JAKARTA. Bank Negara Indonesia (BNI) berhasil mencatatkan pertumbuhan pembiayaan perdagangan (trade finance) sebesar 20% pada akhir tahun lalu.Menurut Firman Wibowo, Senior Vice President Division Head BNI, hingga akhir tahun lalu, volume pembiayaan dalam layanan untuk perdagangan ekspor impor ini telah mencapai US$ 3,9 miliar. "Adapun perusahaan yang dominan menikmati layanan trade finance dari BNI kebanyakan bergerak di sektor konstruksi dan enginering, minyak dan gas, dan agrikultur," kata Firman pada KONTAN beberapa waktu lalu.Perlambatan ekonomi yang terjadi pada tahun lalu secara tidak langsung telah berpengaruh terhadap volume kredit ekspor-impo ini. Namun besarnya pengaruh itu utamanya terasa di sektor konsumsi. "Logikanya perlambatan ekonomi tentunya akan berpengaruh pada kemampuan daya beli, sehingga untuk BNI, terutama di sektor-sektor konsumsi, pengaruhnya terasa," ujar Firman.Namun tahun ini diyakini prospek layanan trade finance di BNI akan tetap tumbuh. Namun besarannya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi politik dan ekonomi menjelang pemilu. karena pelaku usaha, termasuk para investor akan menunggu terbentuknya pemerintahan baru. "Disamping itu, jumlah basis nasabah ekspor impor juga akan mempengaruhi pertumbuhan trade finance. Kami optimis bisnis ini di BNI akan tetap tumbuh bahkan mampu mencapai level 30%," imbuh Firman.Strategi BNI agar target pertumbuhan trade finance tahun ini bisa tercapai antara lain adalah menambah jumlah tenaga pemasaran atau marketing officer untuk ditempatkan di kantor-kantor wilayah BNI, menjadi 50 orang. Serta terus bersinegi dengan business banking, kantor wilayah, cabang, dan kantor-kantor cabang luar negeri (KCLN) BNI. BNI juga akan memperkuat pendananan jangka pendek trade finance. "Di samping itu untuk meningkatkan service level kami kepada nasabah, peningkatan kapabiltas dan kualitas SDM tetap menjadi perhatian kami," pungkas Firman.
Bisnis trade finance BNI tumbuh 20%
JAKARTA. Bank Negara Indonesia (BNI) berhasil mencatatkan pertumbuhan pembiayaan perdagangan (trade finance) sebesar 20% pada akhir tahun lalu.Menurut Firman Wibowo, Senior Vice President Division Head BNI, hingga akhir tahun lalu, volume pembiayaan dalam layanan untuk perdagangan ekspor impor ini telah mencapai US$ 3,9 miliar. "Adapun perusahaan yang dominan menikmati layanan trade finance dari BNI kebanyakan bergerak di sektor konstruksi dan enginering, minyak dan gas, dan agrikultur," kata Firman pada KONTAN beberapa waktu lalu.Perlambatan ekonomi yang terjadi pada tahun lalu secara tidak langsung telah berpengaruh terhadap volume kredit ekspor-impo ini. Namun besarnya pengaruh itu utamanya terasa di sektor konsumsi. "Logikanya perlambatan ekonomi tentunya akan berpengaruh pada kemampuan daya beli, sehingga untuk BNI, terutama di sektor-sektor konsumsi, pengaruhnya terasa," ujar Firman.Namun tahun ini diyakini prospek layanan trade finance di BNI akan tetap tumbuh. Namun besarannya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi politik dan ekonomi menjelang pemilu. karena pelaku usaha, termasuk para investor akan menunggu terbentuknya pemerintahan baru. "Disamping itu, jumlah basis nasabah ekspor impor juga akan mempengaruhi pertumbuhan trade finance. Kami optimis bisnis ini di BNI akan tetap tumbuh bahkan mampu mencapai level 30%," imbuh Firman.Strategi BNI agar target pertumbuhan trade finance tahun ini bisa tercapai antara lain adalah menambah jumlah tenaga pemasaran atau marketing officer untuk ditempatkan di kantor-kantor wilayah BNI, menjadi 50 orang. Serta terus bersinegi dengan business banking, kantor wilayah, cabang, dan kantor-kantor cabang luar negeri (KCLN) BNI. BNI juga akan memperkuat pendananan jangka pendek trade finance. "Di samping itu untuk meningkatkan service level kami kepada nasabah, peningkatan kapabiltas dan kualitas SDM tetap menjadi perhatian kami," pungkas Firman.