KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan industri properti tahun ini diperkirakan masih besar di tengah tahun politik dan faktor ekonomi global. Oleh karena itu, sebagian perbankan memilih tidak terlalu agresif dalam memasang target penyaluran kredit kepemilikan rumah atau apartemen (KPR/KPR) tahun ini. Penyaluran kredit di kuartal I 2019 diperkirakan masih akan melambat sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Kredit baru diproyeksi baru akan kencang di semester II mendatang. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) misalnya tahun ini hanya menargetkan penyaluran KPR/KPA tumbuh 15%. Sementara pada tahun 2018, bank pelat merah ini mampu mencatatkan performa yang cukup baik di sektor ini dengan pertumbuhan 19,8% year on year (yoy). Porsi KPR terhadap portofolio kredit BTN mencapai 80%.
Direktur Utama Bank BTN Maryono mengatakan, pihaknya lebih konservatif tahun ini karena banyak faktor yang masih mmebuat pasar properti menahan diri. "Tahun lalu pertumbuhan KPR kami merupakan yang tertinggi. Tapi tahun ini kami menahan target dulu karena situasi kondisi global dan politik." katanya di Jakarta, Sabtu (2/2). Direktur Consumer Banking BTN Budi Satria menambahkan, kondisi global berkaitan dengan suku bunga. Jika The Fed menaikkan suku bunga maka potensi Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga juga terbuka. Sementara suku bunga sangat mempengaruhi penyaluran kredir kepemilikan hunian. Namun, BTN tetap optimistis target pertumbuhan 15% bisa mereka lampaui. Perseroan memilih untuk membuat target konservatif di awal tahun dan lebih baik merevisi target tersebut pada pertengahan tahun jika kondisi pasar mengalami perbaikan. "Kemarin Teh Fed tidak jadi menaikkan suku bunga, BI juga menahan. Orang masih menunggu kepastian. Kami optimis target itu akan lewat tapi kita pilih lebih konservatif. JIka kondisi market sudah lebih pasti, kami akan revisi di pertengahan tahun." kata Budi di Jakarta, Sabtu (2/2). Menurut Budi, pasar properti tidak seluruhnya berat tahun ini. Dia mengakui bahwa pasar segmen di atas harga Rp 1 miliar masih lesu, namun pasar di bawah itu masih sangat kencang terutama harga Rp 500 juta ke bawah. Pasar menengah ke bawah itu bergairah karena tujuannya memang untuk ditempati, bukan untuk investasi. Untuk mencapai target tersebut, BTN akan terus menyiapkan strategi-strategi baru. Pada periode 2-10 Februari 2018, mereka menggelar pameran properti bertajuk Indonesia properti Expo (IPEX) 2018. Darisana ditargetkan bisa membukukan kredit baru Rp 6 triliun. Untuk kuartal I 2019, Budi memproyeksi penyaluran KPR/KPR masih akan lambat seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya karena pengembang juga masih melakukan persiapan-persiapan dan diproyeksi baru akan kencang pada kuartal III dan kuartal IV.
Adapun PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) hanya menargetkan penyaluran KPR tumbuh 12% tahun ini. Target tersebut tidak beda jauh dari pencapaian mereka tahun 2018. "Tahun lalu penyaluran KPR kami tumbuh sebesar 11% ." kata Lani Darmawan, Direktur Konsumer CIMB Niaga. Sedangkan, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) lebih optimis lagi. Tahun ini, bank BUMN ini menargetkan pertumbuhan penyaluran KPR/KPA sebesar 15 %. Lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 yang hanya tumbuh 8%. Hanya saja, memang porsi kredit properti hanya berkontribusi kecil ke portofolio bank yani yakni sekitar 5%.
Executive Vice President Consumer Loans Bank Mandiri Ignatius Susatyo mengatakan, pihaknya optimis pertumbuhan KPR bisa lebih tinggi karena mereka memilih untuk lebih fokus di segmen pasar yang masih bergairah. "Walaupun pasar properti secara umum masih lesu, tapi segmen di bawah Rp 500 juta itu masih bagus.
Developer besar saja, banyak yang suda mulai ikut garap segmen tersebut. Dan kami juga akan fokus membidik sektor ini." jelasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli