Kegemaran mengoleksi sepatu untuk dipakai sehari-hari sejak belia mengantarkan Egar Putra Bahtera sebagai pengusaha muda yang cukup diperhitungkan. Menyasar kalangan premium, laki-laki kelahiran 5 November 1991 ini mengusung merek Chevalier untuk produk sepatu buatannya. Nama Chevalier diambil dari bahasa Prancis yang berarti ksatria. Prancis yang dianggap sebagai pusat kota mode dunia menjadi pertimbangan Egar memilih kata tersebut sebagai merek usaha. Merintis usaha produksi sepatu sejak tahun 2011, Egar mampu membuktikan bahwa anak muda tanpa latar belakang keluarga sebagai wirausaha pun bisa sukses menjadi pengusaha. Egar memang hobi mengoleksi sepatu sejak duduk di bangku sekolah. Meski anak muda ini lahir di Semarang, Egar tumbuh besar di Jakarta. Egar kerap menyambangi pusat penjualan sepatu seperti Pasar Taman Puring di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Bisnis sepatu Egar berderap sampai mancanegara (1)
Kegemaran mengoleksi sepatu untuk dipakai sehari-hari sejak belia mengantarkan Egar Putra Bahtera sebagai pengusaha muda yang cukup diperhitungkan. Menyasar kalangan premium, laki-laki kelahiran 5 November 1991 ini mengusung merek Chevalier untuk produk sepatu buatannya. Nama Chevalier diambil dari bahasa Prancis yang berarti ksatria. Prancis yang dianggap sebagai pusat kota mode dunia menjadi pertimbangan Egar memilih kata tersebut sebagai merek usaha. Merintis usaha produksi sepatu sejak tahun 2011, Egar mampu membuktikan bahwa anak muda tanpa latar belakang keluarga sebagai wirausaha pun bisa sukses menjadi pengusaha. Egar memang hobi mengoleksi sepatu sejak duduk di bangku sekolah. Meski anak muda ini lahir di Semarang, Egar tumbuh besar di Jakarta. Egar kerap menyambangi pusat penjualan sepatu seperti Pasar Taman Puring di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.