Bisnis pesawat tanpa awak mewabah



KONTAN.CO.ID - Keberadaan perangkat nir awak alias drone memang sangat membantu. Tak cuma bagi perusahaan media, tapi juga bagi penyedia jasa pemetaan daerah untuk mendukung kebutuhan survei udara. Salah satunya adalah Aerogeosurvey.

Ryan Fadhilah Hadi, Chief Operating and Marketing sekaligus Co Founder Aerogeosurvey menceritakan alasannya membuka perusahaan ini, karena melihat besarnya kebutuhan survei bagi perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan . "Dulu mengenal peta dari satelit atau melalui darat, drone muncul untuk mengisi gap yang tidak bisa dipenuhi teknologi lainnya," katanya pada KONTAN, Kamis (31/8).

Ia menawarkan jasa dengan memanfaatkan teknologi drone seperti untuk pemetaan, foto geografi udara yang banyak dipakai perkebunan kelapa sawit untuk meningkatkan produktivitas. Yakni menentukan jumlah tanaman kelapa sawit berdasarkan hasil pemetaan atau foto udara tersebut.


Biasanya, perusahaan kelapa sawit memakai beberapa cara. Seperti menerjunkan tim lapangan, memakai citra satelit, atau memakai pesawat untuk bisa survei foto udara. Nah, itu semua butuh dana yang tidak sedikit.

Ia mengklaim bila memakai drone, pekerjaan pemetaan kebun sawit bisa lebih mudah, cepat dan ekonomis. Sayang, Ryan tidak merinci tingkat efisiensi tersebut.

Masih ada lagi layanan dari Aerogeosurvey yakni jasa inspeksi dan pengawasan udara. Ini semacam jasa keamanan lewat drone dengan kemampuan kamera zoom yang bisa mengawasi aset milik perusahaan.

Ryan mematok tarif jasa drone tersebut antara Rp 15.000 sampai Rp 60.000 per hektare. Ia mengklaim, para pelanggan memakai jasa perusahaan ini untuk jangka waktu lumayan lama antara satu sampai lima bulan.

Terhitung sejak awal 2016 yang lalu hingga sekarang, Aerogeosurvey sudah bisa menyelesaikan sebanyak 50 proyek dari para klien. Tak cuma perusahaan kelapa sawit, ada juga migas, konstruksi serta instansi bidang penanganan bencana. Sayang, Ryan tidak memerinci total pendapatan yang dikantongi perusahaan hingga kini.

Perusahaan penyedia jasa survei ini baru beroperasi 2015 dan merupakan gabungan dari  Drone Van Java (PT Indonesia Technologies Venture) dengan divisi survei AeroTerrascan (PT Aero Terra Indonesia).

Tak heran bila drone yang digunakan produksi AeroTerrascan. Selain drone tersebut diklaim cocok dengan kondisi geografis Indonesia.

Aerogeosurvey sendiri baru punya tiga drone fixed wing yang berfungsi untuk pemetaan luas areal yang luas serta empat drone multirotor yang digunakan untuk memetakan areal yang lebih kecil. Biasanya juga untuk dokumentasi dan inspeksi  wilayah.

Semua proses produksi pembuatan peta dipusatkan di Bandung dengan mengoptimalkan sekitar 18 karyawan perusahaan ini.

Ryan optimistis bisnis ini bisa berkembang positif karena adanya kebutuhan dari perusahaan perkebunan. Selain itu juga ada kebijakan satu peta (one map policy) yang baru-baru ini dikeluarkan Presiden Joko Widodo.

Lantaran potensi pasar yang besar inilah membuat persaingan bisnis jasa survei peta dan sejenisnya ini makin marak. Aerogeosurvey sendiri mengetahui kondisi tersebut.

Tak ada cara lain bagi perusahaan ini selain memberikan layanan yang optimal bagi klien. Beruntung, karyawan perusahaan ini yang berusia muda antara 22 tahun sampai 28 tahun sangat melek teknologi sehingga sanggup mengikuti perkembangan teknologi dengan baik.

Celakanya, perkembangan teknologi di jasa survei yang terus berkembang tidak diimbangi dengan pengetahuan para klien. Maka tidak ada cara lain bagi perusahaan ini untuk terus melakukan edukasi ke para klien. Misal menjelaskan drone tidak cuma sebagai alat pengambil gambar tapi bisa untuk memenuhi kebutuhan sisi sinematografi. Edukasi ini Ryan sampaikan di situs dan akun media perusahaan itu.

Selain memakai media online untuk promosi, Aerogeosurvey juga rajin mengikuti pameran terkait jasa survei tersebut, baik di dalam atau luar negeri.

Namun ia mengakui untuk mengembangkan bisnis ini butuh modal dan banyak tenaga kerja. Sebab tidak tertutup kemungkinan, pihaknya butuh tenaga untuk terjun ke lapangan untuk kebutuhan survei.

Sebelum mengarah ke sana, perusahaan ini berencana mengoptimalkan pengelolaan manajemen untuk bisa meraih ISO 9001:2015 akhir tahun ini.

Untuk jangka panjang ada rencana Aerogeosurvey membuka cabang di kota besar. Tapi belum berencana mencari suntikan dana dari investor.      

Edukasi yang tepat sasaran

Menurut pengamat usaha rintisan Heru Sutandi, yang juga merangkap menjadi Direktur Eksekutif ICT Institute, usaha yang dilakoni Aerogeosurvey bisa berkembang lantaran memang ada kebutuhan dari bidang jasa survei lapangan.  

Tapi seperti yang diutarakan manajemen Aerogeosurvey sendiri, ada kendala yang harus diselesaikan oleh perusahaan ini. Yakni soal bagaimana cara mengedukasi para klien. Soal manfaat dari pemetaan udara. Bisa jadi bagi beberapa perusahaan sudah mengetahui fungsi dari pemetaan udara tersebut, seperti perusahaan kelapa sawit. Tapi bagi perusahaan bidang lain harus ada keyakinan bahwa menggunakan pemetaan udara bisa mengoptimalkan bisnis mereka.

Supaya tidak membuang waktu dan biaya, ia sarankan edukasi untuk mengenalkan manfaat pemetaan udara tersebut harus tepat sasaran. Selain itu edukasi harus melibatkan beberapa pihak. Terutama perusahaan yang berpotensi menjadi klien dari Aerogeosurvey. Jadi ia sarankan perusahaan ini terus menggali kebutuhan dari korporasi yang menjadi target pasar.

Langkah ini supaya Aerogeosurvey tidak cuma terpaku di perusahaan yang sudah menjadi pasar utama, seperti perusahaan kepala sawit, tapi juga bisa merambah perusahaan lain atau bidang lain.

Misalnya saja perusahaan yang bergerak di bidang pekerjaan umum, konstruksi, kehutanan dan yang lainnya. Untuk itu Aerogeosurvey harus bisa meyakinkan perusahaan di bidang tersebut bahwa pemetaan dan survei udara penting dilakukan di bidang tersebut. Caranya adalah dengan mengetahui permasalahan dari perusahaan tersebut. Dan sebisa mungkin memberikan solusi yang nyata dari persoalan itu.

Ia menyarankan langkah tersebut diatas wajib menjadi perhatian Aerogeosurvey. "Bila hasilnya sama seperti sinematografi cuma jual keindahan, tidak ada bedanya dengan drone biasa," katanya kepada KONTAN, Senin ( 3/9). Makanya perusahaan ini harus bisa memberikan nilai tambah dari produknya. Dan bisa memberi analisis yang pas terhadap kebutuhan perusahaan.

Untuk urusan tarif, dia masih menganggapnya wajar. Tapi, saat persaingan mulai sengit dan perang  harga terjadi, ada baiknya manajemen Aerogeosurvey mereview kembali tarif yang dikenakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Johana K.