JAKARTA. Rendang merupakan makanan kering khas Sumatera Barat yang banyak disukai. Bagaimana tidak, negeri jiran seperti Malaysia pun tak segan ingin mematenkan masakan ini. Tak heran, jika potensi bisnis rendang terbuka lebar. Peluang inilah yang ditangkap oleh Firsty Indah Rahayu. Melalui tangan Tety, demikian ia kerap disapa, bahan makanan seperti daging sapi, paru sapi dan telur disulap menjadi rendang kering yang praktis siap santap kapan saja. Tety mengemas produknya dengan nama Rendang Datuk. Konon, Tety, menamai produknya dengan nama tersebut agar gampang diingat para pembelinya.
Bisnis rendang Tety cukup laris manis. Pasalnya, kelezatan masakan khas Minang ini memang sudah terkenal sampai mancanegara. Apalagi bila dipasarkan dalam tabung mika. Sehingga terlihat praktis, bersih dan higienis. Jangan heran jika dalam sebulan Tety mampu meraup omzet rata-rata sampai Rp 15 juta. Awalnya, Tety merupakan pegawai swasta. Namun, tiga tahun lalu hidupnya berubah semenjak menikah dengan suaminya yang asli Payakumbuh, Sumatera Barat. Waktu itu, Tety terjun langsung membantu usaha katering perkawinan milik mertuanya, Nany Saidi. Tak lama berselang, Tety dan Nany mendirikan usaha rumah makan. “Keterampilan saya masak masakan Sumatera Barat saya dapat dari ibu mertua,” kenang Tety. Lama kelamaan, timbul ide Tety untuk fokus di satu jenis makanan yang paling disukai oleh pembeli di rumah makan tersebut, yakni rendang. Praktis, semenjak terjun di bisnis rendang kering, rumah makan Tety ditutup. Dan untuk menghemat biaya operasional, Tety menggunakan toko online dan ajang pameran sebagai media pemasarannya. "Dulu produk ini hanya dipasarkan ke teman-teman terdekat. Tapi gara-gara pameran Inacraft di Jakarta, pesanan rendang saya membeludak," terang Tety. Setiap hari, Tety harus berburu sekitar 20 kilogram (kg) daging sapi, 15 kg paru sapi, dan 1.000 butir telur di pasar. "Untuk bahan baku paru sangat sulit didapatkan di pasar," keluh wanita 40 tahunan ini. Bahan-bahan tersebut kemudian diolahnya menjadi rendang di pabrik mungilnya di daerah Cipete. Keunikan masakan rendang Tety adalah tingkat kekeringannya yang tinggi. Sehingga tidak mengandung banyak minyak seperti layaknya rendang basah. Walaupun kering, akan tetapi rasa khas rendang tetap ada. Yaitu paduan rasa gurih dan pedas dengan aroma yang menggoda. "Produk ini tahan sampai tiga bulan lamanya tanpa bahan pengawet apa pun," tukas Tety. Tety mengaku, permintaan akan rendang daging suwir lebih tinggi dari rendang paru dan telur. Karena, masyarakat umum lebih mengenal rendang daging. Pada hari-hari biasa, Tety bisa menjual sekitar 30 toples rendang. Sementara pada saat bulan puasa atau musim haji, permintaan akan rendang keringnya meningkat sampai 100 toples. "Untuk acara musiman tersebut, omzet saya sebulan bisa melonjak sampai Rp 40 juta," ujar wanita asli Cirebon ini sumringah.
Produk Rendang Datuk ala Tety tersedia dalam kemasan tabung mika per 250 gram. Harganya, untuk satu toples rendang suwir Rp 70.000. Sementara untuk setoples rendang paru Rp 65.000 dan untuk setoples rendang telor Rp 35.000. "Dari harga tersebut, saya mematok margin 20%," lanjut Tety. Untuk memesan produk Tety secara online, terdapat minimal order Rp 150.000 untuk wilayah Jakarta. Sementara untuk daerah luar Jakarta, minimal order Rp 250.000. Tak hanya itu, Tety juga masih sanggup melayani pemesanan online aneka masakan khas Sumatera Barat. Seperti dendeng balado, rendang daging, rendang paru basah, dan sebagainya. “Karena tidak ready stock, pemesanan minimal sehari sebelumnya,” ucap Tety tanpa memerinci omzet pekerjaan sampingannya ini. Produk rendang Datuk Tety boleh jadi terkenal sampai luar negeri. Misalkan saja untuk bekal para calon haji ke tanah suci. Bahkan sampai ke China. Sayangnya, Tety mengaku terkendala untuk melakukan ekspor produknya keluar negeri. "Masalah administrasi masih jadi kendala," keluhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie