Bisnis petrokimia menanti investor dari Arab Saudi



JAKARTA. Kedatangan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul Aziz Al Saud diharapkan bisa membawa angin segar industri petrokimia. Pemerintah Indonesia akan menawarkan investasi petrokimia kepada investor Arab Saudi.

Keinginan memikat investor Arab Saudi ini beralasan. Sebab, industri petrokimia yang tergantung dengan minyak dunia yang terbilang melimpah di Arab Saudi. Bahkan, banyak pengusaha petrokimia di dalam negeri impor bahan baku petrokimia dari Timur Tengah termasuk Arab Saudi.

Fajar Budiono, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatika, Olefin, dan Plastik (Inaplas) bilang, investasi investor Arab Saudi di petrokimia akan berdampak positif bagi industri petrokimia yang selama ini ketergantungan bahan baku dari Timur Tengah. Selama ini, 40% bahan baku industri petrokimia masih impor, kata Fajar kepada KONTAN, Selasa (28/2).


Senada dengan Fajar, Harry Tamin, Hubungan Investor PT Chandra Asri Petrochemical Tbk juga menyambut baik jika ada investor Arab Saudi yang berinvestasi di petrokimia. Harapan Harry, investasi dari Arab Saudi itu bisa memudahkan industri petrokimia mendapatkan bahan baku.

Dalam catatan Inaplas, tahun lalu industri petrokimia impor bahan baku seperti polyethylene, polipropilena, polycarbonat, serta polimer dan lain-lain sebanyak 2,4 juta ton. Dari total impor bahan baku itu, 60% dari Asia Tenggara, 25% dari Timur Tengah termasuk Arab Saudi. Sisanya tersebar dari negara sekitar Asia dan Amerika Selatan. "Insentif pajak bisa dipersiapkan agar investor Arab Saudi itu mau menanamkan modal di Indonesia, kata Fajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini