JAKARTA. Bisnis resto steik (steak) masih cukup menggiurkan. Perubahan gaya hidup dan meningkatnya ekonomi masyarakat terutama di kota besar membuat bisnis makanan khas Eropa ini makin banyak bermunculan. Tidak sedikit para pelaku bisnis ini masih menawarkan kemitraan. Namun sengitnya persaingan usaha di bidang ini membuat pebisnis steik sulit menggaet mitra baru. Tidak ingin menyerah, pebisnis steik terus bersiasat. Mereka mencari celah dan strategi supaya bisnis mereka tetap bisa bertahan di tengah persaingan. Nah, kali ini KONTAN akan mengulas tiga bisnis steik yang sudah pernah ditulis sebelumnya, yakni Bobby's Steak & Grill Stone, Royal Steak dan RJ Steak.
Bobby's Steak & Grill Stone Bobby's Steak & Grill Stone berdiri di Jakarta tahun 2008. Sang pemilik, Bobby Wahyu kemudian mulai menawarkan kemitraan sejak tahun 2010. Saat KONTAN mengulas kemitraan ini tahun lalu, Bobby's Steak telah menambah dua gerai barunya. Sekarang, Bobby's Steak & Grill Stone punya empat gerai. Meski tidak terlalu signifikan, usahanya masih bertahan. Bobby juga mampu menggaet mitra di Papua. "Dari empat gerai yang ada, satu milik pusat dan sisanya milik kemitraan," kata Bobby. Semula Bobby menawarkan empat pilihan paket kemitraan yakni paket foodcourt, paket mini resto, paket resto dan paket resto & kafe. Namun, agar lebih efisien, tahun ini Bobby mulai mengubah tawaran paket investasi. Kini, Bobby hanya menawarkan dua pilihan paket kemitraan yakni paket steik house dan paket resto. "Kami kerucutkan menjadi dua, supaya lebih efisien," ujarnya. Untuk paket steakhouse, Bobby menawarkan investasi seharga Rp 402 juta. Sedangkan paket resto ditawarkan seharga Rp 280 juta. Dengan investasi ini, masing-masing mitra akan mendapat hak kerjasama selama lima tahun. Mitra akan mendapatkan peralatan dapur, pelatihan, mesin kasir, furnitur, promosi, dan bahan baku awal. Perbedaan kedua paket investasi ini hanya terletak pada kapasitas tempat dan jumlah karyawan. Paket steakhouse memerlukan lokasi sekelas rumah atau ruko, plus 14 karyawan. Sedangkan paket resto, berupa bangunan mandiri, dan mempekerjakan 10 karyawan. Menu paling favorit di Bobby's Steak ialah tenderloin dan wagyu. Meski berupaya mengusung konsep restoran steik murah dengan sajian ala bintang lima, Bobby tidak kuasa menahan dampak kenaikan harga berbagai bahan baku steik. Alhasil, ia mengerek harga jual menu dari Rp 17.000-Rp 25.000 per porsi menjadi Rp 30.000 per porsi. Namun Bobby mengklaim, kenaikan harga ini tidak menyurutkan jumlah konsumen. "Gerai kami masih selalu ramai, bahkan beberapa kali menjadi referensi kuliner di televisi," ujar pria yang sudah 12 tahun menjadi koki ini. Royal Steak Royal Steak berdiri Juni 2010 di Pasuruan, Jawa Timur. Sang pemilik, Gunawan Hadi mulai menawarkan kerjasama kemitraan pada 2011. KONTAN sudah dua kali mengulas tawaran kemitraan ini. Ketika diulas pada 2012, Royal Steak memiliki tujuh gerai dan ketika diulas kembali pada Juli 2013 Royal Steak memiliki 29 gerai. Kini, Royal Steak bertambah lagi menjadi 34 gerai. Lima di antaranya milik pusat, sedangkan sisanya sebanyak 29 gerai adalah milik mitra. Business Development Manager Royal Steak, Eko Budi Santosa, menuturkan, bisnis ini bisa berkembang pesat, lantaran Royal Steak terus melakukan inovasi produk dengan target pasar kelas menengah. "Kami terus melakukan penambahan menu seperti menambah makanan tradisional dan menu berbahan dasar kentang," ujarnya. Selain itu, kata Eko, perkembangan Royal Steak juga ditunjang oleh inovasi pemasaran dan sering mengikuti pameran. Royal Steak juga tetap menawarkan dua paket kemitraan yakni paket rombong dengan investasi Rp 40 juta, dan paket resto dengan investasi Rp 137 juta. Investasi itu sudah mencakup kerjasama selama lima tahun, peralatan lengkap, dan bahan baku awal. Bedanya, paket rombong menyajikan 40 menu, sementara paket resto memiliki sekitar 80 jenis menu yang disajikan. Meski harga paket investasi tidak naik, harga menu di kedai ini mulai naik. Lantaran kenaikan bahan baku selama setahun terakhir, Royal Steak menaikkan harga jual menu sekitar Rp 1.000-Rp 2.000 per porsi dari harga rata-rata sebelumnya Rp 10.000-Rp 17.000 per porsi. Tahun ini, Royal Steak optimistis bisa meraih mitra baru. Royal Steak menargetkan bisa menambah dua mitra setiap bulannya dan difokuskan di Jawa dan Sumatra. "Kami rencananya akan membuka gerai di Magetan, Banten, dan Jambi," ujarnya. Untuk mencapai target ini, Royal Steak menggelar promo paket investasi mulai April hingga Juli tahun ini. Untuk paket rombong akan diberikan satu freezer gratis, sedangkan paket resto akan mendapatkan gratis satu freezer dan register gratis. Eko menambahkan, pusat akan terus fokus mengontrol operasional outlet-outlet yang sudah ada agar Royal Steak terus berkembang. "Inovasi dan pengontrolan seperti itu yang akan terus kami lakukan," tandasnya. RJ Steak RJ Steak bisa dibilang pemain baru dalam bisnis steik. RJ Steak didirikan di Jakarta pada pertengahan tahun 2012. Setahun berselang, sang pemilik Togan Tjaris mulai menawarkan kemitraan. Meski begitu, hingga kini RJ Steak baru memiliki satu mitra yang berlokasi di dekat Universitas Tarumanegara, Jakarta. "Dalam waktu dekat ada tawaran dari dua calon mitra, salah satunya di Kemanggisan, Jakarta Barat," ujar Togan. Restoran RJ Steak ini menawarkan menu sirloin, karage dan chicken steak sebagai menu utama. Togan mengatakan, kualitas makanannya istimewa, karena menggunakan daging sirloin dari Australia. Sedangkan ikan dori dipilihnya untuk menyajikan menu berbahan dasar ikan. Berbeda dengan bisnis steik lainnya, RJ Steak tetap mempertahankan harga jualnya sejak tahun lalu, yakni sekitar Rp 25.000-Rp 35.000 per porsi. "Biar tetap menarik orang," kata Togan. Strategi ini dilakukan agar RJ Steak yang selama ini masih belum banyak diketahui konsumen bisa semakin cepat digemari konsumen. Tertarik dengan bisnis RJ Steak? Tawaran investasi RJ Steak tidak berubah. Dengan investasi Rp 208,425 juta, mitra akan mendapatkan perlengkapan memasak, desain interior dan furnitur. Pelatihan karyawan, seragam, bahan baku awal dan sewa tempat tahun pertama juga sudah termasuk dalam paket investasi tersebut.
Mitra yang mau bergabung harus memiliki lokasi seluas 75 meter persegi (m²). Togan memperkirakan mitra bisa meraup omzet Rp 96 juta per bulan, dengan asumsi, penjualan 100 porsi per hari. Meski setahun terakhir belum berhasil mendapat mitra baru, Togan mengatakan tidak ada kendala berarti dalam pengelolaan bisnisnya. "Saya hobi di bisnis ini, jadi enjoy saja," ujar Togan. Dalam waktu dekat, Togan menargetkan meraih dua mitra baru di Jakarta. Ia ingin mengembangkan bisnisnya dengan perlahan, sehingga ia berencana untuk fokus mengembangkan mitra yang dekat dengan pusat. "Kalau jauh-jauh, saya tidak mau ambil," tutur Togan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri