SINGAPURA. Harga sewa properti perkantoran di Singpura diperkirakan akan turun signifikan. Hal tersebut terpicu tren penurunan permintaan sewa yang diprediksi berlangsung hingga beberapa tahun ke depan. David Lum, analis Daiwa Securities Co dalam analisis rutin yang diberikan kepada para kliennya, menyebutkan, tren perlambatan permintaan sewa perkantoran Singapura diprediksi akan terus berlangsung hingga kuartal IV 2018. Seperti dilansir
Bloomberg, Senin (14/3), Lum memprediksi, jumlah penurunan permintaan pasar sewa perkantoran akan turun hingga 25%, sejak puncak tertingginya pada kuartal I 2015.
Pada periode yang sama, Lum memperkirakan, harga sewa perkantoran Singapura turun sebesar 14%. Penurunan harga tersebut didasarkan pada prospek pertumbuhan ekonomi global yang masih mengkhawatirkan yang berdampak bagi ekonomi Singapura. Terlebih, saat ini pertumbuhan jumlah pasokan ruang perkantoran telah melesat lebih tinggi ketimbang jumlah total permintaan. Hasil riset Jones Lang LaSalle Inc menyebutkan, jumlah sewa perkantoran di kawasan strategis Singapura tahun 2015 lalu tergerus 15%. Penurunan pada tahun ini diprediksi akan semakin bertambah besar yakni hingga 20%. Sementara, harga sewa perkantoran tahun lalu, seperti diungkap riset Jones Lang, turun sebesar 6%. Melihat kondisi tersebut, Lum menurunkan proyeksi atawa outlook bagi instrumen dana investasi real estate atau real estate investment trust (REITS) beraset dasar perkantoran dari netral menjadi negatif. Selain itu, Lum juga menurunkan rekomendasi semua saham properti Singapura dari sebelumnya
hold menjadi
underperform. Sebagai gambaran, harga instrumen REITS perkantoran di Singapura sepanjang tahun ini tumbuh sebesar 4%. Angka tersebut mengalahkan indeks FTSE Straits Times Estate yang hanya tumbuh 3%. "Saya khawatir dengan pertumbuhan harga REITS yang tak sejalan dengan fundamental bisnis perkantoran saat ini," imbuh Lum. Harga sewa rumah Tidak hanya sewa unit perkantoran, seperti dilaporkan
Businesstimes, Rabu (9/3), rental hunian seperti apartemen dan rumah susun milik Housing & Development Board (HDB) di Singapura pada bulan Februari 2016 turun 0,7%. Data ini berdasarkan riset yang dilakukan oleh SRX Property. SRX Property mencatat, hingga Februari 2016, rental untuk hunian HDB saja turun 0,9%. Padahal di bulan sebelumnya terjadi pertumbuhan sebesar 0,4%. Tidak hanya itu, volume transaksi leasing unit HDP per Februari 2016 turun 3,6% dari Februari 2015. Mengutip laporan Citi Group Seperti dilansir
Singapore Business Review, kemarin, permintaan properti secara umum di Negeri Merlion ini turun lantaran rasio utang rumah tangga saat ini sudah dua kali lebih tinggi dari pendapatan rata-rata penduduk.
Tidak hanya itu, banyaknya kasus pemutusan hubungan kerja di negara itu menyebabkan daya beli masyarakat menjadi berkurang. Sekedar mengingatkan, hasil survei
The Economist Intelligence Unit mengenai kota-kota dunia menunjukkan, Singapura masih menjadi kota termahal dunia. Dengan demikian, predikat ini sudah melekat ke Singapura selama tiga tahun berturut-turut. Catatan saja, survei tersebut dilakukan dengan membandingkan harga yang dikonversikan terhadap dollar AS, terhadap 160 produk dan jasa di sejumlah negara. Juga yang menjadi pertimbangan antara lain harga makanan, pakaian, peralatan pribadi, biaya sewa, transportasi, sekolah swasta, hingga rekreasi. Pemerintah Singapura tahun ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi sekitar 1%-3% . Menteri Keuangan Singapura Heng Swee Keat menyatakan akan mengungkap detail anggaran Pemerintah Singapura untuk tahun fiskal 2016 di parlemen pada bulan ini. "Pertumbuhan ekonomi tahun ini tertolong oleh perbaikan pertumbuhan di negara maju," ucap Keat.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie