KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sudah menyelesaikan akuisisi PT Pertagas senilai Rp 20,1 triliun dengan kepemilikan 51% saham. Meski harus mengeluarkan dana Rp 20,1 triliun untuk akuisisi, sebagai gantinya PGN akan ketiban aset dari Pertagas yang mencapai US$ 1,87 miliar. Asal tahu saja, dalam akuisisi itu, perusahaan dengan kode emiten
PGAS itu mengambil semua anak usaha Pertagas, yakni Pertagas Niaga, Perta Arun Gas (PAG), Perta Kalimantan Gas (PKG), Perta Samtan Gas (PSG) dan Perta Daya Gas (PDG). Adapun nilai aset PGN saat ini mencapai US$ 6,66 miliar ditambah aset Pertagas senilai US$ 1,87 miliar. Artinya total aset PGN menjadi US$ 8,53 miliar. Bukan saja aset yang bertambah, panjang pipa PGN juga akan memanjang pasca akuisisi Pertagas.
PGN tahun ini menargetkan bisa mengelola sampai 10.547 kilometer (km) pipa gas, sedangkan Pertagas memiliki panjang pipa gas sepanjang 9.677 km. Pasca akuisisi itu, PGN Group mematok target mampu menggarap lini niaga gas bumi hingga 935
billion british thermal unit per day (bbtud). Dari segmen usaha transmisi gas, PGN group menargetkan penyaluran gas sebesar 2.156 juta kaki kubik per hari (mmscfd) sepanjang tahun 2019. Sedangkan jumlah pelanggan yang akan dikelola PGN ditargetkan mencapai 244.043 pelanggan. Direktur Utama PGN Gigih Prakoso mengungkapkan target-target itu akan dicapai seiring dengan pelaksanaan program kerja yang efektif. Antara lain, dengan pengembangan segmen distribusi di pasar utama dan optimalisasi operasi dan aset di Jawa bagian Barat dan Timur termasuk penyelesaian jalur pipa di beberapa lokasi. Selain itu, sebagai sub holding gas, PGN juga diamanatkan untuk melakukan percepatan pembangunan dan pengoperasian Jargas. Untuk dapat merealisasikan target tersebut, PGN mengharapkan dukungan dari pemerintah dan seluruh
stakeholder. “Ini yang kami katakan, bahwa sub holding gas akan lebih mampu untuk memeratakan dan menciptakan keadilan energi untuk masyarakat,” ujar Gigih, pekan lalu. Kata Gigih, tahun ini PGN akan menambah jaringan gas atau jargas untuk wilayah operasi Serang, Banten. Penambahan jargas yang menyasar pengguna rumah tangga ini diharapkan akan meningkatkan penggunaan energi baik yang lebih terjamin dan murah. Pembangunan jargas di wilayah Kabupaten Serang, Banten merupakan proyek yang didanai anggaran Kementerian ESDM. Untuk merampungkan pengerjaan jargas, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan dana mencapai Rp 124,88 miliar. Pada tahap pengoperasian nanti, PGN akan memanfaatkan sumber gas yang berasal dari ConnocoPhilips Grissik Ltd, dengan volume mencapai 0,2 mmscfd. Pekerjaan pembangunan jargas sesuai target dimulai pada Mei hingga akhir Desember 2018. Dalam rencana pengoperasian, jargas tersebut akan mengaliri sebanyak 5.043 saluran rumah, tepatnya di wilayah Kecamatan Kramatwatu, Serang. “Perluasan Jargas ini adalah upaya bersama untuk memperluas dan pemerataan pemanfaatan kekayaan alam negeri ini,” ujarnya. Gigih mengungkapkan, sejauh ini, pemerintah dan PGN bahu membahu melakukan perluasan pembangunan jargas. Ke depan kian banyak skema yang bisa digunakan untuk merealisasikan pembangunan Jargas. “Sebab, gas merupakan energi masa depan yang sangat membantu kehidupan masyarakat. Indonesia melalui PGN mempunyai potensi besar sebagai penyangga dan pelayan bagi masyarakat,” ungkapnya. Kata dia, target hingga 2025 sesuai Rencana Umum Energi Nasional, jargas yang akan dibangun PGN bisa mencapai 4,7 juta saluran rumah tangga. Selain dari rumah tangga, program konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) harusnya bisa juga menambah penjualan gas PGN. Namun demikian, aturan yang terbit 2015 silam itu rupanya masih jalan di tempat. Asal tahu saja pemerintah saat itu menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2015 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga BBG untuk Transportasi Jalan. Upanya adalah mengganti penggunaan BBM menjadi gas yang lebih murah dan ramah lingkungan. Namun, program konversi BBG hingga kini tersendat. PGN sendiri menilai potensi penggunaan BBG di sektor transportasi semakin membaik. Direktur Komersial PGN Danny Praditya lebih senang menyebut program ini sebagai diversifikasi, bukan konversi. "Kalau konversi itu berarti seluruh Indonesia harus punya program yang sama. Tetapi ini
selected area, dimana ada gas dan infrastrukturnya, itu kami kembangkan untuk transportasi," ujar dia. Kolaborasi antara pemerintah dan komunitas menjadi kunci penerapan BBG. "Kami punya contoh adanya intervensi pemerintah, seperti di Batam, pertumbuhannya menarik. Juga concern untuk mengembangkan komunitas. Seperti di Jakarta, kita punya komunitas Bajaj Gas. Di daerah lain seperti Sukabumi dan Serang juga ada komunitasnya," imbuh Danny. Saat ini, PGN mengelola 13 SPBG, 4 mobile refueling unit (MRU), dan 1 pressure reducing station (PRS). Pertamina dan PGN tidak memasang target penambahan fasilitas pengisian BBG. "Kami ingin mengoptimalkan SPBG yang ada dulu, supaya secara operasional program ini terus berjalan, " tutur Danny. Melepas Saka Energi Nah, lantaran bakal fokus di hilir, PGN tampaknya akan melepas bisnis hulu migas. Dengan kata lain PT Saka Energi Indonesia akan dijual ke Pertamina. Pembicaraan soal penjualan itu sudah dilakukan direksi Pertamina dengan direksi PGN. Gigih menyebut, keputusan untuk melepas Saka Energi sesuai dengan pembentukan sub holding gas. Dalam sub holding gas, bisnis PGN hanya yang terkait hilir gas. "Sesuai dengan lingkup bisnis sub holding gas, tidak mencakup hulu," jelas Gigih. Pertamina dan PGN saat ini masih dalam tahap pembicaraan terkait Saka Energi. Gigih menampik jika proses pelepasan saham Saka Energi ke Pertamina sudah resmi dilakukan. "Belum. Saka akan dilepas kalau Pertamina berminat. Masih kami bicarakan,"ujarnya. Ia juga membantah mengenai rencana pelepasan saham Saka Energi ke Pertamina merupakan bagian dari upaya PGN untuk membayar sisa pembelian saham Pertagas. Menurut Gigih, semua proses pelepasan saham Saka Energi masih dalam tahap pembicaraan. "Belum kami putuskan dan masih dalam pembicaraan," imbuhnya. PGN memang melakukan pembayaran 51% saham Pertagas beserta seluruh anak usahanya sebesar Rp 20,18 triliun dalam dua tahap. Pembayaran tahap pertama sebesar 50% dari nilai akuisisi dibayarkan secara tunai pada 28 Desember 2018. Pembayaran tahap kedua menggunakan
promosory notes dengan bunga 8,41% yang jatuh tempo dalam enam bulan dari 28 Desember 2018. Ini berarti, PGN harus membayar sisa akuisisi Pertagas pada 28 Juni 2019. Menurut Gigih, pelepasan saham Saka Energi ke Pertamina belum ditargetkan bisa selesai pada tahun ini. Kata dia, saat ini prosesnya masih dalam tahap
due diligence. Kemungkinan besar informasi yang diperoleh Kontan.co.id, Saka Energi akan masuk ke dalam direktorat hulu Pertamina. Bisa jadi nantinya akan menjadi anak usaha Pertamina Hulu Energi (PHE). Jika Saka Energi masuk menjadi anak usaha PHE, maka aset PHE akan gendut seketika. Bayangkan saja, saat ini produksi migas Saka Energi mencapai 50.000 barrels of oil equivalent per day (boepd). Mayoritas produksi Saka Energi Indonesia akan berupa gas bumi. Mestinya produksi bisa mencapai 52.000 boepd, namun karena dua blok migas yakni Blok Sanga-Sanga dan South East Sumatera (SES) dikembalikan ke pemerintah dan diberikan ke Pertamina, maka produksi hanya tinggal 50.000 boepd.
Untuk mengejar target produksi tersebut, Tumbur Parlindungan Direktur Utama Saka Energi mengatakan, pihaknya akan melakukan pengemboran pengembangan di 12 sumur tahun ini. Pengemboran pengembangan terdiri dari 10 sumur di Blok Fasken yang berada di Amerika Serikat dan dua sumur di Blok Pangkah. Selain itu, Tumbur juga menyebut pada tahun depan akan dilakukan pengemboran di tiga sumur. Pengeboran ekplorasi dilakukan di Blok Pangkah sebanyak dua sumur dan Blok Wokam di Papua sebanyak satu sumur. Khusus Blok Wokam akan dilakukan pengeboran pada akhir tahun depan. "Akhir tahun depan dibor. Sudah ada rig-nya tinggal mengebor saja," katanya beberapa waktu lalu. Saat ini diketahui Saka Energi memiliki Pangkah PSC, South Sesulu PSC, Wokam II PSC, Pekawai Block, and West Yamdena Block, dan Blok Fasken yang berada di Amerika Serikat. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini