Roti bakar sudah menjadi makanan yang akrab di lidah masyarakat Indonesia. Bisnis roti bakar pun sangat gampang ditemukan di berbagai tempat. Bahkan, tak sedikit pula gerai roti bakar yang menawarkan usaha ini dengan sistem waralaba. Ketatnya persaingan nampaknya berpengaruh terhadap prospek usaha ini. Terbukti, bisnis ini agak sedikit meredup. Hal itu terindikasi dari beberapa pewaralaba yang memilih tidak lagi mengembangkan bisnisnya dengan sistem waralaba. Salah satunya adalah Dapur Roti Aa asal Bandung, Jawa Barat. Mereka menghentikan tawaran waralaba gerai roti karena melihat pangsa pasar roti bakar cenderung stagnan. "Kecuali kalau ada inovasi baru mungkin bisa agak bangkit," kata Agus Jamhari, pemilik Dapur Roti Aa.
Amir Karamoy, Ketua Dewan Pengarah Waralaba dan Lisence Indonesia mengatakan, memang diperlukan inovasi yang tidak biasa untuk mempertahankan usaha roti bakar ini. Pasalnya, hampir semua roti bakar menghadirkan menu yang seragam, sehingga sulit berkembang. "Acapkali kita lihat bahwa produk roti bakar dihidangkan dengan tampilan serupa sehingga monoton," katanya. Namun, Amir mengakui, melakukan inovasi terkait sajian roti bakar agak susah dilakukan. Ia pun mengapresiasi para pemilik franchise yang memilih menghentikan sementara tawaran waralabanya di tengah gejala lesunya bisnis ini. "Itu penting untuk menghindari jatuhnya korban akibat gagal bertahan," ujarnya. Nah, seperti apa perkembangan usaha roti bakar ini sekarang? Berikut ulasan beberapa kemitraan roti bakar, seperti Dapur Roti Aa dan Roti Bakar 88. • Dapur Roti Aa Dapur Roti Aa didirikan oleh Agus Jamhari di Bandung, Jawa Barat. Usaha yang didirikan Februari 2009 ini mulai menawarkan waralaba pada April 2010. Saat KONTAN mengulas tawaran ini pada Oktober 2010, Agus menyebut mitranya telah berjumlah enam orang. Semua mitra usahanya berdomisili di Bandung. Kala itu, gerai yang menggunakan embel-embel roti bakar crispy dalam promosinya itu menawarkan paket waralaba berbentuk booth seharga Rp 7 juta. Dengan harga roti mulai Rp 3.000-Rp 12.000 per potong, mitra bisa meraih omzet Rp 15 juta per bulan. Dengan laba sekitar 20%, mitra bisa balik modal dalam waktu sekitar tiga bulan. Nah, saat ini Agus mengaku telah menghentikan sementara tawaran waralaba Dapur Roti Aa. Keputusan itu diambilnya sejak Desember 2010. Ada banyak alasan yang dikemukakannya. Pangsa pasar ropi bakar yang cenderung stagnan menjadi salah satu penyebab dihentikannya tawaran waralaba ini. "Sebenarnya pasar masih bagus kalu bisa melakukan inovasi terkait menu," ujarnya. Namun, ia sendiri mengaku belum memiliki ide untuk melakukan inovasi menu. Agus juga berdalih, penutupan dilakukan karena saat ini ia pindah domisili ke Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), sehingga sulit melakukan pengawasan. Kendati begitu, Agus mengklaim, keenam mitra usahanya masih eksis dan masih menggunakan brand Dapur Roti Aa. "Kami telah menyerahkan proses distribusi ke pihak lain, tapi kami tetap memantau kelancaran bisnis mereka," ujarnya. Alasan lainnya, Agus ingin fokus mengembangkan usaha pelatihan membuat roti. "Bisnis ini mulai saya tekuni sejak akhir 2010 lalau," akunya.Ia mengaku, sudah memberikan pelatihan di berbagai wilayah, bahkan hingga ke Malaysia dan Singapura. "Untuk roti bakar, rencananya kami akan kembangkan lagi, tapi belum tahu waktunya,' jelasnya. • Roti Bakar 88 Roti Bakar 88 asal Tangerang didirikan pada tahun 2002 dan mulai menawarkan kemitraan pada tahun 2010. Roti bakar ini menjual aneka varian menu bakar, mulai dari roti bakar keju, coklat, dan pisang. Ada juga roti bakar asin dengan campuran telur goreng, telur kornet, atau telur kornet keju. Tak hanya itu, tersedia juga menu tambahan lain, seperti pisang bakar, pancake, burger, sosis, kentang goreng, dan mi instan. Sedangkan untuk minuman, ada cappucino, frappucino, lemon squash, minuman cokelat, serta aneka juice. KONTAN sudah mengulas tawaran kemitraan Roti Bakar 88 pada September 2011. Kala itu, roti bakar yang pusatnya berada di Jalan Kisamaun, Pasar Lama, Tangerang ini, telah memiliki tujuh mitra yang tersebar di Bogor, Tanjung Duren, Pamulang, Bumi Serpong Damai, Karawaci, Gading Serpong, dan Villa Tomang Baru, Tagerang. Selain itu, Roti Bakar 88 memiliki empat gerai sendiri, sehingga total jumlah gerai Roti Bakar 88 sebanyak 11 gerai. Namun setelah berselang hampir satu tahun, Roti Bakar 88 memutuskan tidak lagi menawarkan kemitraan. Irwan Tanusolihin, pemilik Roti Bakar 88 bilang, ia sudah menutup tawaran kemitraan pada akhir tahun 2011. Alasannya, sebagian besar mitra susah dikontrol dalam mempertahankan kualitas produk. Padahal, kelangsungan usaha ini sangat ditentukan kualitas produknya. Ia khawatir , menurunnya kualitas produk bakal berdampak negatif terhadap brand Roti Bakar 88. "Kami susah mengontrol kualitas produknya," jelas Irwan.
Ia juga mengakui, sudah ada satu mitranya memilih memutuskan kerjasama. Dengan demikian, jumlah mitranya kini tinggal enam mitra. Sementara, gerai milik sendiri tetap ada empat. "Kami saat ini fokus mengembangkan gerai milik sendiri saja dan menolak jika ada yang mau jadi mitra," jelas Irwan. Sementara mitra yang sudah ada tetap dipertahankan. Untuk harga dijual juga tidak mengalami perubahan. Aneka menu roti bakar dibanderol mulai Rp 4.000 -Rp 15.000 per porsi. Sedangkan menu minuman mulai Rp 1.000-Rp 10.000 per gelas. Sebelumnya Roti Bakar 88 menawarkan waralaba dengan paket investasi Rp 40 juta. Biaya tersebut belum mencakup sewa tempat dan perlengkapan usaha seperti meja dan kursi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri