KONTAN.CO.ID - Bitcoin mengakhiri April dengan harga merosot 17%, bulan terburuk sepanjang 2022. Sementara di awal Mei, harga Bitcoin masih berada di bawah US$ 40.000. Proyeksi ke depan? Mengacu data
CoinMarketCap pada Selasa (2/5) pukul 08.30 WIB, harga Bitcoin ada di US$ 38.394,93 atau turun tipis 0,70% dalam 24 jam terakhir dan 5,40% selama satu pekan. Investor Bitcoin ada di tengah ketidakpastian makroekonomi yang sedang berlangsung dan kenaikan suku bunga AS yang kemungkinan akan terjadi pada pekan ini.
"Saat ini, tidak ada katalis
bullish utama di cakrawala dan Bitcoin kemungkinan akan bergerak dalam kisaran saat ini atau turun lebih rendah," kata Joe DiPasquale, CEO BitBull Capital, kepada
CoinDesk. "Katalis
bullish yang minim masih terlihat dan bursa saham AS telah menunjukkan penurunan serta indeks dollar AS naik. Semua faktor ini terus membebani Bitcoin," ujarnya.
Baca Juga: Menilik Prospek Investasi Kripto, Apa yang Menarik? DiPasquale mencatat, keputusan bank sentral AS, The Fed, untuk mencoba menjinakkan inflasi melalui kenaikan suku bunga yang lebih
hawkish "bisa mengakibatkan volatilitas harga" Bitcoin. Penurunan harga mata uang kripto dalam beberapa hari terakhir sebagian besar sesuai dengan indeks saham utama AS, karena investor menjauh dari aset berisiko. Nasdaq yang padat saham sektor teknologi jatuh 4% pada Jumat (29/4) pekan lalu. Sementara S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average masing-masing turun 3,6% dan 2,7%. Dengan harga Bitcoin gagal mempertahankan level US$ 42.000, "kami terus melihat level US$ 38.000 sebagai
support, tetapi pengujian lanjutan dari kisaran ini bisa mengakibatkan penembusan menuju US$ 35.000-32.000," ungkap DiPasquale. "
Bulls akan ingin melihat penghentian pendarahan dan pembeli serius baru masuk setelah mereka yakin akan pembalikan tren," imbuh dia.
Baca Juga: Pasar Lesu Jadi Momentum yang Tepat Untuk Mengakumulasi Kripto Kepala Riset 3iQ Digital Asset Mark Connors mencatat potensi divergensi dalam volatilitas antara saham AS dan Bitcoin akan berlanjut. Volatilitas mata uang kripto terbesar di dunia dari sisi kapitalisasi pasar itu menurun secara signifikan selama lima tahun terakhir. Bahkan, ketika volatilitas saham meningkat, tanda peningkatan kepercayaan pada aset digital.
Tetapi, "Jika suku bunga terus naik dan mendorong kredit lebih rendah, risiko likuidasi dan deleveraging akan berdampak pada semua aset, termasuk kripto (harga lebih rendah) dalam jangka pendek," kata Connors kepada
CoinDesk. Hanya, Connors melihat, tidak ada dampak harga material terhadap kripto dalam perkembangan tersebut, dan membuat catatan optimistis untuk Bitcoin terlepas dari ukuran kenaikan suku bunga dan kinerja saham. "Bitcoin akan mengungguli ekuitas terlepas dari kenaikan suku bunga, data kami menunjukkan," imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: S.S. Kurniawan