KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Astra Infra masih berkeinginan untuk meningkatkan portofolio jalan tolnya. Karenanya, pihaknya terus terbuka terhadap peluang-peluang baru yang ada. Group CEO Astra Infra Djap Tet Fa menyebutkan bagi perusahaan, bisnis jalan tol masih menarik. "Infrastruktur bisa dibilang legging karena saat ini belum banyak dibangun," ujarnya, Rabu (11/11). Selain itu, dari sisi tarif juga sudah cukup baik dengan adanya penyesuaian tiap 2 tahun berdasarkan inflasi kendati sebetulnya inflasi itu pun juga memang rendah sehingga menjadikan investasi jangka panjang.
Oleh sebab itu, pihaknya berharap pemerintah terus menjaga iklim investasi yang baik. "Karena bagaimanapun dengan agenda pemerintah sampai tahun 2024 ada hampir 3,000 km yang mau dibangun," sebutnya.
Baca Juga: Ini alasan pengusaha tertarik masuk ke bisnis jalan tol Oleh sebab itu pula, perusahaan selalu terbuka terhadap peluang baru yang ada. Terlebih, saat ini ada beberapa pemilik ruas tol yang menawarkan di market seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Namun, ia masih enggan membeberkan ruas tol mana yang sedang dibidik. Sebabnya, proses akuisisi tidak cepat mulai dari proses
due diligence dan sebagainya. Yang jelas, Tet Fa bilang saat ini pihaknya masih terus memantau ruas-ruas di sekitar Pulau Jawa. "Intinya, kami terbuka terhadap peluang baru yang ada tetapi tentu kami juga memiliki disiplin investasi sehingga ada parameter-parameter dalam membidik ruas baru. Tentu ada yang kami lihat, tetapi kami juga sangat tergantung ruas-ruas yang ditawarkan dan value yang bisa kami hasilkan dan bisa kami berikan terhadap ruas tersebut," jawabnya. Secara bisnis, ia mengakui untuk investasi di jalan tol membutuhkan biaya yang besar. Tet Fa bilang biaya terbesar datang dari bunga lantaran sekitar 70% dari project cost berasal dari utang. "Maka dari itu ada jeda waktu sampai pada titik di mana
cash flow atau ebitda mencapai positif," tuturnya.
Baca Juga: Bisnis jalan tol mulai banyak dilirik konglomerat Ia menyebutkan dari 6 jalan tol yang dikelola Astra Infra, salah satu yang sudah mencatatkan profit berasal dari Marga Mandalasakti (MMS) yang mengoperasikan Tol Tangerang Merak sepanjang 72,5 km. "Beberapa jalan tol lain karena kami baru saja beroperasi dan terkoneksi masih dalam tahap yang masih belum menghasilkan. Namun, mulai tahun ini dan tahun depan sudah mulai positif. Secara umum bisnis jalan tol membutuhkan kapital yang besar dan butuh waktu," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto