Bisnis tambang Medco Energi (MEDC) di Amman Mineral bisa topang kinerja



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan energi turun merontokkan kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Analis menilai, upaya MEDC memperbaiki kinerja bergantung pada kenaikan permintaan dan harga komoditas, serta turunnya beban utang emiten minyak dan gas ini.

Di sepanjang tahun lalu, MEDC mencatatkan kerugian sebesar US$ 189 juta. Kerugian tersebut membengkak bila dibandingkan kerugian 2019 yang sebesar US$ 38,76 juta.

Kerugian yang naik tersebut tidak terlepas dari pendapatan yang menurun 20,5% year on year (yoy) ke US$ 1,09 miliar dari US$ 1,37 miliar di 2019.


Manajemen MEDC mengatakan, rendahnya permintaan energi selama pandemi di tahun lalu berdampak signifikan pada penurunan kinerja MEDC. Selain itu, harga minyak dan gas di sepanjang tahun lalu juga kompak menurun masing-masing 36% yoy dan 23% yoy.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony memproyeksikan, kinerja MEDC berpotensi tetap mengecewakan bila, permintaan energi dan komoditas tetap menurun, meski harga komoditas dan energi telah naik saat ini.

Baca Juga: Kenaikan harga minyak dunia berpeluang memoles prospek Medco Energi (MEDC)

Selain itu upaya MEDC meningkatkan kinerja di tahun ini berpotensi akan terganjal beban utang yang lebih berat. "Dengan porsi utang yang akan jatuh tempo tambah besar tentu akan memberikan beban lebih besar ditambah pendapatan yang menurun," kata Chirs, Selasa (8/6).

Tercatat dalam riset Hasan Barakwan, analis Sucor Sekuritas yang terbit 2 Juni, utang jangka panjang MEDC di tahun lalu sebesar US$ 2,40 miliar. Hasan juga memproyeksikan utang tersebut bertambah ke US$ 2,46 miliar di tahun ini.

Chris mengatakan, dengan porsi utang yang masih cukup tinggi berpotensi menimbulkan kekhawatiran para investor. Namun, beragam tantangan tersebut bisa MEDC atasi dan  kinerja di tahun ini bisa lebih baik, bila aksi korporasi MEDC sukses menurunkan beban utag MEDC.

Di Maret 2021 lalu, MEDC telah menyiapkan dana sebesar Rp 282,5 miliar untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo di Maret 2021. Lebih jauh lagi, sejak Oktober 2020,  MEDC memutuskan membayar lebih awal pada total Rp 2,7 triliun utang jatuh tempo di 2021.

Meski pandemi melemahkan kinerja MEDC, kondisi yang sulit tersebut tidak menyurutkan langkah MEDC untuk gencar lakukan ekspansi. Kini MEDC fokus mengembangkan lini bisnis pertambangan tembaga dan emas melalui PT Amman Mineral Nusa Tenggaa.

Manajemen MEDC memproyeksikan, pendapatan Amman akan meningkat setelah menyelesaikan tahap 7 di tambang Batu Hijau. Saat ini, kinerja Amman pun terpoles dengan naiknya harga tembaga dan emas.

Hasan mengatakan, ke depan tambang mineral dari Amman akan menyokong kinerja MEDC. Apalagi, volume produksi emas dan tambang meningkat ditamah rata-rata harga jual dua komoditas tersebut yang juga dalam tren naik.

Sementara, Chris mengapresiasi langkah MEDC untuk mengembangkan bisnis ke tambang emas dan tembaga. "MEDC seharusnya fokus pada tambang mineral karena mempunyai profit lebih baik dibandingkan dengan sektor migasnya, karena eksplorasi di Laut Natuna belum dapat memberikan efek positif dari penemuan cadangan minyak baru," kata Chris.

Chris merekomendasikan buy on weakness saham MEDC di area Rp 580 dan memasang target harga Rp 740 per saham. Kompak, Hasan merekomendasikan beli saham MEDC dan memasang target harga Rp 850 per saham

Selanjutnya: Medco Energi Internasional (MEDC) siapkan belanja modal US$ 215 juta di tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat