program-program di tahun 2020 dengan mempertimbangkan berbagai skenario pergerakan harga minyak mentah dunia yang saat ini dalam tren melemah.

Nanang menjelaskan, jika harga minyak dunia jatuh hingga kisaran US$ 20 per barel, maka 50% program yang dicanangkan Pertamina EP menjadi kurang ekonomis. Hal ini juga bisa mempengaruhi produksi migas perusahaan tersebut ke depan.

Asal tahu saja, Pertamina EP menargetkan produksi siap jadi atau lifting minyak sebesar 85.000 Bpod di tahun ini. Selain itu, perusahaan tersebut juga menargetkan pengeboran 108 sumur pengembangan dan 10 sumur eksplorasi.

Baca Juga: Prospek Elnusa Diyakini Masih Positif, Begini Rekomendasi Analis untuk Saham ELSA

Nanang mengaku, di tengah tren pelemahan harga minyak dunia dan pandemi virus corona, maka diperlukan suatu insentif misalnya berkaitan dengan pajak agar program-program bisnis Pertamina EP tetap ekonomis. "Tapi ini tergantung berapa lama kondisi seperti sekarang berlangsung," ujar dia.

Yang pasti, untuk saat ini Pertamina EP akan fokus pada pengelolaan biaya yang efektif dan efisien. Anak usaha PT Pertamina (Persero) tersebut akan memprioritaskan percepatan program yang berdampak langsung pada hasil produksi migas. Sedangkan program bisnis yang tidak begitu langsung berdampak pada kinerja perusahaan sebisa mungkin ditunda atau dibatalkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari