Bisnis Remitansi Perbankan Tak Terdampak Fluktuasi Nilai Tukar



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pertumbuhan bisnis remitansi perbankan tanah air menunjukkan tren positif di tengah fluktuasi nilai tukar sejak awal tahun 2024. BI juga mencatat pertumbuhan bisnis remitansi tenaga kerja Indonesia (TKI) per kuartal I-2024 mencapai US$ 3,82 juta, meningkat dari periode sama tahun sebelumnya sebesar US$ 3,34 juta.

VP Micro Segment & Remittance Solution Bank Mandiri Rolland Setiawan mengatakan, frekuensi transaksi retail remittance bank Mandiri dari awal tahun sampai dengan Juni 2024 mencapai lebih dari 400.000 transaksi dengan nominal transaksi lebih dari US$ 10 miliar, atau tumbuh lebih dari 15% dari sisi frekuensi dan di atas 5% untuk sisi volume.

Menurut Rolland, hal ini berdampak positif juga ke sisi fee based income remitansi yang lebih tinggi. Transaksi ini didominasi negara tujuan Singapura, Australia, dan Uni Eropa untuk outgoing remittance dan Arab Saudi, Malaysia, dan Hong Kong untuk transaksi incoming remittance. 


Baca Juga: BNI Luncurkan Aplikasi DigiRemit di Jepang

"Fluktuasi nilai tukar yang terjadi dari sejak awal tahun 2024 hingga saat ini belum terlalu berdampak terhadap transaksi remitansi segmen retail," kata Rolland kepada Kontan.co.id, Jumat (19/7).

Rolland memproyeksikan, tren peningkatan transaksi remitansi ini akan terus positif hingga akhir tahun, dimana dari sisi Frekuensi diharapkan transaksi dapat mencapai lebih dari 800.000 transaksi dengan nilai lebih dari US$ 100 miliar.

"Peningkatan transaksi ini akan didorong dari strategi digitalisasi remitansi transfer valas melalui Livin by Mandiri, dimana nasabah dapat menikmati transaksi kirim uang dengan biaya murah, kurs kompetitif, dan dapat sampai real time," jelasnya.

Ditambah lagi kata Rolland, Bank Mandiri memiliki solusi valas yang lengkap termasuk fitur tabungan Multi Currency dimana nasabah tidak perlu khawatir lagi terkena konversi kurs saat mengirim uang ke luar negeri, karena transaksi bisa dijalankan dengan skema 1:1.

Kemudian dari sisi incoming remittance, Bank Mandiri juga mengejar melalui percepatan koneksi melalui API untuk partner remitansi yang ada di luar negeri.

Sementara itu, Direktur Keuangan, Treasury dan Global Services Bank Jatim Edi Masrianto mengatakan, transaksi bisnis remitansi Bank Jatim pada Juni 2024 mengalami peningkatan volume sebesar 222% yoy.

"Hal ini dapat disebabkan karena awareness masyarakat terkait Jconnect Remittance Bank Jatim mengalami peningkatan sejak resmi diluncurkan tahun lalu," ungkapnya.

Edi menyebut, perkembangan transaksi remittance tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai harapan. Adapun terhadap pelemahan rupiah berdampak positif kepada migrant worker karena yang bersangkutan dapat mengkonversi upahnya yang dalam bentuk mata uang asing dapat memperoleh rupiah yang lebih banyak.

Lebih lanjut Edi menerangkan, pada tahun lalu efektif selama 8 bulan transaksi dengan 1 kerjasama remittance counterpart dan satu koridor negara, menghasilkan pendapatan komisi lebih kurang Rp 3 miliar.

Adapun tahun ini disebut Edi masih berjalan on track, dan harapannya dapat meningkat mempertimbangkan adanya penambahan satu kerjasama remittance counterpart dan koridor negara baru yang akan berjalan mulai pertengahan tahun ini.

Untuk Remitter dari Pekerja Migran Indonesia, kontribusi remitansi terbesar berasal dari negara-negara tujuan utama PMI, dengan 5 besar negara tujuan utama yaitu Taiwan, Hongkong, Malaysia, Korea Selatan, dan Jepang.

Baca Juga: BI dan BP2MI Sepakati Kerja Sama Literasi Keuangan dan Pemberdayaan Ekonomi

"Untuk Remitter dari masyarakat umum non PMI (perorangan/perusahaan), maka mengikuti base transaksi bisnis nasabah-nasabah eksportir Bank Jatim, misalnya China, Jepang, Arab Saudi dan USA," jelasnya.

Edi memproyeksikan, tren bisnis remittance masih tetap menggeliat dan cenderung meningkat mempertimbangkan tren minat untuk menjadi Pekerja Migran Indonesia ke luar negeri semakin meningkat dari tahun ke tahun.

"Tahun lalu, transaksi remittance yang dikirimkan melalui Bank Jatim adalah sebesar lebih kurang Rp 3 triliun. Tahun ini, kami menargetkan adanya peningkatan sebesar 25% dibanding tahun lalu," katanya.

Oleh karena itu, piaknya menerapkan strategi pengembangan layanan baru yang tidak hanya berbasis inbound remittance, tapi Bank Jatim saat ini sedang dalam proses development layanan outbond remittance. Bekerjasama dengan new remittance counterparts menjadi salah satu cara meningkatkan layanan dan kelancaran arus transfer uang antarnegara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi